65. SELESAI

16.6K 2.2K 334
                                    

"AKANG! KAKAK SINGA, RAWR!"

Altair terlonjak. Cowok yang tengah duduk di kap mobil tanpa sadar itu, mengerjapkan mata. Cengo. Sangat amat cengo ekspresi wajahnya melihat ke sekeliling, kosong. Diputarnya kepala, Altair hanya melihat teras megah berisi mobil-mobil serta motor ninjanya dan ... sosok Aldira.

Tunggu, tunggu, otak Altair masih belum bekerja dengan benar. Masih ngelag.

Sejauh mata memandang, ia tak mendapati mobil taksi dan juga Zevan. Kemana manusia itu?

"Akang ihh! Kenapa sih? Kesurupan, ya?" Aldira mengguncang lengan kekar Altair.

Altair menatapnya. Menerjang tubuh Aldira dan mendekapnya erat. Aldira susah napas, dekapannya terlalu erat. Belum lagi, tadi sempat saja ia hampir tersungkur karena terjangan Altair yang tiba-tiba.

Napas Altair menderu. Ia mengusap surai hitam serta punggung Aldira secara bergantian. Perlakuan Altair, tak pelak membuat Aldira bingung. Sejak tadi, Aldira melihat Altair seperti tidur sambil duduk. Cowok itu tak bergeming, seolah tengah berkelana ke dimensi mimpi.

"Jangan pergi, bego! Jangan kembali sama Zevan! Jangan pergi, jangan! Jangan kembali sama Zevan! Lo cuma milik gue, Aldira!"

Kini gantian, Aldira yang cengo.

"Kenapa lo bego sih, kenapa lo mau balik sama Zevan? Kenapa lo mau ninggalin gue, hah?!"

Aldira buru-buru beringsut dari dekapan Altair. Menampar pipi cowok itu, agar kesadarannya kembali.

PLAK!

Saking keras dan hebatnya, wajah Altair sampai-sampai terhempas ke samping.

"SADAR KANG!" teriak Aldira.

Altair membenarkan posisi wajahnya lagi, sambil memegangi pipinya yang perih. Ia terkejut bukan main, karena Aldira menamparnya.

"Akang kenapa, sih? Siapa yang bilang aku mau balik sama Zevan? Siapa yang bilang kalau aku, bakal ninggalin Akang? Hah?!" Aldira berkacak pinggang. "Aku sama kak Zevan tadi, cuma sekedar pelukan doang. Terus, aku jelasin kalau aku udah nikah. Terus, kak Zevan pergi, dan katanya dia ikhlas aku sama yang lain. Terus, aku samperin Akang yang dari tadi, kayaknya tidur, terus-EMPH!"

Byur! Aldira seperti disiram air hangat, saat Altair menariknya dan mencium bibirnya. Perlakuan tak terduga Altair, mampu membungkam mulut Aldira. Altair memejamkan mata, tangan yang satunya naik merangkum wajah Aldira dan memperdalam ciumannya.

Aldira memegangi kerah seragam sekolah Altair. Ia ingin jatuh, walaupun Altair sudah memegangi tangannya.

Pagutan panas itu semakin menggila, tatkala Aldira membuka bibirnya sedikit lebar memberikan Altair agar masuk semakin dalam.

"ABAH! EMAK! LAGI NGAPAIN?"

Mata Altair dan Aldira yang tadi tertutup karena menikmati pagutan masing-masing langsung terbuka. Dengan cepat, keduanya melepaskan pertautan bibir itu.

Menengok serempak, melihat Bi Marsih tengah menunduk sambil menggendong Affan.

Sial, keduanya terciduk ciuman.

Altair berbalik badan, tidak berani menatap paruh baya di pintu sana. Altair menyeka salivanya di bibirnya.

Sialan, udah mimpi Zevan sama Aldira balikan. Terus terciduk ciuman, ah sial! batin Altair.

"Bi, turunin Affan," pinta Affan. Bi Marsih langsung menurunkan Affan dari gendongannya, membiarkan bocah itu berlari ke arah Aldira yang kini membeku di tempatnya.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang