Ketika aku masih di sekolah menengah, pamanku akan memberikanku beberapa dolar untuk membantu mengasuh anak-anaknya dengan bibiku. Mereka tinggal di rumah berlantai dua di tepi air, daerah yang indah. Anak-anak mereka berusia sekitar 3 dan 6.
Suatu hari saat aku sedang duduk di ruang kerja mereka, sibuk dengan ponselku ketika aku mulai mendengar bayi menangis. Aku pikir itu adalah anak berusia tiga tahun, jadi aku menuju ke bawah tangga untuk memeriksa dan melihat apakah bibiku ada di sana, sedang mengurusi sepupuku itu. Aku memanggilnya beberapa kali tanpa jawaban. Bayi itu terus menangis. Aku memanggilnya sekali lagi, dan ketika aku tetap tidak mendapat jawaban, aku mulai menaiki tangga. Lalu aku mendengar sepupu dan bibiku bermain di luar.
Semua rambut di tubuh aku berdiri dan aku benar-benar merasakan hawa dingin di tulang belakangku. Aku diam-diam berbalik, berjalan menuruni tangga, masuk ke mobilku dan pergi. ‘Bayi’ itu masih menangis ketika aku menutup pintu di belakangku.
Beberapa tahun kemudian ketika aku sedang berada di pesta keluarga, aku menceritakan kisah yang kualami waktu itu. Dia mengatakan kepadaku bahwa dia dan istrinya juga biasa mendengar suara bayi itu, dan ternyata pemilik sebelumnya memiliki seorang anak yang meninggal karena SIDS (kematian medadak kepada bayi) di kamar atas.
Bibiku adalah seorang Katolik yang taat dan mengadakan misa untuk bayi tersebut. Dia mengatakan setelah itu tidak pernah terdengar lagi suara tangis bayi tersebut. Tetap saja kejadian itu selalu membuatku gelisah setiap diriku membicarakannya.