Kenyang, begitulah yang Aldira rasakan. Bukan kenyang makan, tapi kenyang tidur. Saking kenyangnya tidur, ia sampai tidak merasa bahwa sekarang sudah sampai di Puncak, Bogor. Setelah menggeliat dan menguap puas, cewek itu turun dari bus. Di depan, sudah ada Altair dan Bumi. Aldira benar-benar seperti jadi tuan putri yang terus diaping oleh dua cowok itu.
Sekarang, para murid yang baru saja turun langsung mencari lahan untuk mendirikan tenda. Untungnya, para guru membebaskan pembagian tenda, dan itu jelas membuat Aldira berlari kearah teman-temannya yang rupanya tengah mendirikan tenda. Aldira telat, huh!
"TEMEN-TEMEN, AKU DATANG!!!" teriak Aldira dengan hebohnya.
Krik! Krik! Krik!
Garing. Benar-benar garing, tidak ada yang menanggapi Aldira. Semuanya sibuk bahu membahu mendirikan tenda berwarna biru tua itu.
"SITOY, TARIK SANA! BIAR SEIMBANG!" teriak Jubaedah.
"IYA INI DITARIK, BIAR NGGAK MAKAN TEMEN, EH SALAH! BIAR NGGAK MAKAN TEMPAT!" Sitoy ikut berteriak, entah kenapa Aldira merasa tengah disindir.
Aldira terdiam membeku, menatap sendu teman-temannya yang tampak asing di matanya sekarang.
"Kayaknya bahan makanan di rumahnya abis, deh, makanya jadi makan temen," celetuk Bulan menyindir. Aldira meneguk ludahnya, sebisa mungkin ia biasa saja.
Lagipula, Aldira tidak merasa dia makan teman, 'kan? Ini semua hanya kesalahpahaman saja.
"Temen-temen, aku boleh satu tenda sama kalian nggak?" ujar Aldira dengan raut wajah penuh harap.
"Nggak bisa, udah penuh!" balas Airis judes. Bahkan tanpa menoleh pada sang empu.
"Kamu bikin tenda sendiri aja," ujar Dania. Cewek yang kini dikepang daun itu berjalan menghampiri Aldira, memberikan tas berupa tanda yang masih harus dirakit. "Ambil, nih!"
Aldira mengambilnya, matanya mulai memanas. "Makasih ya Dan, kalau aku diriin tenda di dekat tenda kalian, boleh?" ujarnya lagi, masih dengan penuh harapan pada teman-temannya.
"Nggak bisa! Udah, jauh-jauh sana!" Airis kembali menyahut semakin judes.
Telak, itu semua telak bagi Aldira. Sekarang benar-benar tidak ada tempat untuknya, sepertinya semua teman-temannya sudah tahu masalahnya dengan Airis.
"Udah sana, kan lo punya tiga penyelamat, masih kurang, 'kah?" sindir Sitoy keras.
"Sana Dir, jauh-jauh dari tenda kita ya!!!" usir Bulan.
Aldira hanya mampu tersenyum tipis atas semua perlakuan dan sikap teman-temannya yang terasa asing baginya kini. Sebisa mungkin, Aldira memulai langkahnya dengan air mata yang ikut jatuh. Cewek itu pergi menjauhi teman-temannya, mendirikan tenda di pojokkan. Terlihat, hanya ada 1 tenda disana yang entah milik siapa.
Aldira mulai mendirikan tenda, menyimpan tas besarnya terlebih dahulu di bawah pohon pinus dan mulai membentangkan semua kain, pasak dan frame. Cewek itu tampak kebingungan, jujur ini kali pertamanya ia memasang tenda.
"Ini gimana sih?" heran Aldira garuk-garuk tengkuknya, yang sudah bisa dipastikan tidak gatal.
"EKHEM!" Suara dehaman yang tiba-tiba terdengar itu membuat Aldira terperanjat kaget.
Aldira berbalik badan, mendapati Altair tengah meminum susu kotak coklat di tangannya.
"Bikin kaget aja!!!" teriak Aldira sebal. Altair nyengir sebari membuang kotak susu yang rupanya sudah habis.
"Ngapain lo pasang tenda disini?" tanya Altair galak.
"Suka-suka aku dong, ini tempat umum, masalah?" Cewek itu balik bertanya tak kalah galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝𝕭𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖘 𝖐𝖆𝖒𝖎, 𝖒𝖆𝖘𝖚𝖐 𝖘𝖊𝖍𝖆𝖙 𝖐𝖊𝖑𝖚𝖆𝖗 𝖈𝖆𝖈𝖆𝖙.❞ -PANTER Altair Prawira Atmaja. Punya julukan sebagai Singa jalanan. Sama seperti julukannya, ia liar dan begitu ber...