Author pov.
Beberapa hari terakhir ini, lia selalu menggunakan waktu istirahatnya untuk berada di ruang OSIS karena ada beberapa tugas yang belum diselesaikannya.Ketika lia sedang fokus pada kertas-kertas di hadapannya, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang terulur di hadapan lia, dan tangan itu terlihat sedang menggenggam sebuah botol minuman.
Tentu saja karena hal itu lia langsung menghentikan segala aktivitasnya untuk melihat siapa pemilik tangan itu.
"Ju ?"
Yang dipanggil hanya menunjukkan senyuman manisnya tanpa mengubah posisi tangannya yang sedang terulur untuk memberikan sebuah minuman kepada ketua OSIS sekaligus sahabatnya itu.
"Jadi ga mau nih ?"
Pertanyaan orang yang tidak lain adalah Kim Minju itu berhasil membuat lia tersadar akan minuman yang masih ada di tangan minju itu.
"Ah m-makasih."
Akhirnya lia menerima minuman itu dengan sedikit canggung dan kecanggungan itu berlanjut sampai minju duduk di sebelah lia. Sampai-sampai lia tidak berani menatap minju berlama-lama seperti yang biasa lia lakukan dulu.
"Kalau dapet tugas sebanyak ini kenapa ga minta tolong gue ?"
Lia terdiam, sambil memainkan botol minuman yang minju berikan tadi. Lia benar-benar tidak tahu harus menjawab dan berbicara apa kepada minju, karena hubungan mereka saat ini sedang tidak dalam keadaan yang baik seperti dulu.
"Maafin gue li, maaf, ga seharusnya gue semarah itu sama sahabat gue hanya karena seseorang yang baru gue kenal. Bego banget kan gue ? Gue sebagai sahabat seharusnya ada di sisi lo di saat lo lagi ada masalah, bukan malah ikut-ikutan jauhin lo.
Hah..
Padahal dulu setiap kali gue ada masalah, lo selalu jadi orang pertama yang bakal ngulurin tangan buat hapus air mata gue. Tapi sekarang ? Gue seakan jadi orang terbego di dunia karena ga tau caranya berterima kasih dan bersyukur udah dikasih sahabat kayak lo."Mendengar perkataan minju itu, perlahan-lahan lia mulai mengangkat kepalanya lalau menatap orang yang sudah menjadi sahabatnya selama lima tahun ini.
"Ju.."
"Gue ga pantes kan buat disebut sahabat ?"
Lia dapat melihat minju sedang berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Walaupun sekarang pelupuk matanya sudah dipenuhi dengan genangan air.
Tentunya lia yang melihat sahabatnya seperti itu langsung memeluk minju dengan sangat erat.
"Engga ju, gue juga salah karena gue ga jujur sama kalian. Wajar kalau kalian sebagai sahabat marah. Lagian sahabat mana sih yang ga marah kalau diboongin sama sahabatnya sendiri ? Gue juga minta maaf ju, maaf banget karena perbuatan gue itu bikin persahabatan kita jadi kayak gini."
Minju sedikit melonggarkan pelukan mereka itu untuk menatap sang sahabat yang juga baru saja mengakui semua kesalahannya.
"Udah ya, yang lalu biar lah berlalu, kita jadiin hal itu sebagai pelajaran aja biar persahabatan kita makin kuat dan ga mudah hancur hanya karena masalah kayak gini."
"Tapi..
Gue masih ga enak sama karina ju, gue pasti udah bikin perasaan dia hancur banget."Minju yang dapat melihat kekhawatiran di raut muka lia itu langsung tersenyum dengan lembut dan sangat tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraodinary Love
FanfictionMenceritakan tentang lika-liku kehidupan anak sekolahan Warning! GxG Ga suka ? Skip boss!