48. ARGARA

7.3K 342 92
                                    

HAPPY READING💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING💗

Saat ini Arga sedang menunggu diluar bersama Armand dan Sinta, orang tua Raina.

Desi dan Demian, orang tua Arga, mereka tidak mau datang karna fikir mereka menantunya hanya satu, yaitu Vira Addison.

Di dalam sana, Raina sedang ditangani oleh para dokter dan suster.

Ceklek

Tak lama pintu terbuka dan menampilkan dokter dan suster yang berada di belakang dokter tersebut.

"Dok, gimana keadaan anak saya dan cucu saya?"

Dokter yang bernama Andi itupun tersenyum, "Alhamdulillah, kondisi ibu Raina baik-baik saja, tadi sempat kritis, untung saja cepat dibawa kesini. Untuk bayi yang ada dikandungan ibu Raina sudah lahir secara prematur, selain kondisi sang bayi yang lemah, ibu Raina juga sepertinya meminum minuman yang sedikit mengandung beralkohol yang tidak layak untuk ibu hamil. Dan sekarang bayi ibu Raina masih berada di inkubator untuk perawatan yang lebih intensif,"

"Alhamdulillah," Semua yang berada disana mengucapkan syukur, tak terkecuali Arga. Meskipun tadi sempat ada problem dengan Raina, Arga masih bisa bahagia atas kelahiran anaknya.

"Ibu Raina akan dipindahkan ke ruang inap dulu baru bisa dijenguk,"

Setelah Raina sudah berada di ruang inap, Arga pun masuk dengan orang tua Raina.

Raina yang terbaring lemah di brankar rumah sakit itu sudah sadarkan diri, Dengan kepala yang masih sedikit pusing, Raina melirik kearah pintu dimana Arga dan kedua orang tua mereka berjalan kearahnya.

"Selamat sayang, sudah menjadi ibu," Ucap Sinta dengan setengah memeluk putrinya itu.

"Selamat anak papi,"

Raina hanya menjawabnya dengan senyuman. Diliriknya Arga yng hanya diam tanpa mau mengucapkan satu kata pun.

"Anak aku mana?" Lirih Raina karna tak melihat anaknya di ruang ini.

"Karna bayi kamu lahir prematur, jadi dia masih di inkubator dan masih gaboleh kesini, selain badanya masih kecil, dia juga masih lemah," Jelas Sinta, mami Raina.

"Mmm, karna papi ada meeting kami pulang dulu ya, Arga titip Raina ya," Pamit Armand.

Arga mengangguk lantas menyalimi kedua mertuanya.

Setelah orang tua Raina keluar, tinggalah Arga dan Raina yang hanya berdua di ruangan ini.

"gue mau ngajuin surat cerai kita, karna anak yang lo kandung udah lahir,"

"Bagus deh, tapi anak gue lo yang urus ya"

Raina sengaja menyetujui permintaan Arga yang ingin pisah darinya, karna kalo dipikir pikir pacar baru nya lebih kaya dari Arga.

"Lo jangan seenaknya gitu dong! itu juga anak looo!"

"Asal lo tau ya, gue sebenarnya ga pengen punya anak sama lo, apalagi umur gue masih muda! cuman karna duit lo aja gue rela hamil, aslinya mah ogah gue," Ucap Raina dengan nada santai.

Rahang Arga mengeras, matanya memerah, emosinya sudah memuncak mendengar perkataan Raina barusan.

"LO UDAH HANCURIN RUMAH TANGGA GUE SAMA VIRA, DAN SEKARANG DENGAN ENAKNYA LO GAMAU NGURUS BAYI KITA DAN MAU PERGI GITU AJA? IYA?!"

"IYA! GUE UDAH MUAK, LO UDAH MISKIN GUE OGAH SAMA LO LAGI!" Jawab Raina dengan teriakan tak kalah keras.

"JAGA OMONGAN LO BANGSAT!"

"Sepertinya benar kata semua orang, kalo lo itu jalang. Bahkan kalo ada jabatan yang lebih tinggi dari jalang, itu cocok buat lo!"

Arga buru buru keluar dari ruangan Raina, ia sudah muak dengan Raina. Dengan perlahan ia merasakan penyesalan. Menyesal dimana dirinya meninggalkan Vira dan mengacuhkan Vira dalam keadaan hamil.

"Arghh!" Teriak Arga frustasi.

---------

"Awhs, bunda, p-perut Vira s-sakitt bunn"

Bunda Nia memang menginap di apartemen Vira karna ingin menemani Vira agar anaknya tidak kesepian.

Saat bunda Nia sedang fokus memasak, rintihan kesakitan yang keluar dari mulut Vira membuat bunda Nia buru-buru menghampiri Vira dengan wajah yang panik.

"Vir? tunggu sini, bunda telfon ayah ya, kita kerumah sakit sekarang," Dengan perasaan yang panik dan khawatir, bunda Nia menghubungi suaminya agar bisa mengantar Vira ke rumah sakit.

"B-bun, sakitt!" Dengan keringat dingin yang berada di pelipisnya serta air mata yang turun deras, Vira memegang perutnya.

"Astaghfirullah, kamu pendarahan Vir!" Bersamaan dengan teriakan bunda Nia, bel apartemen berbunyi. Buru buru bunda Nia membukanya.

Setelah pintu terbuka sempurna, ayah Wisnu dengan wajah lelah sepulang kantor menghampiri Vira dan langsung membopong tubuh anaknya lalu turun untuk menuju ke mobilnya yang sudah ada sopir pribadi milik keluarga Addison diikuti bunda Nia yang mengekor dibelakang dua orang kesayanganya.

Mobil mewah itupun membelah kota jakarta dan menuju ke rumah sakit langganan mereka yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sini.

"Vir, jangan tutup mata kamu ya nak, bertahanlah, bunda mohon,"

Vira tidak menjawab. Badanya terlalu lemas untuk menjawab pernyataan bundanya.

Saat sudah ingin sampai, mata Vira terpejam, membuat bunda Nia serta ayah Wisnu panik setengah mati.

"Pak cepatt!"

Tak lama, mobil keluarga Addison pun telah sampai di rumah sakit. Dengan darah yang masih mengalir deras di kaki Vira, ayah Wisnu dan beberapa suster di rumah sakit disana membantu membopong tubuh Vira untuk ditaruh di brankar.

Setelah sampai di depan ruang IGD, ayah Wisnu serta bunda Nia hanya menunggu di luar dengan terus membaca doa untuk keselamatan anak mereka.

"Bunda takut, Vira sama cucu kita kenapa napa mas," Ujar bunda Nia dengan air mata yang mengalir.

"Kita doain aja bun, yang terbaik buat mereka," Balas Ayah Wisnu dengan memeluk sang istri tercinta.

Ceklek

Pintu ruang rawat terbuka, menampilkan dokter dan dua suster dibelakangnya.

Sontak saja ayah Wisnu dan bunda Nia berdiri menghampiri dokter tersebut, "Bagaimana dok keadaan anak saya dan cucu saya?"

Dokter yang bernama pramesthi itu nampak sedikit gusar. Menghela nafasnya sebentar sebelum mengatakan sesuatu,

"Kondisi ibu Vira saat ini masih kritis pak, bu, dan bayi yang ada dikandungan ibu Vira..." Jeda dokter Pramesthi, membuat bunda Nia dan ayah Wisnu sangat amat khawatir.


TBC

MAAF PENDEK:(

JANGAN LUPA VOTE💗

ARGARA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang