Aku Makimura Saito. Seorang penulis artikel creepy mingguan di sebuah majalah terkenal di kota tempatku tinggal. Dan ini adalah salah satu cerita yang pernah aku catat. Cerita ini dialami sendiri oleh adikku dan salah seorang temannya, yang merupakan mahasiswa di sebuah universitas terkenal di ibukota. Begini kisah lengkapnya:
Kisah 1: Di Perpustakaan Saat Malam
Di musim gugur yang basah, dua orang mahasiswa, Makimura Jun dan Enomoto Satoshi, terpaksa tinggal di kampus lebih lama, untuk menyelesaikan makalah tugas dari salah seorang Dosen. Mereka tidak punya pilihan. Karena besok pagi adalah batas waktu terakhir, dan makalah harus sudah dikumpulkan. Malam semakin larut, kedua mahasiswa itu masih terlihat sibuk mengerjakan tugas mereka di perpustakaan kampus. Ketika mereka tengah sibuk di depan laptop, seorang petugas keamanan datang mendekati mereka dari belakang.“Perpustakaan sudah hampir tutup,” kata petugas tersebut. “kenapa kalian belum juga pulang?”
“Kami harus mengumpulkan tugas ini besok pagi, Pak,” sahut Jun sambil terus mengetik.
“Bisakah kami berada di sini sejam lagi?” tanya Satoshi. “Kami yakin, kami akan menyelesaikannya sebentar lagi.”
“Baiklah kalau memang begitu. Ada baiknya aku menemani kalian di sini sampai tugas kalian selesai,” jawab si petugas. “aku akan berjaga di sini untuk memastikan kalian aman.”Kedua mahasiswa itu saling menatap lega. Mereka merasa sangat berterima kasih pada petugas tersebut. Mereka bisa menyelesaikan tugas mereka tanpa takut suatu apa pun karena petugas tersebut berjaga di belakang mereka. Hingga akhirnya, mereka tiba pada bagian kesimpulan. Klutuk. Satoshi tak sengaja menjatuhkan pensilnya. Pensil itu menggelinding hingga ke dekat tempat di mana si petugas itu berdiri. Ketika Satoshi membungkuk untuk mengambil pensil tersebut, ia melihat sesuatu yang sangat mengejutkan. Dan dalam keadaan ketakutan, Satoshi memungut pensilnya dan segera mengepaki barang-barangnya.
“Ayo kita pulang,” bisik Satoshi pada Jun.
“Nande?” tanya Jun bingung. “Kita kan belum selesai?”
“Pokoknya kita pulang sekarang!” Satoshi memaksa.
“Iie, aku mau menyelesaikan tugas ini dulu,” bantah Jun. “lagi pula tinggal sedikit lagi.”
“Kita bisa melanjutkannya nanti di rumah,” kata Satoshi.
“Sudah kepalang tanggung.” Jun tetap keras kepala.
“Terserah kamu saja!” kata Satoshi dan bergegas pergi dengan terburu-buru, tanpa menoleh sedikit pun. Bahkan pada satpam yang menemani mereka. Dengan terpaksa ia meninggalkan Jun sendirian di sana bersama petugas keamanan itu.Dengan keheranan dan agak kesal, Jun meneruskan pekerjaannya. Dua menit kemudian, telepon genggamnya berbunyi. Ada pesan singkat yang masuk dari nomor Satoshi. Jun pun segera membaca pesan tersebut: Jatuhkan pensilmu ke belakang, lalu ambillah. Maka kamu akan mengerti. Jun mengerutkan dahi. Ia kebingungan setelah membaca pesan singkat tersebut. Tapi karena penasaran, kemudian ia melakukan apa yang diminta oleh Satoshi, dan dengan sengaja menjatuhkan pensilnya. Lalu ia membungkuk untuk mengambilnya. Saat itulah, Jun melihat sesuatu yang sangat mengejutkan -bahkan menakutkan. Ia pun menjadi paham, kenapa Satoshi tiba-tiba terburu-buru mengajaknya pulang tadi. Ia melihat kaki petugas itu melayang, tanpa sedikit pun menyentuh lantai. Jun hampir saja berteriak karena ngeri. Namun ia segera menutup mulutnya dengan tangan. Setelah menenangkan dirinya, ia menaruh kembali pensilnya ke atas meja, dan segera mengepaki barang-barangnya.
“Kamu mau pulang? Bukannya tugasmu belum selesai?” Suara petugas itu membuat Jun merinding.
“I-iya, Pak, tapi saya harus pulang sekarang.. tadi ada pesan dari Ibu saya, ia menyuruh saya segera pulang.” Jun berusaha menyembunyikan ketakutannya.
Saat Jun hendak pergi, si petugas mendekat, lalu membungkuk di belakang Jun, dan berbisik tepat di telinga Jun. “Jadi, kamu pulang bukan karena kamu tahu aku ini apa?”Tamat