HAPPY READING💗
Sudah tiga bulan hubungan Arga dan Vira membaik. Bahkan mereka seperti pasangan suami istri diluaran sana.
Masalah Arga dan Raina di kantor, Vira sudah mengetahui semua jika Raina lah dalang dari semua ini. CCTV di kantor Arga sudah Vira cek semua. Mulai dari Raina yang memasukan obat di minuman Arga, hingga Raina yang menggoda Arga di ruanganya saat itu.
Raina telah menghilang sejak kejadian itu. Arga sebenarnya ingin menyuruh bodyguardnya untuk mencari keberadaan Raina, tetapi Vira melarangnya. Katanya sih, 'Kalo udah ga ganggu kita biarin aja mas,'
"Mas, ini dasi nya," Vira pun memakaikan dasinya di leher sang suami.
"Makasih sayang," Mencium bibir Vira sekilas.
Setelah memakai dasi, mereka berdua pun sarapan dengan tenang.
"Mas berangkat dulu ya,"
"Hati-hati, nanti siang makanya aku anter," Vira pun mencium tangan suaminya, dan dibalas kecupan di keningnya.
Ketika mobil Arga sudah menjauh dari perkarangan rumah, Vira lantas masuk kembali untuk membersihkan rumah dan melakukan kegiatan yang lain. Hari ini bi Siti tidak masuk karna saudaranya di kampung meninggal dunia.
"Huh, capek juga ya bersihin rumah segede gini," Keluhnya sembari duduk dan meminum segelas air putih.
Sedikit melihat jam yang menempel di dinding rumahnya,
10.13
"Udah lumayan siang ternyata," Vira melihat semua sisi rumahnya sudah bersih, "Nyapu udah,ngepel udah,nyuci baju udah,setrika udah. Sekarang waktunya masak deh,"
Dengan cekatan Vira memasak kesukaan sang suami.
Tak lama semua makanan sudah tertata rapi di rantang, yang akan Vira antar ke kantor suaminya.
"Mandi dulu deh, habis itu berangkat," Ujarnya dengan mata berbinar, dan langsung naik kelantai dua untuk membersihkan diri.
------
Vira saat ini sudah berada di kantor sang suami. Kata Dwi, resepsionis di kantor Arga, ada tamu perempuan tetapi bukan teman bisnis atau hal hal yang berbau dengan pekerjaan, dan Dwi bilang, perempuan tadi sering datang ke kantor Arga. Vira sudah curiga bahwa yang datang adalah wanita yang selama ini ingin menghancurkan rumah tangganya dengan Arga. Tak mau membuang waktu, Vira pun masuk ke dalam lift, dan menuju ke lantai 8, tempat dimana ruangan Arga berada.
Sebelum benar benar masuk, Vira ingin mendengar percakapan mereka berdua dengan sembunyi dibalik pintu.
Deg
Dua kata yang terucap dari bibir wanita yang sedang berbicara dengan suaminya di dalam, membuat hati Vira seperti ditusuk oleh seribu pisau. Baru kemarin mereka merasakan kebahagiaan, dan sekarang dengan gampangnya, wanita itu datang dan menghancurkan rumah tangganya lagi dan lagi.
Pyar
Rantang makanan yang ia bawa jatuh, makanan yang ia masak untuk suaminya pun sudah berceceran kemana mana.
Air mata sudah lolos di pipi mulus Vira. Sungguh, ia fikir kejadian dimana suaminya bercinta dengan orang lain adalah masalah berat yang terakhir ia rasakan. Ternyata tidak, ternyata kabar ini yang membuat Vira dua kali lipat lebih sakit.
Dengan air mata yang masih mengalir, Vira berlari untuk keluar dari kantor Arga yang seperti neraka ini. Tak memperdulikan banyaknya tatapan aneh dari semua karyawan, yang terpenting saat ini ia harus benar benar pergi dari sini.
------
"Syer," Lirih Vira dengan mata yang terus mengeluarkan air matanya.
Syera dan Vira saat ini sedang berada di apartemen milik Syera. Saat di perjalanan, Vira meminta sahabatnya itu untuk pulang ke apartemenya.
Syera yang mengetahui sahabatnya menangis itupun langsung memeluknya, "Duduk dulu yuk, biar tenang,"
"Kenapa? cerita sama gue," Ujar Syera sembari menenangkan Vira dengan mengelus punggung sahabatnya itu.
Vira menggeleng dengan air mata yang bertambah deras. Syera menghela nafasnya pelan, ia paham jika sahabatnya masih belum siap bercerita, "Yaudah tenangin dulu diri lo, kalo udah siap cerita ke gue ya? gue mau masak dulu buat makan siang kita, pasti lo belom makan kan?
Vira mengangguk dan melepaskan pelukan Syera.
Tak lama, Syera pun kembali duduk disebelah sahabatnya yang sedang menangis itu, karna terlalu larut dalam kesedihanya, Vira sampai tidak sadar jika Syera sudah selesai memasak dan duduk disamping dirinya.
"Udah makan dulu yuk, masakan gue dah jadi,"
Vira mengangguk dan berdiri bersama Syera, lalu berjalan menuju meja makan untuk melaksanakan makan siang.
Vira membulatkan matanya yang sembab, saat di meja makan ini banyak sekali makanan, tidak mungkin jika ini semua masakan Syera. Karna ia sudah sangat hafal kalo sahabatnya tidak bisa memasak kecuali mie instan,
"Ini masakan lo?" Dengan suara serah khas seperti orang setelah menangis,
Syera menyengir dan menggeleng, "Ini makanan gue tadi pagi, terus gue angetin,"
"Pantes aja, yakali lo masak segini banyaknya,"
"Udah, orang sedih gabaik ngoceh trus, makan gih,"
Keduanya pun makan bersama dengan sesekali bercanda ria, meskipun Syera tau jika Vira masih dalam sesi terpuruknya. Tetapi sebisa mungkin ia mengajak Vira untuk bercanda dan tertawa untuk melupakan sejenak masalah yang dialami oleh sahabatnya.
"Alhamdulillah, gue kenyang. Makasih btw atas tumpangan makan siangnya,"
Syera hanya mencibirkan bibirnya.
"Tadi aja sok sok an nangis, ditanyain cuman diem sambil geleng-geleng. Eh taunya pas udah kenyang aja ngoceh teruss,"
"Ah lo mah bikin gue keinget sama tadi, hiks" Air matanya pun turun kembali setelah mengingat kejadian tadi.
"Eh eh, kok nangis lagi sih? yaudah yuk pindah ke depan tv, lo ceritain deh kenapa bisa gini?"
Dengan air mata yang berlinang, Vira menjawab pertanyaan Syera,
"M-mas Arga Syer,"
"Iya, laki lo kenapa?"
"M-mas A-arga, Mas Arga----,"
TBC
JANGAN LUPA VOTEE💗
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA (On Going)
Random[PROSES REVISI] REVISI DI DAHULUKAN SEBELUM END!! "Sebuah rasa tidak dapat berubah karena dipaksakan. Tapi rasa juga bisa berubah karena terbiasa" -Hero Arga Lecester Atkindson "Cinta bukan hanya datang karena pandangan pertama, tetapi cinta bisa...