32. DIPERMALUKAN

23K 3.4K 965
                                    

"Nanti malam siap-siap ya, gue jemput buat ke acara peluncuran produk baru perusahaan bokap gue." Bumi berpesan pada Aldira yang baru saja turun dari motornya.

Sambil membenarkan anak rambutnya, Aldira menatap Bumi datar. "Capella ikut?"

Bumi mengangguk. "Iyaa, tapi lo tenang aja, dia baik kok. Gue gak akan jauh-jauh dari lo di acara malam nanti."

Aldira tersenyum tipis, setidaknya kalimat yang terucap dari Bumi membuatnya tenang. Pasalnya sedari tadi, tepatnya saat Bumi tiba-tiba mengajak untuk datang ke acara product launching Aldira langsung memikirkan, bagaimana nantinya dia disana? Aldira takut, takut tidak mengimbangi dirinya dengan para tamu disana. Apalagi, jika ada Capella. Jelas sekali perbedaan pasti akan mencolok, bagaikan bumi dan langit.

"Jangan terlalu dibawa pusing." Bumi tiba-tiba saja turun dari motornya, berdiri di hadapan cewek yang kini tengah mematung tanpa bersuara. "Lo bakal jadi tamu spesial nanti," ujarnya.

Aldira sedikit menengadahkan, menggerakkan ujung sepatunya agar bersentuhan dengan ujung sepatu Bumi. Entah kenapa, dikatakan dengan embel-embel 'spesial' hati Aldira berdesir.

"Aku janji, bakal dandan yang rapih, yang cantik juga. Biar nggak malu-maluin," ucap Aldira begitu spontan.

Ucapannya tak pelak membuat Bumi tertawa kecil. "Lo udah cantik, gak perlu dandan." Cowok itu menyentuh hidung mancung Aldira. "Pakai dress yang gue kasih ya?"

Aldira mengangguk, perlu diketahui Bumi sudah memberikan sebuah dress pada Aldira saat jam istirahat kedua tadi di sekolah. Katanya, dress yang nanti akan Aldira kenakan akan terlihat serasi dengan jas yang Bumi kenakan.

"Aku masuk ya, mau prepare dari sekarang."

"Iya." Bumi merangkum wajah Aldira dengan sebelah tangannya. "Tidur siang dulu aja, kayaknya nanti malam bakal panjang acaranya."

"Oke." Aldira menepis lembut tangan Bumi yang hinggap di wajahnya. "Bye!" pamitnya, dengan gerak langkah kaki yang mulai mundur.

"Tunggu!" cegah Bumi menahan tangan Aldira.

"Eh!" Aldira terkesiap. "Kenapa??"

"Gue mau bilang sesuatu," ucap Bumi.

Aldira kembali mendekat lagi, ia menatap Bumi dengan sorot mata bertanya-tanya. "Bilang apa?"

"Bilang kalau misalkan, gue cinta lo." Bumi berujar cepat tanpa jeda.

Pipi Aldira bersemu merah. "Aku masuk ya??"

Seolah memang tengah salah tingkah, Aldira lebih memilih jalan tengah. Ia tidak mungkin terus-menerus berada di dekat Bumi. Bisa-bisa jantungnya copot. Ya, walaupun pada kenyataannya rasa sakit sudah ditorehkan beberapa hari lalu, Aldira tetaplah Aldira. Cewek itu akan kembali luluh, memang kalau sudah berkecimpung di dunia percintaan Aldira bodoh. Sangat bodoh.

"Lo cinta gue nggak?" tanya Bumi terdengar seperti menggoda.

"Aku masuk ya! Bye!" Aldira kembali berbalik badan, namun tangan kekar Bumi dengan sigap menahan tubuhnya, membuat posisi Bumi kini memeluk Aldira dari belakang.

Bumi melangkah, mengikis jarak hingga dada bidangnya kini menabrak punggung Aldira. Cowok itu menyimpan dagunya di pundak Aldira, lantas menengok dan berbisik di daun telinga cewek itu.

"Gue janji, nggak akan bikin lo nangis lagi." Bumi berbisik begitu memikat.

Aldira terdiam, jujur ia benar-benar terpaku sekarang.

"Sekali lagi, gue cuma mau bilang. Kalau gue cinta lo."

Pengulangan kalimat itu, jadi epilog yang mungkin bisa dikatakan romantis siang hari ini. Setelah mengatakan itu, Bumi melepaskan pelukannya dan melangkah mundur mendekati sepeda motornya. Setelah kembali nangkring di motor dan memakai helm fullface-nya, Bumi kontan langsung menyalakan mesin motornya. Suara mesin mekanik yang tercipta dari sana, membuat Aldira berbalik badan dan melambaikan tangan.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang