62. COWOK ALDIRA?

20.7K 2.3K 292
                                    

Fajar kini sudah menyongsong. Cahaya pagi, sudah masuk menerobos celah gorden berwarna putih tulang yang terpasang di jendela kamar. Cahaya lurus itu masuk tanpa izin dan permisi ke retina mata yang tertutup.

Aldira mengerjapkan mata, pelan namun pasti akhirnya terbuka sempurna. Menguap sebentar, cewek itu menengok ke kanan-kiri.
Senyuman tampak terbit, kala melihat dua bayi tidur disamping sambil memeluknya. Di kanan, ada bayi besar, Altair. Di kiri, ada bayi kecil, Affan.

Setelah puas belanja di mall sore sampai malam, Aldira dan Altair memutuskan pulang ke rumah. Bukan ke mansion. Alasannya simpel, Aldira ingin bertemu Affan.

Lagi, Altair harus cosplay jadi cowok penurut. Semalam, hampir saja Altair dan Aldira adu jotos. Pemicunya adalah Altair. Ia tidak setuju jika Affan tidur bersama mereka di kasur yang sama. Sementara, Aldira kekeuh ingin Affan tidur bersama mereka.

"Nanti kalau Affan tidur sama kita. Gue gak bisa nenen!" rengek Altair.

"Ih nenen mulu!" Aldira menabok pipi Altair berani. "Pokoknya, aku pengen Affan tidur sama kita!"

"Gak!"

"Akang!!!!!"

"Bodo amat gak denger!" Altair menyumpal kedua daun telinganya dengan kapas kecantikan.

"Akang ih..." Aldira melirih. Cewek itu cemberut, matanya menyipit seolah hendak nangis.

"Affan tidur sama Bi Marsih aja!" kata Altair sewot.

"Sama kita atuh, ih. Kasian dia pengen tidur sama emak sama abahnya, Kang." Aldira memeluk lengan Altair sambil sesekali mengguncangnya.

"Walaupun Affan tidur sama kita. Akang masih bisa nenen kok, serius."

"Serius?" tanya Altair memastikan.

Aldira mengangguk. Melepaskan pelukan di lengan kekar Altair, lalu beralih merebahkan tubuhnya ke kasur. Satu tangan Aldira sudah menumpu kepalanya sendiri sebagai sanggaan.

Sementara, satu tangannya yang lain sudah membuka kancing piyama.

Altair mematung, melihat aksi Aldira yang lagi dan lagi seolah memancing imannya.

"Ayo, sini." Aldira menepuk-nepuk kasur sampingnya. "Ayo bayi besar, katanya mau nenen!"

"Sialan, Aldira!" decak Altair. "ABIS TETE TEPOS LO GUE GIGIT!" Altair merangkak naik, menerjang tubuh Aldira dan ...

Ya seperti itulah.

Aldira tertawa kecil mengingat kejadian semalam. Lihat, bahkan piyamanya masih terbuka. Hanya terbuka 3 kancing dari atas saja. Sementara 2 kancing di bawah rapih. Tidak terbuka.

Menengok ke kiri, Affan masih terlelap tidur. Bahkan, sampai-sampai anak laki-laki itu membuat pulau.

"Affan sayang, bobo yabg kenyang ya, Nak." Kecupan hangat mendarat di kening Affan. Aldira mengecupnya, lalu mengusap-usap pipinya yang sedikit chubby.

Menengok lagi, kini ke kanan. Altair juga sama. Masih terlelap, masih terjebak dalam dimensi mimpinya.

"Akang," bisik Aldira. Menyugar rambut hitam legam Altair penuh sayang.

"Kang..." Mengguncang bahu, namun Altair tetap bergeming.

Cowok itu masih memejamkan mata. Kedua tangannya sudah melilit di pinggang Aldira sejak semalam. Dengan seenak jidat, Altair tidur di dada Aldira.

"Kang, bangun yuk. Udah pagi, kita kan harus sekolah."

"Hm." Altair menggeliat, bergerak kecil karena suara Aldira serta gerak tangan cewek itu mengganggunya.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang