P R O L O G

182K 11.2K 4.4K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Bugh!

Bugh!

"MATI LO BANGSAT!"

Teriakan lantang berisi umpatan kasar itu lolos dari mulut seorang cowok bertubuh jangkung, beralis tebal, berhidung mancung, dan satu lagi yang tidak boleh dilupakan, yaitu bertato. Di atas jalanan aspal hitam legam nan panas karena terpaan sinar matahari itu, sama sekali tak menyurutkan semangat kedua belah kubu yang tengah melakukan aksi tawuran.

Tawuran yang dilakukan di bawah jembatan, tak banyak orang yang berlalu lalang membuat tempat ini jadi pilihan. Aspal hitam legam seketika berubah warna kemerahan saat darah merah kental bercucuran. Dua kubu saling bermusuhan saling membaku hantam. Suara patah tulang, serta koyakan daging menjadi melodi menyeramkan.

"PANTER!"

Seruan lantang dari sang ketua SMA Jupiter menjadi penutup aksi menegangkan siang bolong hari itu. Dengan salah satu tangan terangkat, membawa senjata berupa rantai sepeda yang sudah dipenuhi bercak darah pertanda sudah banyak ia mengoyak bahkan menyabet daging sang lawan.

Altair Prawira Atmaja. Berdiri tegap berwibawa, rambut yang acak-acakkan tak sama sekali mengurangi kadar ketampanannya. Cowok bertato itu mengeraskan rahang, menggertakkan gigi, menghentakkan kaki penuh emosi. Tatapan mata elang yang terpancar, mampu membuat nyali siapapun ciut karenanya.

"PANTER!" seru Altair lantang.

"BERTINGKAH DI MARKAS KAMI, MASUK SEHAT KELUAR CACAT!"

Begitulah, sahutan dari para anggotanya. Sebuah slogan yang sukses membuat kubu lawan dari SMA Merkurius berlari kocar-kacir meninggalkan area sakral itu. Melihat kubu lawan berlarian, membuat  Altair tergelak senang. Namun tawanya tak berangsur lama, kedua sudut bibirnya yang terbuka kembali menutup, membentuk seringai senyuman miring yang nampak begitu horor.

Langkah lebar ia tempuh, untuk menghadap sang lawan yang nampaknya belum mati. Rantai ditangan, Altair putar di atas kepala. Dengan sekali gerakan, Altair melayangkan rantai tersebut ke wajah sang lawan.

SREEET!

Daging di wajah sang lawan terkoyak, menyisakan sebuah luka panjang bercucuran darah. Erangan kesakitan, sama sekali tak membuat Altair iba. Cowok itu, malah kembali melesatkan bogeman mentah, tendangan maut, dan dengan gerakan membabi buta, Altair menginjakkan kaki di perut sang lawan. Bak air mancur, darah keluar dari mulut sang lawan, merah dan begitu pekat. Orang-orang yang melihat kekejaman Altair hanya bisa meringis sebari menggigit jari. Seketika teriakan kesakitan menggema, membuat Altair tergelak amat senang.

"ALTAIR STOP!" Cowok berkulit kuning langsat, dari ujung kiri berlari, dengan gerakan secepat kilat ia memiting Altair dari belakang.

Bumi Ardilova, si wakil ketua PANTER sekaligus tangan kanan Altair, berusaha sebisa mungkin menghentikan aksi gila sang ketua.

"Lepasin gue, Bum! Gue pengen bunuh orang! Lepasin!" Altair meronta, memekik kencang hingga urat lehernya terekspos jelas.

Namun dengan segala kekuatan Bumi menahannya, menarik cowok itu agar tak kembali melancarkan aksi gilanya itu. Sang lawan yang tadi terkulai tak berdaya, berjalan tertatih meninggalkan area tawuran, dengan darah yang terus bercucuran, sebisa mungkin ia menghindari Altair. Si iblis jalanan, itulah julukan yang melekat pada seorang Altair Prawira Atmaja.

"Bunuh orang nggak akan bikin lo dapet apa-apa, Altair!" Setelah dirasa sang lawan hilang dari pandangan, barulah Bumi melepaskan tubuh Altair.

Altair mendengkus kesal. Dadanya naik turun, deru napasnya tersengal. Amarahnya sudah berada di ubun-ubun, selama ia belum membunuh lawannya, ia tak akan tenang, begitulah kata-kata legend-nya.

"WOI ALTAIR! BUMI! KABUR! ADA POLISI!"

Teriakan dari cowok berlesung pipi yang merupakan spesies langka itu, sukses membuat Altair dan juga Bumi berlari meninggalkan area tawuran. Suara sirine polisi melengking, membuat dua kubu berlarian tak tahu arah. Altair, dengan segala rasa tanggung jawabnya pada para anggota PANTER berseru, menitahkan semuanya agar mengikuti gerak tubuhnya.

Cowok berlesung pipi yang berteriak tadi, yang tak lain dan tak bukan bernama--Raden Abimana Prahadi Putra Prasetya Adiningrat, atau yang sering disebut Abim itu menjulurkan lidah pada polisi yang tengah mengejarnya. Namanya yang panjang seperti kereta, membuatnya sering jadi bahan olokan anggota PANTER lainnya.

Aksi kejar-kejaran antara polisi dan dua kubu lawan yang berseteru membuat jalanan ricuh.

"WOI CEPETAN LARINYA!" teriakan Abim terus melengking di sepanjang jalan.

"SEPATU GUE LEPAS ANJING!" Suara histeris dari salah satu anggota PANTER membuat Altair menghentikan gerak larinya.

Altair sebagai ketua, tak tanggung-tanggung berlari kembali ke belakang, mengambil sepatu salah satu anggota PANTER tanpa kenal takut.

"GIO INI SEPATU LO!" Altair berteriak, melempar sepatu di tangannya kearah sang pemilik.

Cowok dengan jambul khatulistiwa menangkap dengan gerakan cepat sepatunya. Namanya, Gio Manendra--salah satu anggota inti PANTER yang hobi melawak. Sama seperti humornya yang receh, gaya hidupnya pun receh. Gio, satu-satunya orang yang punya utang paling banyak di warung BH.

Warung BH, alias warung Bu Hana, menjadi salah satu warung tongkrongan anak PANTER. Jika kalian ingin mencari salah satu anggota PANTER, dipersilahkan untuk berkunjung ke warung BH. Karena disitulah, tempat anak-anak brandal itu berkumpul.

Puluhan anak-anak SMA Jupiter itu menggemparkan jalanan kota Jakarta. Mereka berlarian guna menghindari para polisi yang masih setia mengejarnya. Jalanan lalu lintas lumpuh saat puluhan anggota PANTER dengan seenak jidat membelah jalanan. Seragam acak-acakkan, ditambah dipenuhi bercak darah membuat semuanya nampak sok jagoan. Altair memimpin jalanan di paling depan. Semuanya berteriak ria saat tahu para polisi sudah tak lagi mengejarnya.

"PANTER!"

"BERTINGKAH DI MARKAS KAMI, MASUK SEHAT KELUAR CACAT!"

Teriakan-teriakan lantang itu, mampu menyirap pasang mata yang melihatnya. Ada yang bergidik takut, dan ada pula yang menggelengkan kepala. Puluhan anggota PANTER membuka baju seragamnya, memutar-mutarkannya di atas kepala. Altair terlihat paling bertubuh atletis. Roti sobek di perutnya, membuat pasang mata kaum hawa melongo gumoh terpesona. Ditambah tato di area tangannya membuat Altair terlihat paling berbeda dan mencolok.

Altair berbeda, ia si penguasa jalanan. Si singa liar, si iblis jalanan yang tak tanggung-tanggung membunuh lawannya. Ini tentangnya, tentang Altair Prawira Atmaja. Cowok yang bergelut dengan kehidupan gelapnya. Cowok yang mencari jati dirinya.

Dan ini kisahnya...

Bogor, 18 Januari 2021

ALTAIR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang