Malam jum’at ini bagi gue seram tingkat langit ke tujuh. Mau tau apa yang horor? Mati lampu, Itu yang horor! Sial! Hanya kontrakan rumah gue yang mati lampu. Itu pasti karena tagihan listrik. Payah! Gue hanya bisa internetan 2 jam, selebih itu gue nggak tahu lagi mau ngapain. Sohib gue? Gue punya sohib di rumah ini 2 orang. Satu orangnya belagu banget (sama sih kayak gue), namanya Rehan, dan satu lagi orangnya doyan banget sama tidur. Namanya Gerald. Pasti jelas, malam ini dia sedang apa? Tidur!
Di sudut pintu kamar gue, ada bayangan hitam yang besar. Awalnya gue biasa aja. karena gue tahu itu pasti Rehan. Tapi bayangan itu nggak seperti biasanya. Kalau itu bayangan Rehan, pastinya dia begerak dong. Bayangan ini justru nggak bergerak sama sekali. Busset.. itu bayangan atau patung sih? karena gue pemberani (sok), gue menghampiri bayangan misterius itu. Satu langkah oke. Dua langkah mantap. Dan sampai gue mendekat ke pintu kamar gue, “haaaaa” gue teriak mengejutkan bayangan itu. Bodoh! Itu kan banyangan, ngapain gue teriaki. Anehnya, bayangan itu nggak terkejut sama sekali, yah iya lah.. itu kan hanya bayangan orang. Sebentar… orang? Di mana orangnya. Gue udah meneliti di sekitar bayangan, hasinya nothing! Nggak ada orang atau pun siapa-siapa. Jantung gue mulai memompa lebih cepat… Cepat. Cepat… Tuhan beri aku jantung tambahan! Sewaktu gue balik badan, bukan main kuntilanak ada di hadapan gue saat ini.
“bujubuneng!” teriak gue spontan. Kuntilanak itu justru terkekeh melihat ketakutanku. Suek bener! “lo takut kan, Bay?” busset, ternyata kuntilanak itu Rehan. Untung nggak gue bunuh dia.
“suek lo! gue terkejut, bukan takut!. Lagian lo ngapain pake jubah putih gitu, mau ceramah lo?”
Rehan tertawa terbahak-bahak. Apanya yang lucu? Kampret tu anak. Orang lagi keringat dingin, dia enak-enakan ketawa. Jumpa sama kuntilanak beneran baru tau lo!
“sory-sory.. gue dapet jubah ini dari lemarinya Gerald. Yah gue cobain lah, siapa tahu berguna buat sholat jum’at”
Gue ngangguk-angguk.*cling*, ada pesan masuk ni di Facebook.
“hai” pesan masuk dari akun yang bernama Rika.
“wah, han. Gue dapat chat ni dari cewek cantik” pamer gue.
“paling cewek modus doang”
Gue nggak peduli perkataan Rehan yang sungguh menyakiti hati ini (lebay ya?). dengan mantap gue membalas chat dari beliau. “hai juga. kamu siapa?”
Nggak butuh waktu berabad-abad, cewek itu langsung membalas chat nya “aku Rika, mas. Boleh kenalan nggak”
Ehh busset.. ketimpa apa gue tadi sore, kenapa ada cewek secantik Rika ini mau kenalan sama gue yang belagu ini ya. Rezeki…
“aku Bayu, Rika. Salam kenal ya”Dari kejadian itu gue terus komunikasi sama Rika. Beneran, dia cantik banget di Facebook. Di dunia nyata secantik itu enggak ya? Gue bela-belain buat ngisi kuota gue hanya buat chat sama gadis cantik itu. Akhirnya, ada juga cewek yang ngajak kenalan lebih dulu. Gue pikir itu hanya cerita dongeng aja, ternyata… tidak ya, pemirsa!
22 maret 2011
Hari ini Rika ngajak gue ketemuan. Setelah sekian lama gue nunggu-nunggu jawaban rika, akhirnya dia mau. Sesuatu ya..
“mas.. nanti kamu naik bus malam ya mas”
Itu pesan terakhirnya sebelum keberangkatan gue menuju Sidoarjo, tempat tinggal Rika sang Pujaan hati. Malamnya, gue uda naik bus pesanan Rika. Terlihat sedikit aneh sih. Tapi gue buang pikiran aneh itu juga. Jangan-jangan memang otak gue yang aneh bukan bus ini.Tak berapa lama bus yang gue tumpangi berhenti di halte kadaluarsa untuk mengambil satu penumpang. Satu orang pemuda kira-kira seumuran sama gue duduk di seberang bangku gue. Dia mengenakan pakaian yang horor. Dia mau ngikuti drama horor kali ya? Serem bener.
“Rika, bus malam memang sepi ya?” gue mengirim chat lagi ke Rika untuk menghilangkan suasana menengangkan ini. nggak seperti biasanya Rika lama membalas chat gue. Ahh mungkin dia lagi siap-siap kali.
Pemuda yang di sebrang gue itu lihatin gue terus. Dia ngajak ribut sama gue? Gue nggak ada yang aneh juga. Dia tu yang aneh. Serba hitam! Gundorowo memangnya dia! karena gue orangnya ramah dan baik, gue menebarkan senyum ke dia. Sial! Gue nggak digubris. Nanti lo ya! Turun dari bus, gue jegal lo! (jahat bener gue)
Setelah sampai di Sidioarjo, gue dan satu penumpang misterius itu akhirnya turun di tempat yang sama. Dia terus menatap horor ke gue. Ya ampun… kalau ada kamera gue pasti melambaikan tangan dan berteriak “nggak kuat… nggak kuat.. gue nyerah” sayangnya, di sini hanya ada bus jadul dan halte kadaluarsa.
Gue harus naik ojek untuk masuk ke dalam gang rumah Rika. Ada apa sih dengan kawasan ini? tadi di bus hanya ada penumpang aneh, sekarang tukang ojek misterius. Sabar! Sabar! Ini mungkin halusinasi gue aja.
Sampai di tempat, gue terpelongo drastis. Beneran ini alamat yang Rika beri ke gue. Kok rumahnya penuh dengan ilalang gini sih. Gue menarik nafas panjang dan melangkah ke gerbang rumah itu.“hei dek mau apa kamu?” kata 2 bapak parubaya itu ke gue. Gue rasa bapak bapak itu lagi ngeronda deh
“ini pak. Saya mau nanya. Apa bener ini rumahnya Rika permata Sari”
“hah?!” spontan mereka berdua terkejut memandang photo yang gue beri.
“benar.. mau apa ya dek?” akhirnya salah satu bapak paruh baya bertanya normal ke gue.
“saya diundang ke pesta ulang tahunnya pak”
Bapak itu saling menatap.
“neng Rika sudah meninggal 5 tahun yang lalu dek”
*jedder* gue mungkin habis kesamber petir saat ini.“iya betul itu photonya neng rika. Dia meninggal karena dibunuh suaminya dek”
Astaga! Rika? Meninggal? 5 tahun lalu? Dibunuh? Udah punya suami juga? Gue ditipu hantu ni. Mampus.. berarti selama ini gue chat sama gentayangannya sih Rika. Gila! Gue langsung lari melarikan dari tempat itu. Gue hapus akun facebook dia. Gue bakar handphone gue. Yang bener aja, kenapa gue bisa nggak tahu sih!Dari kejadian itu, gue nggak pernah punya sosial media lagi. Dan untuk keadaan gue, gue hampir mati gara-gara ini semua. Demam gue tinggi, kepala gue pusing, dan untung aja sohib gue membantu pengobatan gue selama ini. akun sialan!