6

9.9K 390 2
                                    

HAAIIII WELCOME TO PART 6💜

SEMOGA SUKA><

HAPPY READING💋

M a s C a p t a i n

Tanpa aba-aba, Iona menarik tangan pria itu ke dalam toilet.

"Heh kamu apa--"

"Sssttt!" Iona meletakkan telunjuk di depan bibir pria itu. Tapi tidak menempel.

Iona mengambil tissue yang tersedia di toilet, ia sedikit membasahkan benda halus tersebut lalu beralih ke bibir pria itu.

"Maaf pak, saya lancang."

Awalnya pria itu memberontak, namun saat tissue tersebut bergerak lembut di bibirnya seketika ia terdiam.

Seperti ada magnet tersendiri dari gadis di depannya. Pria itu mendadak membeku. Jantungnya berdegub kencang. Tersadar, ia segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Jangan kalian pikir Iona tidak merasakan apapun. Salah besar. Justru jantungnya lah yang paling berdisko ria saat ini bahkan tangannya gemetar namun sebisa mungkin Iona terlihat profesional.

"Yah pak masih ada sisa lipstik nya, gimana dong pak?" Tanya Iona polos.

"Kamu bersihin sampai benar-benar bersih."

Nah kan ada magnet tersendiri dari Iona. Usapan halus dan lembut dari tangan Iona seakan candu baginya.

Ah tidak tidak. Apa sih!

"Sini biar saya saja." Ketus pria itu mengambil alih tissue dari tangan Iona.

Iona sedikit menjauhkan tubuhnya yang mungkin saat ini akan gemetar hebat seperti tersetrum. Tapi setruman ini entah kenapa berbeda, ini seperti setruman cinta.

Ih lo kenapa dah. Iona gila!

"Lain kali kalau lari liat kedepan. Bukan kebelakang!" Iona tersentak dari lamunannya.

"Sungguh ku terpuruk dalam lamunan." Batin Iona.

"I-iya maaf pak."

"Umur saya masih muda. Berhenti panggil saya pak." Ucapnya.

"I-iya maaf om."

"Saya bukan om kamu."

Iona menatap pria itu. Keningnya berkerut. Duh kalau tadi ia tidak melihat orangtuanya kejadian ini pasti tidak akan terjadi.

"Iya maaf bang."

"Kamu pikir saya pedagang?!" Ketusnya.

Lah nih orang kenapa sih sewot banget.

Ok Iona. Tarik napas. Sabar

"Terserah anda aja deh." Ucap Iona gemas sendiri.

Hening.

Entah kenapa tidak ada satu pun orang yang datang ke toilet ini.

"Mas--"

"Yang--"

Spontan mereka terdiam saat mereka berbicara secara bersamaan.

"Bapak--em...anda duluan." Ucap Iona meleset.

"Yang tadi lupakan! Anggap saja kita gak pernah bertemu."

"Lah gimana sih? kita emang bertemu di kenyataan?" Batin Iona.

"I-iya kalau gitu saya permisi." Iona melenggang pergi

M a s C a p t a i n

Mas Captain! I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang