67. DUA PULUH ANAK

16.1K 2.2K 225
                                    

"Gak ada kata cari yang lain, Kang. Kelebihan Akang, aku syukuri. Kekurangan Akang, aku lengkapi."

Jarum kecepatan di spidometer sudah menunjuk dan hampir melewati angka tujuh puluh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum kecepatan di spidometer sudah menunjuk dan hampir melewati angka tujuh puluh. Itu tandanya, kecepatan sudah hampir melampaui batas. Altair tetap sigap, matanya awas memerhatikan jalan di depan yang kini lengang. Sorak sorai menyambut kedatangan dirinya di garis finis, untuk menjadi pemenang. Dengan sekali tarikan gas, motor ninja kesayangannya itu melaju cepat, bersamaan dengan itu teriakan kian kencang.

Dengan penuh pertimbangan, akhirnya Altair mendaratkan motornya di garis finis. Anak inti PANTER langsung berlarian, bersorak sambil ber-high five ria.

Beberapa detik menetap dengan mantap di garis finis, motor-motor lain menyusul dengan deruman yang memenuhi telinga. Altair membuka helm fullface-nya dan bergerak memutar tubuh, melayangkan jari jempol terbalik pada lawan-lawan balapnya.

Tidak sampai disitu, seolah berselebrasi atas kemenangannya, Altair dengan sengaja menggeber motornya, menimbulkan kepulan asap yang membumbung tinggi ke atas.

"ALTAIR! EMANG JAGO KALO SOAL BALAPAN, GAK ADA OBAT!" seru Gama.

"RAJA JALANAN!" puji Abim menepuk-nepuk pundak Altair bangga.

Altair menghentikan aksi geberan motornya, sesaat panitia balapan liar yang merupakan salah satu anggota kubu lawan itu, memberikan sebuah amplop coklat berisi uang.

Altair menerimanya. Membuka amplop tersebut, dan menerbangkan semua uangnya ke udara. Riak, seketika saat para penonton balap liar malam itu, berlarian mengambil uang yang Altair hamburkan dengan cuma-cuma.

Bahkan, Gama, Abim, dan Reza saja ikut memungut sambil berdesakan. Hanya Gio yang kalem malam itu, andai saja tangannya sudah sembuh, pasti sih, Gio juga akan ikut mungut uang.

"Jam berapa?" tanya Altair pada Gio.

"Baru jam setengah sebelas, mau balik?"

Altair mengangguk. "Gue balik, ini udah malem. Bilangin ke anak PANTER, mereka harus pulang sebelum jam dua belas. Besok sekolah, jangan lupa itu," pesan Altair.

Gio mengangguk, netranya menatap kerumunan yang masih berdesakan berebut uang. Hingga tidak lama, Altair menyalakan motornya lagi, dan melenggang pergi membelah jalanan malam sendirian.

"Nggak. Akang terlalu egois, Akang terlalu memaksakan kehendak Akang sendiri. Hidup ini berputar Kang, gak bisa terus-terusan Akang mau didengerin. Aku juga mau didengerin. Aku mau lomba, titik."

Di jalanan yang lengang, dengan pencahayaan yang remang, kata-kata Aldira itu terpintas bak angin lalu yang mencekam. Di balik helm fullface-nya, Altair menatap kosong jalanan. Ia tak fokus, bayang-bayang Aldira datang selalu dan menghantuinya.

Maaf Dir, gue egois. Gue egois karena gue cinta sama lo. Gue gak mau lo pergi. Walaupun cuma seminggu.

***

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang