Kabut duka menyelimuti SMA Jupiter pagi ini. Setelah semua murid dikumpulkan di lapangan, mereka serempak menyalakan lilin sebagai cahaya yang akan menerangi Bulan di atas sana. Jenazah Bulan sudah dimakamkan malam tadi, secara tertutup dan hanya boleh dihadiri oleh pihak keluarga. Kini, pihak polisi tengah mengusut kasusnya.
Foto berukuran besar yang merupakan foto Bulan disimpan di atas sebuah mimbar tengah lapangan. Cewek itu tampak cantik, mengenakan seragam putih abu dengan rambut terurai. Suasana semakin haru, saat Aldira, Airis, Jubaedah, Sitoy, dan Dania saling memeluk satu sama lain. Kini tanpa Bulan, tanpa si cewek ceria itu.
"Kita lepaskan kamu terbang, Lan. Semoga tenang di atas sana," ujar Dania sesenggukan.
"Aku sayang kamu, Lan. Maaf dan terima kasih sudah mau jadi sahabat aku selama ini," tambah Aldira.
"Hiks ... ini serius Bulan udah enggak ada?" Jubaedah menangis keras. Membuat keempat temannya itu memeluk dirinya serempak.
Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu
Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku
'Ku memintal rindu menyesali waktu mengapa dahulu
Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehariWalau masih bisa senyum
Namun tak selepas dulu
Kini aku kesepian
Kamu dan segala kenangan
Menyatu dalam waktu yang berjalanDan aku kini sendirian
Menatap dirimu hanya bayangan
Tak ada yang lebih pedih
Daripada kehilangan dirimu
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamuWalau masih bisa senyum
Namun tak selepas dulu
Kini aku kesepian
Kamu dan segala kenangan
Menyatu dalam waktu yang berjalan
Dan aku kini sendirian
Menatap dirimu hanya bayangan hanya bayanganO-o-oh ...
Daripada kehilangan dirimu
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamu
Tak ada yang lebih pedih
Daripada kehilangan dirimu
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamu
'Ku mencintamu
Kamu dan kenanganLagu itu berputar, mengisi setiap sudut penjuru sekolah. Semua murid bernyanyi serentak, satu suara, dan menggema. Membuat yang siapa saja yang mendengar mungkin akan tergugu menangis. Pilu. Sedih, dan begitu membuat merinding.
***
Bumi memejamkan mata, mendengarkan dengan jelas nyanyian yang tengah mengalun di lapangan. Dalam acara penyalaan lilin ia tidak ikut serta, dan lebih memilih berdiam diri di perpustakaan. Jujur, sejak kemarin, Bumi tak bisa tidur, tak enak makan. Pikirannya berkelana, memutar acak sebuah kejadian dimana ia memaksa Bulan di apartemen dan menjatuhkannya ke bawah.
Srettt....
Bumi mengerjap. Ia menolehkan kepala ke samping, entah nyata atau tidak, ia mendengar ada yang berlari. Cepat. Secepat kedipan mata.
"Siapa?" Bumi bangkit. Mendadak, suasana horor menyelimuti perpustakaan yang hanya di dominasi buku-buku itu.
Bumi berjalan ke arah rak paling ujung, ia dengan jelas mendengar seseorang tengah menghentak-hentakkan kakinya.
HAHAHAHAHA
Deg! Nyali Bumi ciut saat mendengar suara cewek tertawa di balik rak buku paling ujung.
"Siapa disana?!" teriak Bumi dengan dada ketar-ketir.
Sreetttt....
Bumi berbalik badan. Kini ia mendengar, seperti ada yang terbang di belakangnya. Mengedarkan pandang ke segala penjuru, Bumi tak mendapati apapun. Kakinya mendadak berat, mulutnya mendadak kelu untuk sekedar mengucapkan kalimat doa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝𝕭𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖘 𝖐𝖆𝖒𝖎, 𝖒𝖆𝖘𝖚𝖐 𝖘𝖊𝖍𝖆𝖙 𝖐𝖊𝖑𝖚𝖆𝖗 𝖈𝖆𝖈𝖆𝖙.❞ -PANTER Altair Prawira Atmaja. Punya julukan sebagai Singa jalanan. Sama seperti julukannya, ia liar dan begitu ber...