JANGAN LUPA VOTE💗
BANYAKIN KOMEN NYA YUK
HAPPY READING🚀
Vira menghela nafas lega setelah dirinya sudah sampai kembali di tanah kelahiranya.
Langsung saja ia memasuki mobil dengan sopir suruhan Wisnu untuk menjemputnya di bandara.
"Pak langsung ke rumah sakit **** saja ya" ujar Vira kepada sopirnya.
"Siap non,"
Tak membutuhkan waktu lama, Vira pun telah sampai di rumah sakit. Buru buru ia memasuki rumah sakit tersebut dengan berlari, persetan dengan punggungnya yang terasa pegal karna lama duduk dipesawat.
"Veena!"
Saat ingin bertanya kepada resepsionis, tiba tiba Raga memanggilnya dari arah lorong sebelah kanan.
"Gara!" langsung saja Vira memeluk tubuh tegap tersebut dengan air mata yang terus mengalir.
Saat mengingat tujuannya kesini, buru buru Vira melepaskan pelukan itu.
"Gimana keaadan mas Arga, gar?"
Raga menggeleng, "Sebaiknya lo masuk ruangannya sebelum alat alat medis dilepas sama dokter,"
Vira mengangguk, lantas Vira dan Raga pun berjalan menuju ruangan Arga. Saat sudah sampai ternyata ada mama Desi, papa Demian serta kedua orang tuanya. Lantas Vira pun memeluk semua orang yang berada disana.
Semua yang berada disana menangis. Kecuali Demian dan Wisnu. Mungkin dua pria itu hanya berkaca kaca, tidak sampai deras seperti para wanita.
Kedatangan Vira membuat Desi benar benar bahagia. Langsung saja wanita itu memeluk Vira dengan erat dan menumpahkan tangisnya dipundak sang menantu.
"Terimakasih Vir, terimakasih karna kamu telah datang. Kemarin mama hanya berharap dan berdoa tapi sekarang kamu mengabulkannya nak, terimakasih sayangg,"
Mengelus pelan punggung sang mertua, "Vira tidak setega itu untuk tidak datang kesini ma, karna bagaimanapun Arga tetap menjadi sahabat baik untuk Vira," ujar Vira.
"Sekarang bagaimana kondisi mas Arga ma?"
"Kamu masuk ya Vir, sebelum alat alatnya dilepas, soalnya kalau sudah dilepas nanti harus urus yang lain lain jadi takutnya kamu gaada waktu," sahut Demian yang berada di belakang Desi.
Vira mengangguk lantas melepaskan pelukannya dan berjalan menuju ruangan yang berisikan Arga tersebut.
Dengan tangan bergetar serta air mata yang turun membasahi pipi mulusnya, Vira memegang knop pintu dan membukanya.
Ceklek
Pintu terbuka sempurna menampilkan Arga yang sudah tidak bernyawa di brankar nya. Dan saat itu juga, air mata Vira mengalir tambah deras dari sebelumnya. Bahkan ia menutup mulutnya sendiri agar isakannya tidak terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA (On Going)
Random[PROSES REVISI] REVISI DI DAHULUKAN SEBELUM END!! "Sebuah rasa tidak dapat berubah karena dipaksakan. Tapi rasa juga bisa berubah karena terbiasa" -Hero Arga Lecester Atkindson "Cinta bukan hanya datang karena pandangan pertama, tetapi cinta bisa...