58. TRAGEDI DI PERTEMPURAN

24.1K 3.5K 563
                                    

Ada 4703 kata, bos. Ya kali enggak vote, sedih aing mah😭















































BUGH!

Gio tersungkur karena bogeman mentah itu terus menghujamnya tiada henti. Ia terkapar, dengan keadaan bersimbah darah di atas tanah Medan tempur kawasan PASMARS. Pagi ini, mungkin jadi pagi paling sial baginya karena harus kena cegat anak PASMARS, bahkan PARIUS.

"Dimana si Altair?! Mana janji dia yang katanya mau tempur?" Bara---ketua PASMARS itu menendang kaki Gio tanpa iba.

"Jawab bangsat!" Demi---anggota inti PARIUS itu menendang pelipis Gio.

Gio meringis hebat, kepalanya berdenyut nyeri. Semua badannya remuk, ia sudah habis dikeroyok dua pasukan sekaligus. Bahkan sampai ia kesulitan bernapas, karena dadanya sakit.

"Telpon Altair! Suruh dia lawan gue, cepetan!" Bara memekik, berjongkok dan menarik kerah jaket Gio.

Gio terbatuk, batuk darah. Matanya sudah menyipit, kornea hitam legamnya sudah meneteskan air mata kesakitan.

"Eh anjir sialan, diem terus bangsat!"

BUGH!

Demi memukul perut Gio dengan baton stick di tangan kanannya. Lalu, beralih menginjak perut Gio membuat cowok itu kembali batuk darah. Kini, darahnya kian pekat.

"Kalau enggak mau mati konyol, cepetan telpon Altair!" sungut Bara memerintah tanpa dibantah.

Gio mengangguk lemah. Mengambil ponsel di saku celananya, dan menghubungi Altair lewat grup chatt anak PANTER.

"Udah?!" tanya Demi, Gio mengangguk.

Bara menghempaskan tubuh Gio lagi, membiarkan matahari pagi menyengat wajahnya yang babak belur.

Kini, PASMARS bahkan PARIUS bersatu, bahkan tanpa sepengetahuan PANTER. Ada ratusan pasukan siap tempur yang kini sibuk mempersiapkan senjata baton stick dan tongkat besi, bahkan tongkat baseball juga ikut serta rupanya.

***

Aldira menggeliat dari tidurnya. Sambil menguap kecil, ia memeluk kesamping. Niatnya, memeluk sang suami, Altair. Namun, hanya kekosongan yang ia dapat.
Aldira membuka mata, nyawanya yang kian terkumpul akhirnya sadar, bahwa Altair tidak ada disampingnya.

"Akang?!"

Aldira bangun, berteriak memanggil nama itu terus. Hingga akhirnya, pintu bergeser. Menampakkan sosok Affan yang berlari kecil menghampirinya.

"EMAK!!!!"

Dengan hitungan satu, dua, tiga, Affan naik ke atas ranjang dan memeluk Aldira. Sebagai sambutan bangun tidur dengan disuguhi Affan yang tampan, Aldira senang. Ia seperti, benar-benar punya anak.

Wangi parfum anak kecil, serta bedak menguar dalam diri Affan.

"Emak, abah pergi tau." Affan lerai pelukannya, lalu duduk di atas pangkuan Aldira.

"Abah pergi kemana?" tanya Aldira panik. Pasalnya, Altair tidak berpamitan padanya dulu.

"Affan enggak tau, abah pergi buru-buru, pake jaket, bawa tongkat besar!"

Mata Aldira membelalak mendengar perkataan Affan. Aldira tahu, Affan jujur. Anak kecil sepertinya tidak mungkin bohong, 'kan.

"Tunggu sebentar sayang." Aldira memindahkan Affan agar duduk di atas kasur.

Aldira bangkit, melihat ke jam dinding dilihatnya pukul 09.30. Berjalan ke jendela, dan menyibak tirai, Aldira menatap kearah bawah. Tepat ke parkiran rumah mewah Altair. Nihil, sejauh mata Aldira menyelidik, ia tak mendapati satu motor ninja kesayangan Altair disana. Yang tandanya, benar Altair pergi.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang