18. TIGA PENYELAMAT

24.2K 4K 694
                                    

Karena tidak punya waktu saat sore hari. Akhirnya, Altair memutuskan mendatangi sebuah bengkel tempat dimana Dafi—kakak Aldira—bekerja. Sesuai dengan informasi dari Aldira sendiri, Altair datang ke sebuah bengkel di dekat gang rumah cewek itu. Motor ninjanya baru saja menepi, ia langsung turun. Tanpa mau banyak membuang waktu, Altair menghampiri seorang laki-laki yang sepertinya pemilik bengkel.

"Permisi, Bang." Altair menyapa dengan ramah, dibalas senyuman ramah pula oleh laki-laki itu.

"Ada yang bisa dibantu, Mas?" tanya laki-laki itu.

"Nggak Bang, saya mau nanya aja, boleh?"

"Boleh Mas, silahkan!" Laki-laki itu memperbolehkan, membuat Altair rasanya lega.

"Apa benar ada karyawan yang kerja di bengkel ini yang namanya Dafi?" tanya Altair.

"Oh iya ada Mas, kenapa ya?"

"Saya boleh ketemu sama Dafi, Bang? Soalnya saya ada urusan."

"Owalah, Dafi lagi di oper kerjanya ke bengkel yang cabang di Bekasi, Mas. Kalau mau, lusa datang kesini aja. Si Dafi pasti udah pulang," ujar laki-laki itu.

Altair berdecak dalam hati, baru saja dirinya akan mendapatkan titik terang ... namun titik terang itu kembali redup.

"Oh gitu ya, Bang. Yaudah Bang, terima kasih, saya permisi." Altair berpamitan, ia benar-benar merasa tidak puas.

Pencariannya baru saja dimulai, tapi tidak berjalan lancar. Sebelum naik ke motornya, Altair berpikir sebentar. Ia haus, otaknya berpikir untuk mampir terlebih dahulu ke sebuah Alfamart yang kebetulan berada di sebrang jalan. Altair naik ke atas motor, melakukannya dan menepikannya lagi di sebuah Alfamart. Untungnya, tidak jauh, jadi tidak perlu menempuh perjalanan jauh.

Sebelum masuk ke Alfamart, Altair memutuskan melepaskan hand pad di tangannya, sarung tangan sebutannya. Setelah itu selesai, ia masuk kedalam. Tujuannya hanya satu, ingin beli minum, atau sekedar cemilan.

"Ihh susah banget, sih, pillows jangan tinggi-tinggi dong!"

Altair menghentikan langkahnya di sebuah rak cemilan, kepalanya menengok ke arah samping. Ia mendapati seorang cewek berpakaian piyama kuda poni tengah berjinjit bahkan meloncat berusaha meraih sebuah cemilan berbungkus ungu gelap.

Karena Altair sedang baik, dia tergerak hati untuk membantu cewek yang tidak terlihat jelas mukanya itu karena memakai masker. Dengan mudah, Altair mengambil cemilan itu dan memberikannya pada cewek itu.

"ASIKK!! MAKASIH!!" teriak cewek itu, mengambil cemilan di tangan Altair namun saat cemilannya sudah di tangannya, malah ia jatuhkan.

"Eh," Altair meraih cemilan yang terjatuh itu, dan memberikan pada cewek itu. "Cemilannya nggak berat, kenapa kayaknya lo nggak kuat pegang, ya?" heran Altair.

Cewek itu tidak berkata apapun, ia mengambil alih cemilan itu dan memasukkannya kedalam keranjang. Buru-buru cewek itu berbalik badan, mengundang kecurigaan dari benak Altair.

"Nih kayak kenal," Altair mengamati tubuh cewek itu dari atas hingga bawah. Hingga, tring! Altair ingat. "Aldira Savana?!"

Deg!

Hati cewek itu mencelos, panjang umur memang cewek itu adalah Aldira. Rambut dicepol asal, memakai masker dan memakai piyama kuda poni warna pink cerah. Aldira merasa malu, karena penampilannya seperti anak SD.

Altair melangkah, berdiri di depan Aldira yang kini tengah merundukkan kepalanya. Dengan sengaja Altair membuka masker satu kali pakai yang Aldira kenakan. Aldira mendengkus, ia mengangkat wajah kesal dengan kedua pipi menggembung.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang