Teriknya matahari yang kian naik, membuat mata Aldira menyipit saking panasnya begitu menyengat. Ia meniup-niup anak rambutnya, sambil sesekali menyeka keringat di pelipis. Andai saja tidak diawasi oleh anak OSIS, Aldira ingin duduk sebentar saja. Kakinya sudah lemas, ingin rasanya selonjoran. Dengan tubuh yang bergoyang, hampir terhuyung ke depan, Aldira memilih menunduk. Menatap lelah ujung sepatunya.
Lain Aldira, lain juga dengan Altair yang tampak biasa-biasa saja. Cowok itu sama sekali tak kepanasan, sambil memakan permen gagang jagoan neon di mulut, ia sesekali menoleh pada Aldira.
Kasian banget istri gue kepanasan.
Altair memutar kepalanya, melihat salah satu anak OSIS yang bertugas mengawasi keduanya. Untungnya dia tengah main ponsel, jadinya Altair mencari kesempatan dalam kesempitan.
Altair menggeser tubuhnya, mengikis jarak dengan Aldira. Dengan gerakan tak terduga, cowok itu berdiri di hadapan Aldira, menghalangi terik matahari yang menerpa wajahnya.
"Akang ihhh, sana! Nanti juga dimarahin, nanti hukumannya ditambah lagi," cicit Aldira. Ia mendongak, menatap wajah Altair sedikit tertekuk.
"Udah diem. Gue gak tega liat lo kepanasan." Dengan satu tangan, Altair menarik bahu Aldira dan membawanya ke pelukan. Membuat tubuh lelah cewek itu dapat sandaran. Yaitu, dada bidang Altair.
"Makasih Akang sayang," ucap Aldira salah tingkah. Pelan-pelan, ia melingkarkan tangannya di pinggang Altair.
***
"Jadi, selama ini lo gak sekolah, karena lo jatuh koma, iya?!!" heboh Sitoy yang mulai mengintrogasi Aldira.
Sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan buku, Aldira hanya mampu mengangguk.
"Kok bisa koma?" tanya Dania. Membantu Aldira mengipas-ngipas wajahnya.
"Kecelakaan, ya?" tebak Jubaedah.
"Atau kena santet?!" teriak Sitoy ketar-ketir.
"Ihhh apaan sih, aku koma karena kecelakaan," bohong Aldira. Sempat tadinya Aldira ingin mengatakan hal sejujurnya. Namun, rasanya situasi dan kondisi tidak tepat.
"Tapi sekarang kamu baik-baik aja, 'kan Dir? Gak ada yang sakit lagi, 'kan?" Dania meraba tubuh Aldira, mengecek.
"Gak ada Dan, aku baik-baik aja kok." Aldira tersenyum tipis, membuat Dania yang sedikit panik, itu lega.
"Aku kangen tau sama kamu, terakhir kita ketemu pas di pemakaman kak Gio," ujar Dania sebari memeluk Aldira.
"Kangen juga," balas Aldira, mengeratkan pelukannya.
Melerai pelukannya, Aldira baru ngeh bahwa Airis tak terlihat batang hidungnya.
"Airis mana?" Aldira menatap ketiga temannya yang ada.
"Kalau jam istirahat gini, dia gak pernah di kelas. Sekarang, Airis banyak berubah, paling dia di taman belakang sekolah." Jubaedah memberi tahu, Aldira hanya manggut-manggut dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Dia masih terbayang-bayang kak Gio, ya?" terka Aldira, diangguki kepala mantap oleh ketiga temannya.
"Btw, Minggu depan anak kelas dua belas udah ulangan kelulusan, itu tandanya bentar lagi kita naik kelas dua belas dong!" seru Sitoy tiba-tiba.
"SMA JUPITER bakal kosong, spesies cogan menurun," celetuk Jubaedah.
"Bisa aja kamu, Juba!" Aldira menyenggol Jubaedah iseng. Cewek itu terkekeh kecil.
***
Istirahat kedua, Aldira langsung berlari keluar kelas. Tujuannya yaitu, menemui Altair. Karena lift terus saja antre, Aldira terpaksa harus naik tangga dua kali untuk bisa sampai ke kelas cowok itu. Namun, sayang seribu sayang, perjuangan Aldira naik dua kali tangga sia-sia, karena saat Aldira sampai di kelas Altair, cowok itu tak ada. Salah satu kakak kelas memberi tahu Aldira, bahwa Altair kini ada di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝𝕭𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖘 𝖐𝖆𝖒𝖎, 𝖒𝖆𝖘𝖚𝖐 𝖘𝖊𝖍𝖆𝖙 𝖐𝖊𝖑𝖚𝖆𝖗 𝖈𝖆𝖈𝖆𝖙.❞ -PANTER Altair Prawira Atmaja. Punya julukan sebagai Singa jalanan. Sama seperti julukannya, ia liar dan begitu ber...