44. SAKIT
Tamara berjalan menaiki tangga rumahnya, dia menuju ke kamar putra semata wayangnya yakni Regan. Tamara berencana untuk membangunkan anak laki-laki nya tersebut. Biasanya jam segini Regan sudah bangun dan bersiap untuk kuliah, namun kali ini ada yang berbeda membuat Tamara harus mendatangi anaknya itu. Sampai di lantai atas, Tamara langsung mengetuk pintu kamar Regan.
"Gan," kata Tamara sembari mengetuk pintu.
"Kamu sudah bangun nak?" Kata Tamara bertanya berharap Regan mendengarnya. "Buka pintunya Gan," katanya lagi.
Tidak ada sahutan apapun dari Regan membuat Tamara mencoba membuka pintu yang berada di hadapannya itu. Namun sayangnya Tamara tidak bisa masuk ke kamar anaknya karena pintu tersebut di kunci, oleh karena itu Tamara pun memanggil Art di rumahnya untuk membantu.
"BIK! TOLONG BAWA KUNCI SERAP KAMARNYA REGAN KE SINI BIK!" Teriak Tamara dari lantai atas sembari memandang ke bawah, tangganya bersangga pada pagar tangga.
Setelah itu Tamara kembali ke tempat semula, dia menunggu pembantunya sambil bersedekap dada di depan kamar Regan. Tidak lama kemudian, datanglah seorang ibu-ibu yang tergopoh-gopoh menghampiri Tamara.
"Hoh, hoh," Bi Ira selaku pembantu di rumah Tamara ngos-ngosan. "Ini nya, kuncinya," katanya setelah sedikit normal.
Tamara menyahut kunci tersebut dari BI Ira seraya berkata, "makasih bik."
Tamara langsung mencolok kunci tadi pada knop pintu hingga berbunyi 'krek' setelah dia memutarnya di dalam. Setelah itu, Tamara pun membuka pintu kamar Regan dan masuk kedalam sana.
Tamara menghampiri Regan, dia mendapati putranya tengah terbaring di atas tempat tidur. Tamara melihat ada yang aneh dari Regan, dia seperti sedang tidak baik-baik saja.
"Gan, kamu kenapa?" Tanya Tamara sembari duduk di tepi ranjang dan menghadap kearah putranya.
Tamara menempelkan tangannya di jidat Regan, "kamu sakit ya?" Katanya terbelalak seraya menempelkan tangannya di pipi dan di leher anaknya. "Badan kamu panas sekali loh," katanya lagi.
Regan mengeratkan selimut pada tubuhnya, dia menggigil. Suhu tubuh Regan memang panas, sepertinya dia sakit. Bagaimana tidak, semalam Regan sempat kehujanan di jalan saat pulang dari rumah Geisha.
"Mah...," Kata Regan dengan suara yang lemah.
"Iya sayang?" Sahut Tamara cepat, tangannya berada di kening Regan.
"Dingin mah," adu Regan.
"Gimana enggak dingin Gan, wong kamu aja menggigil kayak gini," balas Tamara.
"Kalau gitu kamu tunggu disini sebentar yak nak, mama ambilin kompres supaya suhu badan kamu turun," Kata Tamara kemudian beranjak dari sana tanpa menunggu persetujuan Regan.
Regan memandang kepergian ibunya dalam diam, matanya memerah sembari menahan hawa dingin yang menerpa tubuhnya. Regan kembali menggigil hingga Tamara kembali.
Tamara datang membawa baskom air dan handuk kecil, dia langsung meletakan semua itu di atas nakas. Tamara memeras handuk yang sudah basah kemudian meletakkannya di kepala Regan, dia menekannya beberapa saat agar Regan bisa merasakan sensasi dinginnya.
"Kamu cuma kedinginan atau pusing juga?" Tanya Tamara pada Regan.
Regan menggeleng.
"Jadi cuma kedinginan?" Kata Tamara memastikan.
"Iya mah," jawab Regan dengan suara bergetar.
"Mau kedokter aja?" Tawar Tamara.
"Jangan mah," balas Regan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory While Sleeping (end)
Novela Juvenil"Kamu berubah Gan, kamu bukan Regan yang aku kenal," Kata Geisha kepada suaminya. "Gue gak berubah Gei. Kalau pun gue berubah, Lo orang yang udah ngerubah gue," Balas Regan menohok hati istrinya. Cerita ini mengisahkan sepasang suami istri yang sed...