19. MENINGGAL?

4.3K 171 8
                                    

19. MENINGGAL?

Tamara keluar dari mobilnya dan langsung masuk ke sebuah rumah megah di depannya, sesampai di dalam Tamara tidak melihat adanya seorang pun penghuni di dalam sana. Oleh karena itu, Tamara pun mengecek kesana kemari sembari memanggil-manggil nama pemilik rumah.

"Anak ini di mana sih?" Tanya Tamara entah pada siapa setelah tidak menemukan orang rumah di seluk beluk ruangan di bawah, dia terlihat emosi dengan penampilan berantakan nya. "Apa dia di kamarnya?" Katanya lagi.

Setelah berkata demikian, Tamara pun melesit menuju lantai atas. Dia bergegas menaiki tangga, kemudian menggedor-gedor salah satu pintu yang ada di sana sembari memanggil nama 'Regan' selaku pemilik rumah dan orang yang dia cari.

"Regan! Buka pintunya," Tamara kembali memanggil karena tidak ada sahutan, suaranya lebih keras dari sebelumnya yang sudah cukup keras.

"Iya," akhirnya Regan menyahut dari dalam sana.

"Cepat buka!" Tuntut Tamara, dia tidak ingin berlama-lama. Bersamaan dengan itu, pintu kamar di depan Tamara pun terbuka.

"Mama?" Ujar Regan setelah melihat orang yang ada di balik pintu, lelaki itu terlihat berantakan seperti orang yang baru saja bangun tidur.

"Kenapa lama sekali buka pintu?" Tanya Tamara bernada marah.

"Maaf ma, Regan baru bangun," kata Regan jujur.

Tamara mengehela nafas. "Mama kenapa? Kok kayak abis nangis." Regan berkata setelah menelusuri penampilan ibunya, wanita paruh baya itu terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Gak penting," selah Tamara dengan gerakan tangannya. "Sekarang kamu ikut mama, kita kerumah Arsenio," pinta Tamara pada Regan.

"Tapi mah, Regan kan baru bangun. Nanti aja gimana?" Kata Regan berniat bernegoisasi.

"Gak ada nanti-nanti Regan, ayo sekarang!" Ujar Tamara.

"Tap—,"

"Ayo," Tamara menarik Regan, dia menyeret anaknya itu seperti menyeret anak kecil.

"Mah," Regan masih membantah.

Tamara tidak perduli dengan bagaimana Regan menyikapi nya saat ini, dia terus membawa Regan hingga keluar rumah dan sampai masuk kedalam mobilnya.

"Mah, kita mau kemana?" Tanya Regan setelah di dalam mobil.

Tamara tidak menjawab, dia sibuk menghidupkan mobil kemudian menjalankannya.

"Kita mau kemana mah? Mama gak mungkin nyulik aku kan?" Tanya Regan pada Tamara.

"Kamu bisa diam gak sih Regan, mama lagi nyetir," kata Tamara tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

"Iya mah Regan tau. Tapi Regan cuma mau mastiin aja ini kita mau kemana," kata Regan pada Tamara. Dia khawatir terhadap penampilan nya saat ini, persis seperti orang yang baru bangun tidur karena begitulah kenyataannya. Rambut acak-acakan, mencuci muka saja Regan tidak sempat. Karena itu, Regan sangat khawatir dengan keberadaannya nanti takut-takut kalau Tamara membawanya ke tempat umum.

"Kita mau kerumah sakit," beritahu Tamara pada akhirnya.

"Rumah sakit?" Regan melotot.

"Iya. Kenapa? Mau protes kamu?" Ujar Tamara galak.

Regan meringis berat, "penampilan Regan mah, mama gak malu apa sama penampilan anaknya yang udah kayak orang gila. Malah di bawa ketempat umum lagi," kata Regan.

"Ssstt. Mending kamu diam, nanti mama tambah pusing lagi," kata Tamara.

Regan mengehembuskan nafasnya, dengan berat hati dia pun terdiam dengan penuh makian di dalam hatinya. Pemuda berkaus hitam dan celana pendek itu pun merebahkan dirinya di kursi penumpang, Regan memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan dirinya sementara Tamara tetap pokus menyetir dan sesekali melihat kaca spion di dalam mobil untuk melirik anaknya.

Memory While Sleeping (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang