Altair dan Aldira masih terlelap tidur dengan posisi saling berhadapan. Selimut putih tebal, tampak membebat keduanya, menutupi tubuh tanpa busana. Malam panjang sudah mereka lalui. Malam dimana, apa yang terjadi seperti suami-istri kebanyakan.
Altair bergerak kecil, ia menggeliat saat sinar matahari menerpa wajahnya. Cowok itu bangun, lantas menggeliat meregangkan otot-otot tubuhnya. Bertelanjang dada, membuat tato di sekujur punggung Altair terekspos begitu seram. Melirik ke samping, ia mendapati Aldira yang masih tidur dengan lelapnya.
Altair tersenyum, memorinya mulai menguar kejadian semalam.
Gila. Begitulah Altair menyebutnya. Untuk kali pertamanya, Aldira benar-benar gila di matanya. Malam tadi, Aldira benar-benar jadi raja dalam goyang gergaji season dua. Sialnya, Altair terlena semalam sampai-sampai ia hanya bisa menikmati dengan tubuh tak berdaya.
Bayangkan saja, Aldira yang biasanya polos begitu ganas semalam.
"Dir, udah pagi." Sambil merebahkan tubuhnya lagi, Altair berbisik ke daun telinga Aldira.
Tidak ada pergerakan apapun, Aldira masih terjaga dari tidurnya.
Altair memaklumi itu, ia paham bahwa Aldira pasti lelah.
"Sayang, aku mandi duluan ya?"
"Engh," Aldira melenguh saat jemari Altair menyentuh wajahnya. Cewek itu kini melakukan pergerakan, ringisan kecil tampak terdengar saat ia berbalik badan.
Altair mendelik, saat Aldira malah tidur membelakangi. Buru-buru, ia kembali membalikkan tubuh Aldira, hingga kini kembali menghadapnya.
"Hei, udah pagi. Nggak mau bangun?" Altair mengusap-usap wajah Aldira, penuh sayang.
"Emph, masih ngantuk Kang...." Aldira melenguh lagi dengan suaranya yang serak. Matanya masih setia terpejam.
"Yaudah atuh, jangan sekolah aja, ya? Lo kayaknya kecapean banget."
Dengan secepat kilat, Aldira membuka matanya lebar. "Mau sekolah Akang," rengeknya masih serak.
"Iya atuh bangun, masa mau tidur terus?"
"Atuh masih ngantuk ya ih, Akang mah gak ngertiin aku da, ih." Aldira menelusup masuk ke dekapan Altair.
"Gue mau mandi, jangan dipeluk gini. Bahaya nanti. Emangnya gak puas semalam, hm?" bisik Altair sebari menyelipkan beberapa anak rambut Aldira ke belakang daun telinganya.
Aldira membuka matanya setengah minat. "Akang mandi duluan sana," suruhnya.
"Iya, gue mandi duluan ya. Bye!"
Cup! Setelah mengecup kening Aldira, Altair yang hanya berbalut boxer bergambar kepala singa itu enyah dari kasur dan langsung masuk kedalam kamar mandi.
"Jam berapa ini ya?" Aldira bangkit dari posisinya, masih dengan selimut putih yang membalut tubuhnya, cewek itu berusaha turun dari ranjang.
Namun, baru saja menapakki kaki ke lantai, rasanya ngilu datang dan dengan cepat menjalar di area 'bawahnya'.
"Sshh, kok sakit?" Aldira jadi duduk sambil terus meringis hebat.
"Padahal ini kan udah dua kali aku sama akang goyang gergaji, tapi kok ... lebih sakit sekarang?" gumamnya bingung.
Aldira diam sebentar, berusaha mengumpulkan nyawa serta menetralisir rasa sakitnya. Ia memegangi pangkal hidungnya, sambil memijatnya pelan.
Jika saja, hari ini tidak ada jadwal latihan lomba PMR, mungkin Aldira tidak akan sekolah.
Saat ekor matanya bergerak tak tentu arah, tiba-tiba saja, pupil mata Aldira mendapati sebuah benda di bawah meja kaca depan sofa.
Dot susu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝𝕭𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖘 𝖐𝖆𝖒𝖎, 𝖒𝖆𝖘𝖚𝖐 𝖘𝖊𝖍𝖆𝖙 𝖐𝖊𝖑𝖚𝖆𝖗 𝖈𝖆𝖈𝖆𝖙.❞ -PANTER Altair Prawira Atmaja. Punya julukan sebagai Singa jalanan. Sama seperti julukannya, ia liar dan begitu ber...