18

1.5K 190 91
                                    

Author pov.
Hari senin, hari yang sangat amat dibenci oleh para murid karena di hari itu dilakukan berbagai macam pemeriksaan, mulai dari pemeriksaan seragam sekolah, rambut, kuku, dan masih banyak lagi hal lainnya.

Kurang satu menit lagi bel masuk akan berbunyi, namun yena malah berjalan dengan santainya menuju ke gerbang sekolah sambil sesekali memasukkan permen tangkai ke mulutnya.

Kebetulan hari ini yena ga bawa motor karena motornya lagi sakit.



"Ngapain ?" Tanya yena heran ketika melihat seorang adik kelasnya tampak bersembunyi sambil sesekali melihat ke arah guru yang sedang berjaga di gerbang sekolah.

"Mm.. eee.. i-ini un, aku lupa ga bawa almamater."

"Hah ? Alamamater ? Lo kelupaan ? Bisa-bisanya hal penting kayak gitu dilupain."



Yang mendapat omelan hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya.



"Ngomong-ngomong lo anak yang waktu itu ngasih gue minuman kan ?
Hmm..
Jo.."

"Jo yuri un."

"Nah iya, Jo Yuri."



Cie yenyul shipper langsung besorak.

"Tiga puluh sembilan detik lagi." Ujar yena sambil menatap jam di tangannya lalu melepaskan almamater yang sedang terpakai sempurna di tubuhnya.

"Buruan sana lari, bawa aja almamater gue."

"E-eh, j-jangan.."

"Udah buruan!"



Yena sedikit mendorong yuri agar adik kelasnya itu menuruti perkataannya. Dan hal itu berhasil membuat yuri segera berlari namun saat berlari yuri terus melihat ke arah yena, mengkhawatirkan kakak kelas pujaannya itu.



*bruk



Di saat yena hendak kembali berjalan, tiba-tiba ada yang menabrak tubuhnya dari belakang.



"Aduh maaf-maa..
Oh ? Yena unnie ?"

"Lah ? Lo juga baru dateng ? Anjir kurang berapa detik lagi ini ?"



Tanpa basa-basi, yena langsung menarik tangan gadis yang menabraknya tadi untuk diajaknya berlari bersama.



"Eh pak pak pak tunggu-tunggu!"



Gerbang sekolah yang kurang sedikit lagi ditutup dengan sempurna itu dihentikan akibat teriakan yena.



"Kalian udah ter.."

"Kurang dua detik pak, belum telat, setidaknya biarin yiren masuk."



Dengan sedikit terburu-buru, yena melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukannya pada yuri tadi, yaitu sedikit mendorong orang yang ternyata adalah Wang Yiren itu agar gadis cantik pujaan hatinya itu segera berjalan memasuki pintu gerbang yang sedikit lagi tertutup rapat.



"E-eh t-tapi.."

"Ssstt."



Yena meletakkan jari telunjuknya di depan bibir sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya seperti mengisyaratkan kepada yiren bahwa dirinya tidak apa-apa.



"Yiren, buruan masuk ke kelas! Ga usah ngurusin pacar kamu yang bandel ini."
Sang guru itu memperingati yiren yang sedang menatap yena dengan penuh khawatir sambil menutup kembali pintu gerbang itu.

Extraodinary LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang