68. PERGI

16K 2.2K 244
                                    

Setelah bel pulang sekolah melengking. Mendominasi setiap penjuru ruangan sekolah, para murid langsung berhamburan, membelah lapangan sekolah untuk menuju gerbang pulang. Tak banyak dari mereka, bersorak heboh saking senangnya pulang. Ada juga, yang masih sibuk di sekolah untuk melaksanakan kegiatan ekskul.

Di pinggir DPR, disinilah kaki Gio dan Airis berpijak. Entah kenapa, mereka dipertemukan lagi dan lagi, dan sekarang bahkan berjalan beriringan.

"Gue anter balik, mau?" tawar Gio.

Airis menoleh, menatap Gio yang juga menatapnya. "Ngerepotin Kak Gio, gak?"

Gio nyengir. "Nggak lah, santai aja." Entah refleks atau bagaimana, Gio melengkungkan tangannya ke pundak Airis. Dalam arti singkat, merangkul cewek itu.

Airis tercenung, menatap tangan kekar Gio yang hinggap di pundaknya. Jantungnya di dalam sudah bergemuruh, entah kenapa rasanya ada kupu-kupu berterbangan di dalam perut.

"Ayo, Ris. Naik ke si Marpuah, nama motor gue Marpuah." Setelah sampai di lapak parkir, Gio menepuk-nepuk jok belakang motornya. Memperkenalkan motor ninja kesayangannya.

Airis hanya tersenyum, sambil mengangguk. Sebelum naik ke atas motor, Gio mengenakan jaketnya dulu, lalu helm fullface-nya. Cowok dengan sedikit bulu nata lentik itu, naik dengan gentle, menyalakan mesin motor dan kembali menyuruh Airis naik.

Pelan, namun pasti, Airis naik ke belakang. Di kaca spion, ia menatap pantulan wajahnya sendiri. Sialnya, wajah Airis memucat bak orang grogi tingkat akut.

"Gak usah pucet gitu, Ris, mukanya. Kayak mau diculik aja sama gue," kekeh Gio yang sadar dengan pantulan wajah Airis.

Airis hanya nyengir setengah minat. Tidak lama berselang, Agra berjalan melintasi Gio dan Airis. Si ketos itu menghentikan langkahnya, beberapa langkah di dekat Airis dan Gio.

"Airis sama kak Gio ada hubungan apaan? Secepat itu Airis move on dari gue?" gumam Agra.

Gio yang tak sengaja menoleh, menciduk Agra tengah memperhatikannya. Dengan sengaja, Gio langsung menarik kedua tangan Airis secara tiba-tiba, dan melingkarkannya ke perut.

Airis tersentak, saat ternyata ia dipaksa memeluk Gio. Saking tersentaknya, dagunya maju dan singgah di pundak cowok di depannya.

Gio membuka kaca helm fullface-nya, lalu mengedipkan matanya ke arah Agra. Agra melengos, memasang muka tembok seolah-olah ia tak melihat itu. Airis mengikuti arah pandang Gio, dan ... Airis terkejut, bibirnya yang sedari terkatup kini sedikit terbuka. Ternyata, ada Agra.

Dengan sengaja pula, Airis mengeratkan pelukannya di perut Gio.

"Kita panas-panasi mantan berengsek lo, Ris," kata Gio semangat, Airis mengangguk tak kalah semangat.

Detik selanjutnya, Gio menyalakan mesin motornya dan melaju melintas di hadapan Agra. Dengan sengaja, Gio menggebernya keras, menimbulkan asap menerpa wajah Agra bahkan sampai-sampai Agra batuk.

"Sialan," umpat Agra.

***

"Hiks ... Emak jangan pelgi ninggalin Affan, hiks." Affan memeluk Aldira erat, bocah itu sedari tadi menangis saat Aldira dan Altair memberi tahu bahwa besok, Aldira harus pergi.

"Affan sayang Emak. Emak gak boleh pelgi, hiks."

"Affan sayang, emak perginya cuma seminggu, sebentar kok." Aldira mengelus-elus punggung serta belakang kepala Affan beraturan.

"Emak jangan pelgi, hiks!" Tangisan Affan kian menjadi.

"Eh Kain Kafan, udah jangan nangis. Nanti kalau emak gak ada, Affan sama abah disini," kata Altair yang tiba-tiba menyambar bak gledek.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang