Singkat. Begitulah kebersamaan yang terjadi antara Trio ABA. Aldira pikir kebersamaan mereka akan berlangsung lama, atau syukur-syukur selamanya. Namun sayang, pemikiran Aldira salah besar. Harapannya pupus di tengah jalan. Selepas berteriak kegirangan, Altair, dan Agra langsung saling menjauh. Membersihkan badan masing-masing karena kulit keduanya bersentuhan.
Awalnya, akan ada acara baku hantam namun Bumi buru-buru menengahi. Dan membenarkan, bahwa ini semua terjadi karena spontanitas.
Sama seperti tadi, Aldira hanya bisa jadi penonton. Jika beberapa waktu ia menonton Trio ABA akur, kini berbeda, Trio ABA kembali cekcok. Setelah pemberian hadiah untuk regu pemenang. Sore harinya, kegiatan kemah kembali berjalan. Tidak lomba, tapi ... mencari kayu bakar. Biasalah, untuk kebutuhan api unggun malam nanti.
Dengan gagah, Altair memakai bandana berwarna biru tua, mengikatnya kencang di kepala menjadikan aksesoris tambahan disana. Sambil memakan permen karet, mulut Altair tidak mau diam. Sekali-kali cowok itu membuat balon, dan meletup-letupkannya dengan sesuka hati.
"Maaf ya, gue nggak bisa cari kayu bakar bareng sama kalian. Gue udah janjian sama Airis." Agra membuka suaranya paling pertama disaat regunya tengah berembuk.
Aldira yang tengah berjongkok sebari mengikat tali sepatunya, kontan menengadahkan kepalanya. Menatap Agra datar, dengan raut wajah penuh pertanyaan.
Apa Aldira tidak salah dengar?
Agra janjian dengan Airis?
"Pergi aja sana, kita nggak butuh lo juga!" Altair menyahut sambil mengunyah permen karetnya tanpa menoleh.
"Yaudah, gue permisi." Agra pamit, namun baru mulai melangkah, tiba-tiba suara Aldira menghentikannya.
"Tunggu Gra," sergah Aldira. Cewek itu berdiri, berjalan menghampiri Agra dan berdiri di depan cowok yang kini mengenakan topi hitam.
"Ada apa?" tanya Agra dengan satu alis terangkat.
Aldira meremas jemarinya sendiri dengan kuat. Mengangkat wajah dan memanah manik Agra tepat di tengah. "Aku harap, kamu bener-bener tulus deketin Airis," ucapnya gugup.
Agra tersenyum tipis. "Apa urusannya sama kamu?" Aldira terdiam.
"Suka-suka aku dong, mau tulus kek, mau cuma sekedar singgah kek, kamu bukan siapa-siapa aku. Jangan ngatur," Agra melanjutkan. Seolah tidak memberikan Aldira celah untuk bicara.
"Lihat Dir, aku tepati janji aku sendiri. Aku bakal jadiin Airis pacar aku. Namun aku janji sama kamu, Airis nggak akan pernah dapat kebahagiaan. Aku cuma bakal bikin dia menderita. Gimana, puas 'kah?" cecar Agra membuat Aldira menohok.
"Kamu gila?!!" seru Aldira membelot. Bagaimana bisa Agra berpikiran seperti itu?
"Jahat ya kamu, Gra!" sebutnya langsung sembari menunjuk dada bidang Agra dengan jari telunjuknya."Kamu yang jahat, Dir." balas Agra menyanggah dengan nada sedikit naik.
Sadar bahwa percakapan Aldira dan Agra memanas. Bumi selaku pacar Aldira langsung turun tangan menghampiri. Bumi menarik Aldira, agar jauh-jauh dari Agra.
"Apa-apaan lo bentak cewek gue?!" Bumi mendorong bahu Agra sarkastis. Bahkan sampai-sampai Agra hampir terhuyung.
"Cewek lo?" heran Agra kemudian. Menatap Aldira dan Bumi tidak percaya.
"Iya, Aldira cewek gue. Dia pacar gue sekarang, dan kalau lo bentak-bentak dia lagi. Urusannya sama gue!" tunjuk Bumi pada Agra dengan bengis.
Aldira merundukkan kepalanya, saat Agra menatapnya masih tidak percaya. Dengan dada sedikit ketar-ketir, Agra pergi begitu saja melalui Aldira dan Bumi tanpa mengatakan apapun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝𝕭𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖘 𝖐𝖆𝖒𝖎, 𝖒𝖆𝖘𝖚𝖐 𝖘𝖊𝖍𝖆𝖙 𝖐𝖊𝖑𝖚𝖆𝖗 𝖈𝖆𝖈𝖆𝖙.❞ -PANTER Altair Prawira Atmaja. Punya julukan sebagai Singa jalanan. Sama seperti julukannya, ia liar dan begitu ber...