Selfie

21 4 0
                                    

Ruslan remaja tujuh belas tahun yang sangat tampan. Wajah tirus, dagu lancip, bibir yang imut dan kulitnya putih nan berseri. Tatkala pipinya merona saat ia tersenyum. Ruslan sangat beruntung, ia mempunyai keluarga yang tergolong kaya. Apapun yang diminta Ruslan, Papa Ruslan pasti akan menurutinya.

Suatu saat Ruslan minta dibelikan Ponsel canggih dengan fitur selfie yang modern. Katanya dengan ponsel itu, saat selfie kita bisa terlihat tampan seperti boneka barbie. Papa Ruslan pun menurutinya. Esoknya ketika ingin berangkat sekolah Ruslan dikejutkan dengan Ponsel tipe terbaru canggih di atas meja makan. Ruslan pun girang bukan main.
Sebagai rasa ucapan terimakasih, ia memeluk erat Papa. “Makasih pa..! aku sayang sama papa” kata Ruslan.
Ia pun berangkat ke sekolah. Sekolah sebetulnya melarang siswanya membawa ponsel, tapi karena Ruslan merasa begitu senang dengan ponsel barunya, ia pun nekat membawa ponsel itu ke sekolah.

Selfie saat ini menjadi tren di kalangan masyarakat. Tua, muda, dewasa, bahkan anak-anak pun bisa melakukan selfie.
Ruslan tak henti-hentinya memandangi tampan parasnya lewat kamera depan ponselnya. Ia melakukan selfie bah wefie dengan teman-temannya berkali-kali.
Saat pelajaran pun tak terlewatkan untuk selfie. Di kamar mandi sekolah, di kantin, bahkan di perjalanan pulang. Di tengah perjalanan pulang, ia menemukan tempat yang bagus untuk selfie. Meski tempat itu di pinggiran jalan raya, Ruslan pun tak peduli. Ia dengan penuh semangat memposisikan dirinya dengan pose-pose menarik di depan kamera ponsel barunya.

Tak terasa lima belas menit berlalu di tempat itu, namun langit mulai gelap. Angin dingin bertiup agak kencang. Jakarta yang tadi terasa terik, tiba-tiba diselimuti awan mendung. Ruslan agak heran, karena cuaca harusnya masih panas sekarang. Mengingat musim hujan belum saatnya datang.
Ruslan pun kemudian memutuskan pulang ke rumah. Tak lupa setiap beberapa langkah ia melakukan selfie lagi. Sesampainya di rumah, Ruslan tak mendapati keluarganya. Mungkin sedang keluar rumah entah kemana. Ia kemudian beristirahat di kamar tidurnya.

Ruslan tak pernah membayangkan hal yang aneh tentang ponsel itu. baru atau bekas, dari mana dibelinya ia tak pernah bertanya pada Papa. Sambil melepas lelah di atas ranjang, Ruslan pun membuka galeri di dalam ponselnya. Ia lihat satu persatu foto hasil jepretannya.
Terkadang Ruslan senyum-senyum sendiri, tatkala ia gemas melihat wajahnya yang begitu tampan dan imut. Sampai di tiga foto terakhir Ruslan kebingungan.
Ia merasa sudah mengambil foto dengan benar, dan tak ada hal yang aneh saat ia selfie di jalan tadi. Namun foto-foto itu terlihat aneh.

Bulu kuduk Ruslan berdiri. Ia beranjak dari tempat tidurnya mencari papa. Ruslan beranggapan bahwa ponsel itu mungkin cacat produk dari dealernya. Ia ingin menunjukkannya pada Papa dan Mamanya. Tak lama terdengar langkah derap sepatu masuk ke rumah Ruslan. Ruslan mengira itu keluarganya yang baru saja pulang, ia kemudian berlari menuju pintu utama. Ia membuka pintu, tak terlihat seorangpun di sana. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Dan tak ada seorangpun yang terliihat saat itu. Ruslan pun bergegas masuk lagi ke dalam kamar.

Merasa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi. Ruslan menelpon papa, panggilan Ruslan diangkat, tapi yang terdengar hanya suara tangis orang banyak di dalam ponsel. Ruslan kemudian mematikan ponselnya dan bersembunyi di balik selimut. Ruslan sangat ketakutan. Urat-uratnya menegang, tubuhnya terasa kaku dan dingin. Nafasnya tersengal-sengal. Ia merasa ada orang yang memperhatikannya di dalam kamar itu. ia pun gemetar. Lama merasakan suasana mencekam sampai akhirnya Ruslan tertidur di balik selimutnya.

Keesokan paginya ia bangun dan siap-siap berangkat lagi kesekolah. Meja makan terlihat kosong, keluarganya tak kunjung pulang. Ruslan mulai khawatir takut terjadi apa-apa. Panggilannya ke nomor ponsel keluarganya tak kunjung diterima. Ia kemudian ke luar rumah dalam keadaan masih memakai seragam, seragam yang kemarin ia pakai dan tak sengaja sampai tertidur dan masih ia pakai pagi ini. Bajunya terasa lengket dan tidak nyaman. Seperti habis terkena tumpahan sesuatu yang berbau amis.

Sekeluarnya dari rumah, Ruslan menemukan koran langganan keluarganya di depan pintu. Tak disangka, foto Ruslan tempampang di halaman utama. Di koran itu wajahnya terlihat masih tampan dan manis, di samping fotonya ada gambar terlihat beberapa orang yang mirip keluarganya sedang menangis. Ia pun mengalihkan perhatiannya menuju judul berita penting pagi yang menyertakan fotonya itu, dan tertulis.

“SELFIE RUSLAN BERUJUNG MAUT, TERTABRAK TRUK SAMPAH”

Horor NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang