"Nih, kunci dari bang Dafi. Katanya, ini bisa buka semua rahasia Aleta."
Altair mendongak, menatap kunci yang Aldira ulurkan begitu juga dengan cewek itu. Altair yang kini tengah terduduk di teras rumah Aldira, dengan lesehan di ubin langsung bangun. Meraih kuncinya dan memerhatikan nya dengan saksama.
Kuncinya kecil, sangat.
"Ini kunci apa?" bingung Altair.
Aldira menghendikan bahunya. "Mana saya tahu, saya kan ikan."
Altair menoyornya pelan, namun kesal. "Serius!"
"Yaudah serius, seriusin aku atuh!" Aldira mengedipkan matanya genit.
"Nanti, sabar! Ngebet banget pengen nikah sama gue. Pengen goyang gergaji sama gue, ya lo?" curiga Altair sebari menunjuk-nunjuk Aldira.
Aldira yang merasa tersangka, sontak menggeleng kuat. Bukan karena ingin goyang gergaji, tapi ... Aldira takut jika tinggal di rumah sendirian. Jika menikah dengan Altair, setidaknya Aldira punya pelindung, 'kan?
"Ini kayaknya bukan kunci pintu," ujar Altair setelah beberapa menit diam.
"Mending kita ke rumah Akang, cari tahu di kamarnya Aleta. Kali aja, kita nemuin petunjuk," saran Aldira.
"Tumben pinter!" Altair langsung menyimpan punggung tangannya di kening Aldira. "Sehat kan, lo?"
"IHHHH AKANG!" Aldira mencubit kecil lengan Altair. Dan itu sukses membuat cowok itu mengaduh sakit.
"Sakit bego!"
"Kang Altair yang bego!"
"Lo!"
"Akang!"
"Lo!"
"Akang!"
"Lo!"
"IHHHHHH RASAKAN INI!"
PLAK!!!
PLAK!!!
Altair bungkam. Tamparan bolak balik Aldira berhasil membungkam mulutnya. Rupanya, cewek ini tidak main-main jika menggampar. Semua gigi Altair ikutan sakit, pipi apalagi.
"GUE GAMPAR YA LO?!" Altair sudah mengangkat tangan, hendak membalas.
Namun Aldira buru-buru memasang puppy eyes. "Jangan atuh, masa calon istri mau digampar. Akang ganteng tau kalau lagi melotot. Matanya jadi estetik, kayak mau keluar gitu," goda Aldira.
Altair banting stir. Tidak menggampar, tapi menarik Aldira ke pelukan. Aldira tertawa kecil, memeluk Altair erat-erat.
"Jangan main tangan kayak tadi, sakit!" peringat Altair.
"Akang yang mancing-mancing!" sahut Aldira.
"Ayo kita pergi ke rumah gue, buat selidiki kasus Aleta." Altair mengajak.
"Ayo, tapi ini udah jam 7 malem, nanti aku pulangnya kemaleman, gimana? Takut." Cewek itu cemberut, mendongak pada Altair sambil mengusap-usap dagu cowok itu.
"Lo nginep di rumah gue. Sekalian gladi resik jadi istri gue, ya?"
"Wah boleh. Aku ambil baju dulu, ya?"
"Sok."
"Sok apa?" bingung Aldira.
"Silahkan."
"Silahkan kemana?"
Altair mendesah jengah. "Lo masuk Dir, ke kamar ambil baju! Terus balik lagi kesini. Itu kan yang lo mau?"
Aldira menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR [SELESAI]
Novela Juvenil[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝𝕭𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖘 𝖐𝖆𝖒𝖎, 𝖒𝖆𝖘𝖚𝖐 𝖘𝖊𝖍𝖆𝖙 𝖐𝖊𝖑𝖚𝖆𝖗 𝖈𝖆𝖈𝖆𝖙.❞ -PANTER Altair Prawira Atmaja. Punya julukan sebagai Singa jalanan. Sama seperti julukannya, ia liar dan begitu ber...