Namun, hilangnya Widya, membuat Pak Prabu akhirnya menyerah dan memilih melaporkannya.
Lalu apa yang terjadi sama Ayu dan Bima?
Pagi itu, serombongan mobil datang, mereka adalah keluarga sekaligus panitia KKN yang sudah mendengar semua ceritanya dari Pak Prabu.
Ayu masih terbaring, matanya melotot, namun tubuhnya masih seperti orang lumpuh.
Bima, masih kejang-kejang.
Well ada yang mau lihat foto mereka?
maaf maaf, Aib!!
Soal mobil, gw gak paham. intinya mereka di jemput paksa, KKN mereka di coret, gw bakal lanjutin akhir ceritanya saja ya, sama yang bersangkutan. Di selesaiin saja malam ini, biar gw bisa fokus kerja lagi. tapi serius pengen lihat foto mereka?
Gw cuma moto dari hape, karena fotonya di cetak di art paper, dan gw cuma bisa bilang, Bima sama Ayu, cantik dan ganteng memang. Karena itu gw berani gambarin fisiknya si Bima.
Gw lanjut ya
Sebenarnya, proses penjemputan gak semudah yang bakal gw tulis, karena pihak keluarga Bima maupun Ayu, marah besar, mereka tidak terima anaknya di bikin seperti ini.
Bahkan pihak kampus juga kena, karena kasusnya benar-benar hampir di bawa ke media nasional.
Widya, Nur sampai harus mohon agar Ayu dan Bima dibiarkan tetap tinggal di sini, yang konon kata Mbah Buyut bisa saja balaknya diambil sewaktu-waktu. Namun, dari pihak keluarga Ayu dan Bima, tidak mau lagi, mereka tetap membawa Ayu dan Bima, hasilnya?
Ayu hanya bisa tidur dengan mata terbuka terus menerus, Widya pernah di ceritain oleh ibunya, bahwa kadang, ia melihat mata Ayu meneteskan air mata.
Tapi, setiap ditanya, dia hanya diam, tak menjawab, Ayu akhirnya meninggal setelah 3 bulan di rawat.
Abangnya, merasa bersalah sampai hampir mau mengamuk di desa itu. Namun, Pak Prabu pun sama, seharusnya sejak awal, saat Ayu memohon di ijinkan KKN di sana, ia tegas menolak.
Alasannya, memang tempat itu tidak baik untuk ditinggali mereka yang masih bau kencur.
Bima??
Bagaimana?? Meninggal juga. Malam sebelum dia meninggal, Bima teriak minta tolong, tapi ketika ditanya, kenapa dan minta tolong apa?
Bima berteriak ular, ular, ular, ia meninggal lebih dulu dari Ayu, tubuhnya di kebumikan, orang tuanya awalnya masih mau memperpanjang masalah ini sama pihak kampus, tapi akhirnya dicabut, dengan catatan, KKN tidak lagi di adakan di timur Jawa lagi.
Sejak saat itu, kampus ini hanya memperbolehkan KKN ke arah barat, tidak lagi timur, apalagi desa yang jauh.
Ada hal yang bikin gw radak susah gambarin adalah narasumber "Widya" disamarkan, setiap beliau bercerita, beliau hanya menceritakan intinya, dan gw harus ngatur ulang ceritanya agar nyambung.
Terlepas dari itu, gw inget, tiap dia cerita, tangannya gugup, seperti tidak mau mengulang peristiwa itu. apapun itu, gw berharap cerita ini mengandung hikmah bagi kalian yang membacanya.
Untuk peserta KKN nya pun sebenarnya bukan 6 orang, tapi 14 orang, gw perpendek untuk mempersingkat cerita beliau yang saling berkaitan satu sama lain.