4. PERIHAL KALUNG

47.5K 6.1K 602
                                    

Kelopak mata Aldira yang sedari tadi masih setia menutup, perlahan-lahan terbuka pelan. Suasana hening begitulah yang ia rasakan. Dilihatnya, langit-langit atap yang putih bersih terdapat sebuah lampu terang benderang di tengahnya. Berat, begitulah yang Aldira rasakan di kepalanya. Ditengoknya, ada seorang cowok bertubuh jangkung. Aldira mengucek matanya, mengerjap beberapa kali agar penglihatannya kembali jelas.

Dan saat matanya sudah terbuka lebar, Aldira terkejut bukan main. Ia membungkam mulutnya tak percaya.

"Hei, kenapa?" Cowok itu memegangi pundak Aldira, lalu perlahan duduk di bibir kasur dengan air muka panik.

"Kak Bu-mi?" Suara Aldira terbata, ia begitu tidak menyangka bahwa cowok yang disukainya itu ada di dekatnya sekarang.

Seingatnya, ia masih ada di ruangan dingin itu karena disekap Altair. Tapi sekarang? Kenapa Bumi? Kenapa cowok ini yang ada bersama Aldira? Huh, cewek itu sungguh tidak mengerti.

"Lo disekap Alta di cold storage, untungnya gue datang cepet dan bisa nyelamatin lo. Jadi jangan bingung, kenapa gue ada disini." Seolah tahu apa yang tengah cewek itu pikirkan, Bumi berucap memberi pengertian.

Aldira memegangi kepalanya, yang masih terasa begitu berat. Dilihatnya ke sekelilingnya, tirai khas rumah sakit mengelilinginya. Tidak usah menduga, Aldira sudah bisa menebak sekarang dirinya tengah ada di rumah sakit.

"Kepalanya sakit?" Bumi memegangi kepala Aldira, menumpu tangan gadis itu lalu mengusapnya lembut.

Aldira menegang ditempatnya, tangan Bumi begitu hangat dan membuatnya nyaman. Jika bisa dibilang, Aldira ini tengah dapat rejeki nomplok karena untuk kedua kalinya ditolong oleh cogan SMA Jupiter.

"Kenapa ngeliatin gue gitu, sih? Gue serem ya?" Bumi terkekeh kecil, menurunkan tangannya lalu menjawil hidung mancung Aldira.

Aduh, rasanya Aldira semakin ingin meninggoy. Untuk pertama kalinya, hidung mancung miliknya disentuh oleh seorang cowok. Dan kabar baiknya, ini adalah cowok yang Aldira sukai sejak kelas 10 SMA.

"Makasih ya, Kak Bumi." Aldira berucap pelan, suaranya terdengar serak.

Bumi tersenyum. "Kembali kasih, btw gue udah baca surat elo."

Mata Aldira membelalak. Satu kata yang mendominasinya sekarang, yaitu malu.

"Ser-rius?"

"Sepuluh rius," balas Bumi mengacak rambut Aldira gemas.

Sepertinya memang sudah bisa diduga bahwa Bumi juga menyukai Aldira. Sudah terlihat jelas setelah cowok itu mendapatkan surat dari Aldira beberapa hari terakhir. Bumi terlihat senang.

"Sekarang jam berapa ya, Kak?" tanya Aldira, sontak membuat Bumi melihat pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Jam 7 malam pas, kenapa?"

"AKU HARUS PULANG!" pekik Aldira histeris. Cewek itu bergerak terburu-buru, mencabut selang infus di tangannya dan bergerak turun dari ranjang kasur.

"Akh!"

"Aldira!"

Naas sekali, Aldira ternyata hampir terjatuh karena memang kondisinya belum stabil. Untungnya, lagi dan lagi Bumi berhasil menyelamatkannya. Cowok itu menyangga badan Aldira dari belakang, membuat Aldira mau tak mau mendongakkan kepalanya, menatap wajah Bumi. Kedua mata beriris selaras kini tengah beradu pandang, dua hati tengah bertalu sekarang.

Bahkan, Bumi sampai tidak mengedipkan matanya sekalipun. Kecantikan Aldira yang begitu natural, menyihirnya begitu saja. Dan jangan lupakan Aldira, cewek itu merasa jantungnya ingin copot. Sepertinya, tengah ada organ tunggal di dalam sana. Jedag-jedug begitulah singkatnya jika diceritakan.

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang