Altair menggeliat bersamaan dengan itu ia melenguh. Cowok itu bangun dari posisi rebahannya sebari merenggangkan ototnya. Waktu berjalan cepat, detiknya merambat tanpa kenal lelah. Terhitung, sudah hampir beberapa jam ini Altair tidur di ruang UKS. Jika saja bukan karena bel istirahat yang melengking, mungkin Altair tidak akan bangun. Walaupun tidur beberapa jam, kepala Altair masih saja berat. Tapi untungnya, hanya berat, tidak lagi pusing. Ditambah perutnya sudah kenyang karena sudah makan bekal dari Aldira.
Merasa nyawanya sudah terkumpul semua, Altair mengedarkan pandang, ternyata sama seperti tadi. Tidak ada siapapun, ia seorang diri. Namun, tidak lama detik berjalan, suara derap langkah yang begitu bising terdengar bersahut-sahutan. Manik Altair fokus kearah pintu, sepertinya akan ada yang datang. Dan benar saja, saat pintu terbuka langsung menampakkan teman-temannya. Mereka bersorak, menyapa Altair sekaligus menggoda cowok yang baru saja membuat gempar SMA Jupiter karena telah pingsan.
"WEESSS BOS KITA SUDAH BANGUN!!!" Gio bersorak heboh, bertepuk tangan girang itu melihat Altair sudah terlihat baik-baik saja.
Bumi, Gio, Gama, Abim, dan Reza berlarian kecil kearah Altair. Duduk mengerumi cowok itu, sambil terus berkelakar keras. Sementara Altair yang duduk berselonjor kaki hanya bisa menatap datar satu persatu teman-temannya itu.
"Gimana Al, udah nggak pusing lagi?" Bumi buka suara, menatap Altair dengan serius.
"Nggak kok, udah lumayan enakkan," tutur Altair membuat kelima temannya mengangguk.
"Ternyata oh ternyata, Altair bisa pingsan juga!!!" seru Gama diikuti sorakan heboh dari temannya yang lain, kecuali Bumi.
"Gue manusia biasa, ya wajarlah!!" timpal Altair geram.
"Gue pikir lo super hero," celetuk Reza cekikikan.
"Kalian kesini nggak bawa apa-apa??" tanya Altair menodong satu persatu temannya.
Mereka saling pandang, lalu menggeleng serempak. "NGGAK!" jawab semuanya.
Altair berdecih. "Teman macam ini," desisnya.
"Emang lo mau apa?" tanya Gio.
"Mau seblak pasti nih si Altair!" Bukannya Altair yang menjawab, malah Abim yang menyahut.
"Bukan anjir, si Altair mana doyan sama seblak! Dia pasti mau cimol!" bantah Reza sok tahu.
"Kalau nggak cimol, pasti tahu gejrot!" tambah Gama.
Altair menggeleng dengan terkaan teman-temannya itu. "Gue nggak mau semuanya!! Makanan kayak gitu nggak level di lidah gue!" sombongnya.
"Dih, kemarin aja makan tahu bulat di goreng dadakan lima ratusan!" terang Bumi buka kartu.
Altair menonjok lengan cowok itu. "Jangan buka kartu, mau gue bongkar kalau misalkan lo suka sama si Al—emph..," ucapan Altair tak rampung, karena Bumi buru-buru membekap mulutnya.
"Jangan kasih tau mereka Al! Mereka mulutnya gacor!" seru Bumi pada Altair.
"Lu suka sama siapa, Bum?" heran Gio.
"Pasti sama ibu kantin yang bohay itu, 'kan?" sahut Reza menuding.
"ARGHH!" Bumi terpekik saat Altair mengigit telapak tangannya.
"Bau tangan lo." Altair mendengkus sebari mengusap-usap mulutnya.
"Abis pup ya lu, Bum?" kekeh Abim.
"Enak aja, nggak!" tentang Bumi tidak terima. "Tangan gue wangi," cowok itu mengusap-usap telapak tangannya. "Mulut si Altair aja yang bau!" semprotnya pada sang empu.
"Enak aja!!" Altair kembali menonjok lengan Bumi.
"Eh serius, napa! Si Bumi suka sama siapa, njir???" Lagi dan lagi, king kepo Gio Manendra bertanya jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR [SELESAI]
Roman pour Adolescents[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝𝕭𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖘 𝖐𝖆𝖒𝖎, 𝖒𝖆𝖘𝖚𝖐 𝖘𝖊𝖍𝖆𝖙 𝖐𝖊𝖑𝖚𝖆𝖗 𝖈𝖆𝖈𝖆𝖙.❞ -PANTER Altair Prawira Atmaja. Punya julukan sebagai Singa jalanan. Sama seperti julukannya, ia liar dan begitu ber...