Hey,Berbahagialah!

16 1 0
                                    

Ingatan terakhirku adalah senyumanmu, tawamu, kata-katamu, dan semua tentangmu. Mungkin terkesan melarikan diri, namun aku tidak ingin mengingat bagaimana aku bisa mati dan menjadi hantu begini. Aku tidak bisa lepas dari bayanganmu. Karena aku sangat mencintaimu. Aku selalu mengikutimu, karena aku mengkhawatirkanmu. Aku selalu menjagamu, karena kau adalah segalanya bagiku.

Ketika pemakamanku, aku melihatmu menangis menggenggam erat fotoku dan kamu. Aku hancur mengetahui kalau aku tidak lagi bisa bersamamu. Hanya bisa melihatmu, tanpa menyentuh ataupun berbicara denganmu. Aku tidak lagi bisa menggodamu ataupun membuatmu tertawa. Aku tidak lagi bisa memakan masakanmu yang enak. Kau tahu, sejak aku menjadi hantu aku bahkan tidak membutuhkan makanan. Aku sangat merindukanmu, kau tahu itu?

Sejak kematianku, kau selalu berduka, bahkan kau sempat menutup diri pada teman-teman dan keluargamu. Aku tahu kau gadis yang kuat, tapi kau terlalu mamaksakan dirimu. Kau tahu, aku semakin mengkhawatirkanmu. Maafkan aku yang telah membuatmu sedih, padahal aku berjanji untuk tidak pernah membuatmu menangis. Dan sekarang alasan utama kau menangis adalah karena aku. Kumohon maafkan aku.

Aku senang ketika seseorang datang menawarkan pundaknya sebagai tempatmu bersandar, dan aku lega kalau seseorang itu adalah sahabat baikku. Namun, di satu sisi aku merasa cemburu. Aku masihlah mencintaimu. Kali ini dan untuk seterusnya, aku harus menyadari tempatku. Hei, sahabat baikku, jangan biarkan orang yang kucintai terus bersedih. Tetaplah berada di sampingnya dan hibur dia.

Hari demi hari, perlahan tapi pasti, senyumanmu kembali dan bahkan sekarang kau sudah bisa tertawa lepas. Ini pertama kalinya sejak kematianku kau bisa tertawa lepas begitu. Aku sangat menyukai tawamu, kau ribuan kali lebih cantik jika tertawa seperti itu. Andai aku bisa mengatakannya padamu. Apa kau tahu alasan kenapa aku selalu bertingkah konyol jika aku ada di dekatmu? Agar kau tidak pernah kehilangan senyumanmu, agar duniamu lebih ceria dan penuh warna. Walaupun saat ini bukan aku alasan atas tawamu itu, aku senang karena aku bisa melihat senyuman dan tawamu lagi.

Ketika hari itu tiba, hari dimana sahabat baikku menembakmu, entah mengapa aku tidak terkejut sama sekali. Walaupun sakit di hati ini, aku mencoba merelakanmu karena aku tahu aku tidak bisa menjagamu lagi. Namun, kenapa kau malah meminta waktu atas jawaban atas perasaaan sahabatku, kekasih? Apakah kau masih terbayang akan diriku? Kumohon padamu, jangan terlalu memikirkanku. Kau harus merelakanku dan buatlah aku sebagai kenangan yang tak akan kau lupakan. Untukku yang sudah tak bernyawa ini, itu sudah cukup.

Walau kau sempat menghindarinya dan tak memberinya jawaban atas pengakuan perasaannya, akhirnya kau menjawab ‘YA’. Aku merasa lega namun disaat bersamaan aku merasa sesak. Apakah ini yang kau rasakan ketika kau kehilanganku? Karena aku baru saja merasakan kehilangan akan dirimu. Bukankah seharusnya aku merasa bahagia akan hubungan kalian? Ya, seharusnya begitu.

Sudah beberapa lama sejak kalian jadian, dan lagi-lagi kalian kencan di taman hiburan. Aku ingat dulu kita juga sering kencan di taman hiburan. Makan es krim, main tembak-tembakan, naik bianglala, dan lainnya. Saat itu, benar-benar menyenangkan. Aku merindukan saat-saat itu. Aku ingin naik bianglala bersamamu lagi. Lalu tiba-tiba kau meminta pada sahabatku untuk naik bianglala bersama. Aku bertanya-tanya ‘Apa kau bisa membaca pikiranku? Atau Apa kau merasakan keinginanku?’. Kau membuatku terkejut, kau tahu itu. Saat di puncak bianglala, kau lagi-lagi mengejutkanku dan mengatakan “Dia selalu mengatakan padaku untuk tetap berbahagia, seakan dia bisa hilang kapan saja.” Aku memang mengatakan itu, dan aku memang ingin kau bahagia.

Aku sangat tidak menyangka kalau sahabatku akan melamarmu esoknya. Ya ampun, mungkin bukan kalian saja yang deg-degan, mungkin aku juga. Aku bahkan gugup akan jawabanmu. Namun, kali ini kau yakin dan tegas menjawab lamaran itu dengan jawaban ‘YA’. Kemudian kalian sibuk menyiapkan pernikahan kalian. Aku tidak tahu harus merasa apa saat ini, senang karena akhirnya kau mendapat kebahagiaanmu ataukah sedih karena bukan aku yang akan menjadi pasangan hidup matimu?

Saat hari pernikahanmu, aku menyadari sesuatu yang lagi-lagi aku lupakan. Aku tersadar saat aku melihatmu mengenakan gaun pengantin dan kau terlihat sangat cantik mengenakan gaun itu. Seharusnya aku tidak melupakan keinginanku yang penting, bahwa aku ingin kau bahagia bahkan setelah aku mati. Karenanya aku akan mengatakan ini padamu “Hei berbahagialah, karena kau sudah mendapatkan cinta sejatimu, kekasih. Hei berbahagialah walaupun aku tidak ada di sampingmu, kekasih. Dan hei berbahagialah karena akhirnya kau mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.”

Horor NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang