2. LUKA

7.6K 390 8
                                    

~Sudahi perih ini~

Apa yang harus
Kulakukan lagi
Bila kau tak setia
Karena aku hanya seorang manusia
Yang tak kau anggap
Aku mencoba untuk memahamimu
Tapi kau tak peduli
Cukup sudah
Kau sakiti aku lagi
Serpihan perih ini
Akan ku bawa mati
Aku mencoba
Memberikan segala
Yang telah aku punya
Namun semuanya hanya sia-sia
Percuma
Aku tlah coba untuk memahamimu
Tapi kau tak peduli
Cukup sudah
Kau sakiti aku lagi
Serpihan perih ini
Akan ku bawa mati

2. LUKA

Regan menyumpal telinganya dengan bantal, suara tangisan dari bawah mampu membuat nya tidak merasa nyaman dan dia jadi tidak bisa istirahat dengan tentram. Suara tangisan itu sangat mengganggu, siapa lagi kalau bukan istrinya sendiri.

"CK! Berisik banget tu anak, ganggu aja kerjanya," kata Regan kesal Sendiri.

Regan yang tadi nya tengkurap dengan bantal membalut kepalanya pun membalikan badannya menjadi telentang, kemudian bangkit dari tempat tidurnya. Lelaki dengan kaos hitam itu pun berjalan keluar dari kamarnya dengan perasaan kesal, pergi menuju lantai bawah.

"Woi, ngapain?" Kata Regan setelah sampai di belakang istrinya yang sedang duduk di lantai dengan posisi kedua tangan bertumpuh pada lantai.

Mendengar suara bariton Regan, Geisha pun menoleh ke belakang dan mendapati sang suami yang sedang berdiri tegap di sana sembari menyorot nya tak bersahabat.

"Sakit," adu Geisha manja, matanya sembab.

Regan maju, jongkok di depan istrinya. "Apanya yang sakit?" Tanya nya dengan nada agak judes.

Geisha tidak menjawab, dia malah menatap lututnya yang luka. Regan mengikuti arah pandang istrinya, dan mendapatkan luka di lutut Geisha yang masih di lumuri segumpal darah.

"Mana sini liat," kata Regan berniat menyentuh lutut Geisha. Belum setengah tangganya terulur, Geisha sudah lebih dahulu menepis tangan Regan.

"Jangan, sakit tau," kata Geisha.

Regan menatap istrinya, "makanya gue liat dulu."

"Ya kalau mau liat, liat aja, jangan di pegang."

Regan menghembuskan nafasnya, "kenapa bisa kayak gini?"

Geisha menatap suaminya, "jatoh."

"Kenapa bisa jatoh? Sampai luka kayak gitu? Kayak anak kecil aja, dirumah sendiri bisa jatoh. Lo itu ceroboh banget jadi cewek, di rumah aja bisa kayak gini, gimana di luar," omel Regan.

"Kamu kenapa jadi marahin aku?" Kata Geisha tidak terima. "Ya, aku tahu aku emang ceroboh, kamu juga tahu itu Gan. Tapi kamu gak perlu marahin aku juga kan, aku mana tahu kalau bakalan kejadian kayak gini," ujar Geisha. "Aku kesandung, terus jatuh. Itu emang salah aku karena ceroboh, gak hati-hati dan ujung-ujungnya malah nyakitin diri sendiri," kata Geisha kelewat merendahkan dirinya.

"Ayo bangun, gue obatin lukanya," kata Regan.

"Gak usah," tolak Geisha.

Regan berdiri, lelaki itu mengulurkan tangannya pada Geisha. "Ayo," ajak Regan.

"Aku bisa obatin luka aku sendiri," kata Geisha tetap menolak, dia masih tetap dengan posisinya.

Regan berdecak, "keras kepala banget jadi cewek," cibirnya.

Tanpa babi bu, Regan langsung mengangkat tubuh mungil Geisha membuat sang empuh terkejut. Regan menggendong Geisha ala bridal style, lelaki itu membawa Geisha ke sofa.

Memory While Sleeping (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang