21. MIMPI LAGI

2.9K 132 1
                                    

21. MIMPI LAGI

Rara dan dokter Reska sudah bersiap untuk joging di pagi ini dengan menggunakan pakaian khusus seperti celana trening dan bahu kaos, tidak lupa memakai sepatu dan sebuah handuk kecil bergelantungan di pundak. Keduanya pun sudah berada di luar rumah dan turun ke jalanan di desa, tanpa berlama-lama Rara dan dokter Reska langsung saja mulai berlari pelan seperti orang joging pada biasanya.

Awalnnya Rara dan dokter Reska berlari menyusuri jalan kecil perumahan di desa, hingga sampai akhirnya mereka mulai menjauh dari perumahan penduduk yang jaraknya sudah lumayan jauh.

"Hoh, hoh, hoh," Rara berhenti berlari dengan nafas ngos-ngosan, dia menghirup nafas sebanyak-banyaknya. Rara merasa energi nya mengurang, Kilauan panas matahari yang menerpanya membuatnya kepanasan dan keringat sudah mulai berdatangan.

"Kenapa Ra?" Tanya dokter Reska yang ikut berhenti.

"Capek dok," Kata Rara pada dokter Reska setelah berdiri agak tegak.

"Masa segitu aja capek Ra? Cemen kamu," ujar dokter Reska bercanda.

Rara sontak menatap dokter Reska jengkel, "Ish, dokter mah gitu mulu, orang beneran capek juga.  Mana panas lagi," Rara mengibas-ngibaskan tangan nya di depan wajahnya yang memerah.

Dokter Reska terkekeh, "becanda Ra."

Rara mencebikkan bibirnya.

"Istirahat dulu yuk Ra kalau gitu, kasian kamunya kecapekan," Ajak dokter Reska.

"Apa dok? Dokter ngomong apa barusan?" Kata Rara memastikan bahwa pendengaran nya itu masih normal atau tidak.

"Mau istirahat apa enggak Ra? Jangan pura-pura tidak dengar, suara saya sangat jelas tadi," kata dokter Reska membuat Rara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Nyatanya pendengaran Rara tidak salah, sikap dokter Reska saja yang salah membuat Rara sempat pangling tidak konsen.

"Mau dong dok, yakali enggak mau," sahut Rara.

"Ayo kalau gitu, kita ke sana," kata dokter Reska sembari menunjuk sebuah bangku kayu yang berasa di bawah pohong rindang, kelihatan nya cocok untuk berteduh.

Rara mengangguk kemudian keduanya bersama-sama menghampiri bangku kosong yang ada di sana, sesampai di sana Dokter Reska dan Rara pun langsung duduk di kursi tersebut dengan berdampingan.

"Akhirnya, bisa bernafas lega," ujar Rara sembari memejamkan mata menikmati sensasi embun pagi dan angin yang menyejukkan nya, nikmat yang sangat hakiki.

Dokter Reska memperhatikan Rara, sosok Rara terlihat sangat memesona saat ini apalagi kala rambutnya bertebaran tertiup angin. Dokter Reska terus memperhatikan Rara dari samping, jarak antaranya dan Rara hanya beberapa jengkal membuat dokter Reska puas melihat wajah Rara dengan jarak sedekat itu.

"Kenapa dokter liatin aku kayak gitu?" Pertanyaan Rara sontak membuat dokter Reska membuang muka, Rara heran dengan dokter Reska yang terus-menerus menatapnya membuat nya agak risih.

Rara menganggkat alis, "kok gak di jawab dok?" Tanyanya kepo.

"Apaan sih Ra, memangnya gak boleh saya lihat kamu?" Tanya dokter Reska menatap manik Rara.

"Y-ya b-boleh dok," jawab Rara tidak lancar.

"Kalau boleh ya udah," dokter Reska tidak mau memperpanjang.

"T-tapi kan," Rara juga bingung mau ngomong apa.

"Tapi apa?" Tanya dokter Reska.

"Eh, enggak dok, lupain aja," kata Rara tidak berniat melanjutkan obrolan yang satu ini, keadaan pun menjadi hening untuk sesaat.

Memory While Sleeping (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang