"Proposalnya udah gue kirim ya, tinggal kabar persetujuan atau penolakan aja dari pihak sekolah."
Semua anggota OSIS mengangguk di ruangan cukup luas itu. Pagi ini, Agra selaku ketua OSIS mengadakan rapat dadakan. Ia mengirimkan sebuah proposal permohonan izin mengenai kegiatan kemah diluar sekolah. Yang tentunya, akan dilaksanakan di luar Jakarta. Rapat yang tidak berlangsung lama itu, langsung bubar rapih. Di ruangan cukup luas itu, Agra kini seorang diri.
Cowok itu memandangi sebuah benda kecil di tangannya. Cincin, ya benda kecil itu adalah sebuah cincin perak. Terdapat sebuah nama yang di desain disana, ada dua nama.
Agra & Aldira.
Cowok itu lantas tersenyum. Ekor matanya melirik pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebenarnya, Agra tengah mencari waktu yang tepat untuk memberikan ini pada Aldira.
"Aku bakal jadiin kamu pacar, Dir," monolog Agra.
***
"Jadi, lo yang gambar ini di tangan gue?!"
Pagi ini, Aldira sudah tertangkap basah dan harus menjalani serangkaian interogasi yang dilakukan Altair. Cowok itu menunjukkan punggung tangannya, ada gambar disana.
Aldira meringis, ulah jahilnya terciduk oleh Altair rupanya. Gambar buatannya terlihat masih ada, jelas. Karena ... kan memakai spidol permanen.Iya, gambar sebuah singa dengan tulang KANG NYOLOT! RAWR. Aldira pikir, Altair tidak menyadarinya karena gambarnya lumayan kecil. Namun sepertinya, cowok itu sadar, padahal itu sudah beberapa hari berlalu.
"Maaf ya, Kak. Tapi gambaran aku, bagus, 'kan?" Aldira menaik turunkan kedua alisnya. "BAGUS PASTIII!!" serunya mengagetkan Altair. Sebenarnya, Aldira tengah berusaha mati-matian mencairkan suasana yang tegang ini, agar ... Altair tidak marah.
"Emang dasar ya, lo! Maksud dari KANG NYOLOT! RAWR, itu apa?? Hah??" Altair berkacak pinggang, maju mengikis jarak dengan dagu terangkat membuat Aldira refleks mundur.
Brak!
"Aw! Sakit!" Aldira mengerang saat kepala dan tubuhnya menyentak tembok. Altair di hadapannya sudah tertawa. "Dasar nyebelin, gara-gara Kakak, aku jadi nubruk tembok gini!" cerocosnya galak.
"Bodo amat," sembur Altair tepat di wajah Aldira. "Ayo kasih tau, maksud dari gambaran lo ini apa?!"
Aldira terdiam, ekor matanya bergerak kesana-kemari. Untungnya saja, kini keduanya tengah ada di gudang belakang sekolah. Jadi, tidak akan ada yang tahu. Tidak usah bertanya tengah apa mereka sekarang, karena sepertinya kalian sudah tahu. Seperti biasa, Aldira akan memberikan bekal sayur pohon dan lauk pada Altair.
Bruk!
"Cepet!!" Altair menggebrak tembok, salah satu tangannya kini sudah mengukung Aldira.
"KANG NYOLOT! RAWR. Itu tuh, menggambarkan Kak Altair," terang Aldira terbata. "Kan, Kak Altair sering marah, terus kalau ngomong nyolot terus. Makanya, aku sebut Kang Nyolot," imbuhnya nyengir terpaksa.
Altair manggut-manggut saja, tidak marah. Karena itu benar, Altair memang Kang Nyolot. "Terus, kalau RAWR sama gambar singa itu apa?"
"Aku gambar singa, karena Kakak itu kayak singa." Aldira berucap pelan. "Kakak kayak singa, RAWR!" Cewek itu meraung dengan kedua tangan terangkat bergaya mencabik. "RAWR!! RAWR!! KAK ALTAIR KAYAK SINGA!!!" teriak Aldira. Mendorong bahu Altair agar mundur dan berlari pergi.
Altair terdiam di tempatnya, seperti tersihir namun entah dengan apa. Apa mungkin dengan Aldira?
"KAK ALTAIR!!" panggil Aldira memekik di depan sana. Altair kontan menatapnya dengan mata menyipit. "RAWRR!!!" Cewek itu kembali meraung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝𝕭𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖘 𝖐𝖆𝖒𝖎, 𝖒𝖆𝖘𝖚𝖐 𝖘𝖊𝖍𝖆𝖙 𝖐𝖊𝖑𝖚𝖆𝖗 𝖈𝖆𝖈𝖆𝖙.❞ -PANTER Altair Prawira Atmaja. Punya julukan sebagai Singa jalanan. Sama seperti julukannya, ia liar dan begitu ber...