26

1.7K 202 84
                                    

Author pov.
Keesokan paginya, lia yang sudah berseragam rapi dan lengkap, tidak lupa dengan sedikit polesan di wajah agar wajah cantiknya itu terlihat lebih sempurna, berjalan menghampiri yeji yang masih terlelap padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh.

Lia tersenyum hangat ketika memperhatikan pahatan sempurna yang Tuhan berikan di setiap inci wajah orang yang hampir lima bulan ini selalu menemani tidurnya.

Entah apa yang mengusik hati lia akhir-akhir ini, namun hanya dengan berada di dekat yeji saja lia bisa merasakan sebuah kenyamanan yang tidak pernah ia dapatkan dari Han, kekasihnya sendiri.

Dengan sangat hati-hati lia duduk di pinggiran ranjang berukuran cukup besar itu, lalu tangan kiri lia terulur untuk menyentuh pipi yeji, setelah itu ibu jarinya mengusap lembut pipi seseorang yang akhir-akhir ini berhasil menghantui pikirannya itu.



"Ji, gue berangkat dulu ya, hari ini gue yang jaga gerbang, jadi lo jangan kesiangan ya datengnya." Dengan nada yang sangat amat lembut, lia berpamitan pada yeji seakan itu adalah hal yang wajib dilakukannya.



Saat lia hendak beranjak pergi, tiba-tiba saja yeji menahan tangan lia yang masih menyentuh pipinya.



"Ati-ati."



Senyuman lia langsung merekah setelah mendengar perkataan yeji itu.
Walaupun sangat singkat, namun entah kenapa satu kata yang ke luar dari mulut yeji itu bisa membuat lia merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri.



"Iya, lo abis ini langsung mandi ya, jangan tidur lagi." Lia berucap sambil kembali mengusap lembut pipi yeji menggunakan ibu jarinya, karena tangannya masih ditahan oleh yeji di atas pipi gadis bermata tajam itu.

"Gue..
Capek."

"Capek ? Kenapa ? Lo sakit ? Atau lo lagi ga enak badan ?"



Lia langsung mengalihkan tangannya yang tadinya sedang menyentuh pipi yeji itu jadi ke dahi yeji.

Yeji yang bisa merasakan kekhawatiran pada diri lia itu langsung menggelengkan kepalanya.



"Engga, gue pengen bolos, sehari aja, boleh ga ?"



Lia yang mendapat pertanyaan seperti itu bukannya menjawab namun malah terdiam.

Setelah beberapa saat terdiam, lia tampak mengeluarkan handphone dari saku almamaternya.



"Hallo ju, gue minta tolong ijinin gue dong, ada hal penting yang ga bisa gue tinggal nih."



Yeji yang mendengar lia tiba-tiba berbicara dengan seseorang melalui telfon itu langsung membuka matanya.



"Okay thankyou."



*pip



"Nah udah beres, hari ini lo mau ke mana ? Gue temenin."

"Kenapa ikut bolos ?"

"Ya..
Gapapa, biar lo ga sendirian aja."

"Gue capek, ga pengen ke mana-mana, cuma pengen tidur.
Lo berangkat aja, gue gapapa."



Si es batu udah mulai mencair yeorobun. Orang yang tadinya cuma bisa ngomong sepatah dua patah kata sekarang jadi bisa ngomong satu kalimat.

Seakan tidak mempedulikan perkataan yeji, lia malah melepas almamaternya, setelah itu naik ke atas tempat tidur mereka dan ikut masuk ke dalam selimut yang sedang digunakan untuk menutupi tubuh yeji.



Extraodinary LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang