2. DICULIK

56.2K 6.8K 932
                                    

Adu jotos antara Altair dan Aldira sudah berlalu sejak beberapa jam lalu. Namun, keduanya masih saja jadi bahan buah bibir satu sekolah. Mungkin, yang jadi bahan buah bibir paling utama adalah Aldira. Semua murid tidak menyangka bahwa akan ada yang berani melawan Altair secara terang-terangan. Apalagi, cewek itu adalah seorang adik kelas. Ibaratnya, masih bocah.

Lihat saja, beberapa murid yang melintas di dekat Aldira langsung mendelik tajam seraya komat-kamit mencibir secara terbuka. Apa yang Aldira lakukan? Melawan? Oh tidak. Aldira diam, bukan karena takut. Tapi merasa ini semua tidak penting. Bukankah manusia tidak boleh jahat pada hewan?

"Sumpah ya, orang-orang kenapa ngomongin aku, sih?" Aldira menggebrak meja kantin dengan kesal. Ia menatap Dania dan Airis yang duduk di hadapannya secara bergantian.

"Kamu sih, sok-sokan lawan kak Altair, jadi buah bibir kan," omel Dania. Menyeruput teh dingin dengan santainya.

Aldira mencebik. Telinganya begitu panas, semua orang benar-benar membicarakannya. Nama Aldira Savana, terus saja wara-wiri di segala penjuru SMA Jupiter.

"Untung aja Dir, kamu nggak jadi kena gampar kak Altair. Coba kalau jadi? Pasti bengkak pipi kamu." Airis menimpali cepat sebari bergidik membayangkan jika benar insiden tadi terjadi.

Insiden dimana Altair sudah mengangkat tangannya pada Aldira, untungnya, ada malaikat penolong. Iya, Bumi Ardilova, yang siap siaga mencegah perlakuan yang tidak senonoh Altair terhadap Aldira.

"Kak Bumi, kak Bumi, baik banget sih, jadi cowok." Aldira menopang dagu, matanya berbinar serta senyumannya mengembang jika mengingat kejadian tadi, dimana Bumi menolongnya.

"Kamu suka sama kak Bumi, Dir?" tanya Dania, sebari tersenyum jahil.

Air muka Aldira berubah mendengar itu. "Nggak kok, nggak! Jangan sok tahu!" Cewek itu buru-buru menepis pernyataan Dania.

"Aku dukung kok, kalau misalkan kamu suka sama kak Bumi," celetuk Airis menggoda Aldira.

"Gue juga, Dir, dukung seratus persen, kapal Aldira dan kak Bumi, kapan berlayar?" tambah Dania ikut menggoda. Kedua alisnya sengaja naik turun, membuat Aldira semakin terpojok.

"Udah deh, kalian aneh-aneh aja!" Aldira menahan malu, membuat Dania dan Airis terkekeh pelan. Tidak bisa dipungkiri, bumbu-bumbu suka dalam diri Aldira memang sudah lama tumbuh untuk Bumi.

Perlu diketahui, Aldira ini penguntit profesional. Cewek ini tidak pernah absen menguntit Bumi, apalagi saat cowok itu ke masjid. Aldira, akan gesit mengikutinya. Ia akan jatuh dan terperosok jika melihat rambut dan wajah Bumi yang basah karena siraman air wudhu.

"Kak Bumi..." Aldira bergumam, mengingat bagaimana tampannya cowok itu jika habis berwudhu.

"Tuh, kan, pasti lagi halu," bisik Airis pada Dania.

"WOY!" Seorang cewek berkulit sawo matang tiba-tiba saja menggebrak meja membuat Aldira yang enak melamun berjengit kaget bukan main.

"IHHHHH KAGET TAU! DASAR SITOY!" Aldira memekik pada cewek bernama Sitoy Naena—cewek paling nyentrik karena warna kulitnya yang khas, serta rambutnya yang keriting gantung yang nampak lucu.

Sitoy tergelak, sementara Airis dan Dania sudah mendelik tajam karena ikut terkejut. Sementara Aldira? Sudah sedari tadi mengusap dada, jantungnya benar-benar seperti hendak copot sungguhan.

"Kenapa ngelamun mulu, sih? Gak takut kesambet elo?" cerocos Sitoy sebari duduk mendempet pada Airis dan Dania.

"Ih, jangan dempetan dong, sempit tau!" desis Airis tak suka.

"Banyak bacot banget, sih elo Irisan bawang! Pelit banget, kayak kursi punya lo aja!" sewot Sitoy semakin tidak santai.

"Kamu ngapain kesini? Tumben banget," Aldira kembali bersuara, menatap Sitoy dengan tatapan menyelidik.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang