"ARGHHH!"
Altair melemparkan semua benda yang ada di hadapannya. Cowok bertelanjang dada itu, menonjok meja lalu dinding secara bergantian. Emosinya tidak terkendali.
Satu hal yang pasti, yang membuatnya seperti ini adalah Capella. Sosok model yang baru saja pulang dari luar negeri. Cewek itu adalah cewek yang selama ini Altair sukai. Namun naasnya, saat Capella pulang, ia sama sekali tidak mengundang Altair. Cewek itu malah mengundang Bumi.
"GUE SUKA SAMA LO CAPELLA!! TAPI KENAPA KAYAKNYA LO MALAH SUKANYA SAMA BUMI, HAH?!" Altair melepaskan gorden dengan brutal.
Mengangkat salah satu meja dan melemparkannya ke kaca jendela membuat kaca tersebut pecah. Suara pecahan kaca jelas berbunyi nyaring, bahkan retakannya tak sengaja menggores pergelangan tangan Altair membuatnya sedikit berdarah dan terluka. Namun Altair, tidak mempedulikan itu.
Altair benar-benar butuh obat penenang, tapi tidak mungkin ia menyentuh obat-obatan terlarang. Satu-satunya yang bisa membuatnya tenang adalah ... Alena-mamanya.
"Mama...," panggil Altair dengan lirih. "Gue harus temui mama." Altair bergerak pergi, meninggalkan kamarnya yang sudah kacau balau.
Cowok itu mengambil jaket yang tersampir di sofa ruang tamunya, bergerak keluar rumah lalu menaiki motor ninja kesayangannya dan melesat pergi dengan kecepatan super tinggi.
***
"Aldira Savana, jawab aku ya!!! Bahasa inggrisnya, bulan?"
Dengan malas, Aldira akhirnya buka mulut. "Moon."
Dania mengacungkan jari jempolnya. "Kalau pintu?"
"Door," kata Aldira tak bertenaga.
"Kalau, pergi?"
"Go."
"Bagus-bagus. Yang terakhir, bahasa inggrisnya blokir."
"Block."
"Coba kamu sambungin bahasa inggris tadi," suruh Dania.
"Nggak mau ah, aku lagi nggak bertenaga," tolak Aldira mentah-mentah.
"Iiiiiii ayooo!!!" rengek Dania menarik-narik lengan Aldira.
"Oke deh oke." Akhirnya, Aldira luluh karena rengekan Dania. Pelan-pelan, cewek itu merangkai kata yang tadi ia sebutkan satu persatu. "Tadi ada kata, moon, door, go, blok...," Aldira mengeja ingatannya. "Jadi, moondoor goblok??!!!" Aldira terpekik, membuat Dania terkekeh.
"Itu adalah kata-kata yang pas buat kamu, Dir!!" kekeh Dania begitu ngakak melihat raut wajah Aldira yang masam. "Sadar Dir, saingan kamu sekarang model cantik yang lagi tenar! Capella Megantara!! Ayo Dir, mundur aja," kata Dania membuat Aldira gondok.
"Aku nggak akan mundur, aku yakin kak Bumi tuh sukanya sama aku." Aldira berucap dengan tingkat kepedean tingkat tinggi. "Tapi ... kalaupun kak Bumi nggak suka sama aku, nggak apa-apa. Aku bakal tetap suka sama dia kok," sambung Aldira dengan lesu.
Tawa Dania terhenti, sepertinya sudah bukan lagi waktunya untuk bercanda. Cewek itu merengkuh temannya dari samping. Dania tahu, Aldira tengah diserang rasa cemburu dan sakit hati yang berbaur jadi satu.
"Yang sabar, kalau kamu yakin misalnya kak Bumi sukanya sama kamu. Maka, aku juga yakin kok, kalau kak Bumi sukanya sama aku bukan Capella," ujar Dania mengelus punggung Aldira.
Walaupun ucapan Dania masih bersifat opini, setidaknya Aldira tenang akan itu. Entah kenapa, Aldira yakin 100% bahwa cinta pertamanya tidak akan bertepuk sebelah tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝𝕭𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖘 𝖐𝖆𝖒𝖎, 𝖒𝖆𝖘𝖚𝖐 𝖘𝖊𝖍𝖆𝖙 𝖐𝖊𝖑𝖚𝖆𝖗 𝖈𝖆𝖈𝖆𝖙.❞ -PANTER Altair Prawira Atmaja. Punya julukan sebagai Singa jalanan. Sama seperti julukannya, ia liar dan begitu ber...