5. BALAS DENDAM

40.6K 5.1K 649
                                    

Aldira meluruskan kedua kakinya di bibir lapangan. Keringat mengucur membasahi sebagian wajah cewek kuncir satu itu. Rasanya kakinya ingin copot, dua jam pelajaran sudah ia lalui dengan berdiri di tengah lapangan bersama seorang Altair. Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, banyaknya para murid yang berlalu lalang tidak sama sekali membuat Aldira berniat bangun dan pergi.

Sungguh, cewek ini benar-benar sudah dalam posisi enak.

"Aldira."

Merasa namanya terpanggil, cewek itu mendongakkan kepalanya. Dilihatnya, ada seorang cowok berlesung pipi tengah  menyodorkan sebotol minuman isotonik bening padanya, cewek itu meraihnya. Tersenyum begitu manis, lalu dibalas oleh cowok itu— Agra Pranadipa—cowok berlesung pipi yang menyandang gelar sebagai ketua OSIS, sekaligus teman sekelas Aldira—duduk di samping cewek itu dengan kedua lutut ditekuk.

"Kenapa kamu bisa telat?" Satu pertanyaan yang terlontar dari mulut Agra, membuat Aldira yang hendak minum mengurungkan niatnya.

"Aku kesiangan," jawab cewek itu. Lalu kembali melancarkan niatnya, yaitu minum.

Agra menoleh, menatap Aldira yang tengah meneguk minumannya hingga tandas.

"Jangan diulangi lagi ya, Dir!" pesan cowok itu, Aldira mengangguk patuh.

Selesai minum, Aldira membuang botol minumannya ke tempat sampah. Lalu, menoleh pada Agra, balas menatap cowok berlesung pipi itu.

"Gimana Gra, soal Airis?" tanya Aldira, Agra langsung terdiam. Mengalihkan pandangannya ke depan, enggan menatap Aldira lagi.

"Aku udah bilang, aku nggak suka Airis!" Cowok itu bersuara tegas, nada bicaranya terdengar tak bersahabat jika membicarakan tentang Airis.

Perlu diketahui, Aldira ini punya kerjaan sanbilan yaitu menjodohkan sesama temannya, alias Mak comblang. Beberapa murid yang Aldira comblangkan sudah sukses, namun sepertinya tidak untuk hubungan Agra dan Airis. Ini sangat sulit, sangat.

"Airis cantik lho Gra," bujuk Aldira dengan wajah memelas. Namun rasanya percuma jika Aldira memasang wajah memelas, toh, Agra tidak melihatnya. Cowok itu tengah menghadap lurus ke depan sekarang.

"Aku nggak nyari yang cantik," Agra menoleh, menatap Aldira dengan serius. "Aku nyari yang bisa bikin aku nyaman, nyari yang bisa bikin aku ketawa dengan hal sederhana," imbuhnya tegas.

Aldira mengerjap beberapa kali. "Siapa itu?" tanyanya.

Agra menghela napas. "Kamu...," jawabnya. Aldira terdiam seribu bahasa, matanya membulat sempurna. "Dir, aku sukanya sama kamu, bukan Airis, ataupun cewek lain."

Aldira meneguk salivanya kasar, refleks ia berdiri. Cewek itu kaget, benar-benar kaget. Sampai-sampai, ia yang hendak membungkam mulutnya malah membungkam salah satu telinganya.

Cewek itu nampak bergerak gusar, tidak terpikirkan sebelumnya bahwa ... Agra menyukainya. Aldira pikir, selama ini Agra mendekatinya untuk mengupas tentang Airis. Nyatanya, tidak. Agra malah terang-terangan menolak Airis, dan malah mengatakan bahwa ia menyukai Aldira.

Melihat cewek disampingnya yang sudah berdiri sebelumnya, buru-buru Agra ikut berdiri, menatap Aldira begitu teduh. "Kamu kaget?"

Aldira meremas kuat rok abunya, tatapan teduh Agra membuatnya terpaku untuk beberapa saat.

"Ak-Aku ... Aku permisi pergi!" pamit cewek itu buru-buru. Ia berlari, meninggalkan Agra seorang sendiri tanpa mengindahkan pertanyaan laki-laki itu terlebih dahulu.

***

"Agra!"

Suara panggilan dari Airis, membuat langkah cowok yang hendak masuk ke dalam ruangan osis itu menghentikan langkahnya. Agra berbalik badan, menatap bingung dengan kedatangan Airis.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang