41. INSIDEN PELECEHAN

21.8K 2.9K 173
                                    

"Jauhin Altair. Gue udah cariin cowok yang cocok jadi pacar lo, oke?"

Aldira menohok dengan ucapan sang kakak yang meluncur begitu lancar tanpa beban.

"Altair cowok berandal, dan gue nggak mau lo deket sama cowok berandal kayak dia. Jadi, stop deket sama dia," tegas Dafi dengan suara dingin.

"Abang apa-apaan sih, Kang Altair itu cowok baik. Dia emang berandalan, tapi dia nggak seburuk yang Abang kira." Aldira angkat bicara setelah beberapa menit terdiam, menjadi pendengar. Ia jelas menentang ucapan Dafi. Bagaimanapun juga, Aldira tidak mungkin menjauhi Altair.

"Nurut sama gue bisa nggak, Dir?" Dafi yang sedari tadi berdiri, kini menyempatkan duduk di samping Aldira. Di atas kasur empuk cewek itu.

Aldira mencebik, ia dengan sengaja menggeser duduknya, menjauh dari Dafi.

"Aku nggak bisa jauhin Akang, aku cinta sama dia, Bang Dafi nggak berhak larang aku buat deket sama cowok siapapun itu," ujar Aldira tanpa mau menatap sang kakak disampingnya.

"Gue abang lo, gue tau mana yang baik, dan mana yang nggak baik buat lo, Aldira," kata Dafi masih sabar.

"Tapi Akang baik, Bang." Aldira akhirnya menoleh, menatap Dafi dengan mata memanas. "Akang itu cowok yang selalu jagain Aldira. Lagian kenapa sih, kenapa Abang tiba-tiba suruh Aldira buat jauhin Akang?"

Dafi langsung termangu, terdiam seribu bahasa dengan kalimat pertanyaan Aldira itu. Sedari tadi, ini adalah pertanyaan yang Dafi takutkan. Dafi berdoa dalam hati, agar pertanyaan ini tidak keluar dari mulut Aldira.

Tapi, semua doa dan harapan raib. Karena nyatanya, Aldira sudah mempertanyakan hal itu. Wajar Aldira bertanya, pasalnya ini benar-benar mendadak. Tiba-tiba saja Dafi masuk kedalam kamarnya malam ini, dan langsung memulai topik panas.

"Jawab, Bang." Aldira mengguncang lutut sang kakak.

"Gue ada alasan, Dir."

"Iya, alasannya apa?" tanya Aldira jengah.

"Gue pengen lo bersandingnya sama Davian, bukan Altair!" seru Dafi dengan bass suara sedikit naik.

"Kak Davian? Anak PARIUS, musuh PANTER sekaligus musuh Akang?" Aldira berucap penuh ketidakpercayaan. Bulir bening menyusul perkataan setelahnya. "Bang, kak Davian sama Akang sama aja. Mereka sama-sama berandal, Bang!" protesnya.

"Beda, Dir. Gue kenal Davian, lebih dari sekedar temen tongkrongan. Gue tau Davian, dia lebih baik dari Altair." Dafi berusaha menyakinkan Aldira. Cowok yang mengenakan kaos oblong malam itu, meraih tangan Aldira dan menggenggamnya.

Aldira terisak, suasana hatinya benar-benar tidak enak malam ini. Dan penyebabnya adalah Dafi.

"Sekali aja, Dir. Ikuti apa kata gue. Selama ini, apapun yang lo minta gue nurutin. Sekarang, boleh, 'kan, gue minta satu hal, dan lo turutin itu."

Aldira terdiam, mulutnya mendadak kelu. Kosakata yang biasanya boros keluar, kini tidak lagi nampak dan mau keluar. Aldira kehilangan kosakata lagi.

"Jangan nangis, Dir. Gue nggak bermaksud bikin lo nangis. Sebagai abang, gue cuma mau yang terbaik buat adik gue." Dafi menyeka air mata Aldira dengan lembut.

Kenapa, Bang? Kenapa kayaknya abang nggak suka sama Akang? batin Aldira masih menangis.

"Lo mending siap-siap ya, dandan yang rapih malam ini. Davian bakal datang, mau ajak lo keluar," suruh Dafi tiba-tiba.

"Mau kemana, Bang?"

"Udah, lo siap-siap aja dulu. Gue juga nggak tau, Davian mau ajak lo kemana. Tapi, dia bilang, mau ajak lo nge-date. Ya, pdkt lah, mau kan?" Dafi menatap wajah Aldira penuh harap.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang