35. MENJAUH?

2.9K 139 3
                                    

35. MENJAUH?

Di meja makan, sudah ada sebuah keluarga yang sedang berbincang setelah selesai menikmati makan malam mereka. Mereka adalah Arsenio dan keluarganya, tentu saja Geisha juga berada di sana. Mereka membicarakan Geisha, Gladissa benar-benar memberitahu ayah dan ibunya kalau Geisha ingin kembali berkuliah padahal sebenarnya gadis itu lah yang memaksa Geisha.

Geisha tidak menerima juga tidak menolak, keputusan terserah orang tuanya.

Arsenio meletakan tangan di depan dagunya dengan siku yang bersangga pada meja. "Jadi gimana nih sweaty? Apa kamu sudah siap untuk kembali kuliah?" Tanyanya pada putri tertuanya.

"Belum sih Dad, tapi aku akan mempersiapkan diri kok," balas Geisha.

"Harus siap ya, kamu harus berbaur sama orang-orang," kata Arsenio, dia tidak mau putrinya jadi anak ansos.

"Iya Dad," sahut Geisha mengulas senyum.

"Ya sudah, kalau gitu besok kamu langsung datang ke kampus baru mu saja ya Gei untuk melihat-lihat, Daddy akan mendaftarkan mu di universitas bakti mulia," Ujar Arsenio, dia mendaftarkan Geisha di kampus yang sama seperti dulu juga satu kampus dengan Gladissa.

"Em, okey dad," kata Geisha.

"Yeyy! Adiss bakal satu kampus sama kak Gei," kata Gladissa girang, dia tidak sabar menunggu hari esok.

Geisha tersenyum pada Gladissa, "mohon bimbingan nya ya dik," katanya bercanda.

"Siap kakak!" Galdissa memberi hormat pada Geisha.

Luna tertawa pelan, "ngomong-ngomong kalian satu angkatan kan?" Katanya pada Geisha dan Gladissa.

"Oh iya bener juga, kak Gei kan ngulang dua semester," sahut Gladissa. "Jadi seangkatan sama aku deh." Geisha tidak mengulang dari awal, gadis itu hanya melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda. Namanya juga orang berada, apa pun bisa di lakukan bila ada kuasa.

"Iya Diss. Berarti sebenarnya aku ini kating kamu kan? Tapi karena kecelakaan itu, aku jadi kayak gini deh," ujar Geisha. Dia sudah tahu bahwa penyebab dirinya amnesia adalah kecelakaan pesawat yang sempat menggemparkan satu Indonesia, Luna memberitahunya.

"Kakak kasian ya," celetuk Gladissa prihatin pada kakaknya.

Geisha memaksakan senyumnya, "i-iya."

"Anak Daddy gak boleh sedih, harus semangat," Kata Arsenio pada Geisha, dia mendukung seratus persen anaknya agar bisa pulih.

"Nanti kalau udah ngampus lagi, jangan mau kalah sama yang lain, kejar cita-cita mu. Gladissa juga gitu, jangan mau kalah sama kakakmu ya," ujar Arsenio pada kedua anaknya.

"Iya Dad/ siap Pa," jawab Geisha dan Gladissa.

"Geisha," Luna memanggil Geisha lembut membuat gadis itu menoleh pada sang ibu.

"Iya mah?" Sahut Geisha, Luna juga menatapnya.

"ikut mama bentar yuk sayang, ada yang pengen mama bicarain sama kamu," Ujar Luna pada Gladissa, bibirnya mengukir senyum.

"Em oke mah," sahutnya setuju.

"Mas, Adiss, kita duluan ya," pamit Luna membawa Geisha meninggalkan suami dan anaknya sendirian di sana.

Gladissa menatap heran penuh tanya atas kepergian ibu dan kakaknya, dia bertanya pada ayahnya namun tidak jawab oleh sang empu. Oleh karena itu, gadis itu pun memilih untuk pergi juga dari sana setelah pamit pada Arsenio.

Luna dan Geisha berada di pinggir kolam renang, angin malam menerpa tubuh mereka yang terbalut kain tebal. Geisha dan Luna duduk berdampingan sembari menatap kearah kolam yang jauh di depan mereka, bayangan bulan terang benderang di dalam kolam menambah kesan keindahan kolam renang.

Memory While Sleeping (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang