KKN di Desa Penari 7

89 5 0
                                    

Namun, tetap saja, selama perjalanan, Widya banyak menemukan keganjilan. Keganjilan yang paling mencolok adalah, tidak satu atau dua kali, namun berkali-kali, ia melihat banyak sesajen yang diletakkan di atas tempeh, lengkap dengan bunga dan makanan yang diletakkan di sana, ditambah bau kemenyan, membuat Widya tidak tenang.

Setiap kali mau bertanya, hati kecilnya selalu mengatakan bahwa itu bukan hal yang bagus.

Nur, setelah dari sinden, ia ijin kembali ke rumah, karena badannya tidak enak, dengan sukarela Bima yang mengantarkannya. Jadi, observasi hanya di lakukan oleh 4 orang saja.

Kemudian, sampailah di titik paling menakutkan.

"Tipak talas." Kalau kata pak Prabu, sebuah batas di mana rombongan anak-anak dilarang keras melintasi sebuah setapak jalan yang dibuat serampangan, di kiri kanan, ada kain merah lengkap diikat oleh janur kuning layaknya pernikahan.

"Kenapa tidak boleh Pak?" tanya Ayu penasaran.

Pak Prabu diam lama, seperti sudah mempersiapkan jawaban namun ia enggan mengatakannya.

"Iku ngunu Alas D****** , gak onok opo-opo'ne, wedine, nek sampeyan niki nekat, kalau hilang, lalu tersesat bagaimana (itu adalah hutan belantara, gak ada apa-apanya, hanya mempertimbangkan, takutnya kalau kalian ke sana, hilang, tersesat, lalu bagaimana)?"

Sekali lagi, jawaban itu cukup membuat Widya yakin itu bukan yang sebenarnya. Namun, perasaan merinding melihat jalanan setapak itu, nyata.

Horor NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang