Kendati Daffa mengatakan bahwa; ia harus menjadi prioritas nomor satu bagi Mika ketika memiliki anak kelak, gadis itu yakin bahwa pria itu tidak bersungguh-sungguh dalam hal tersebut. Sudah pasti ia akan melakukan apa pun demi kepentingan si kecil, tidak peduli meskipun mempertaruhkan nyawa sekali pun.
"Mas pergi kerja dulu, 'ya?"
Mika mengangguk mantap. "Iya, Mas. Jangan lupa bawa bekalnya, Mas suka makan di luar, aku jadi cemas."
"Iya, Sayang. Hati-hati di rumah, Mas akan pulang secepat mungkin."
Mika tersenyum manis ketika Daffa mengecup keningnya. Bergegas pergi ke kantor seperti apa yang dikatakan.
Kembali pada rutinitas harian dalam hal mengelola sebuah online shop, Mika membalas beberapa pesan dari calon pembeli. Berkecimpung di dalam bisnis busana pria dan wanita, toko kecil yang Mika kelola tidak jarang mendatangkan banyak pelanggan. Terlebih dengan reputasi toko yang sudah tidak diragukan lagi, seiring dengan berjalannya waktu Mika berencana untuk melebarkan sayap bisnisnya sehingga dapat diakses secara offline.
Sebuah butik, pikirnya.
Memindahkan barang ke ruang penyimpanan, Mika sempat melihat pantulan dirinya di cermin.
Diam-diam membayangkan bagaimana penampilannya andai perut rata miliknya itu sedikit lebih berisi karena sedang mengandung anak, buah cinta mereka.
Daffa tidak pernah meributkan masalah ini terkecuali apabila ibunya memulai duluan. Membahas soal kehadiran cucu, terlebih ketika Daffa merupakan anak bungsu di keluarga tersebut. Kehadiran keturunan darinya jelas merupakan suatu momentum yang dinanti-nantikan. Tak ayal hal tersebut membuat Mika berpikir keras untuk mempertimbangkan langkah yang akan diambil. Tetapi Daffa sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu, sebab sejak awal alasan di balik mengapa Daffa mempersunting Mika adalah atas dasar cinta.
"Apabila saya menikah semata-mata demi memuaskan diri, saya tidak akan menyentuh kamu, Mika. Apabila sejak awal saya berniat untuk melakukan hal demikian, saya tidak akan berada di hadapan kamu, tapi di hadapan seorang pelacur."
Ucapan pria itu masih terbayang di dalam benak. Seakan hal tersebut baru saja terjadi tempo hari, ingatan Mika masih begitu segar. Entah itu bagaimana cara Daffa memperlakukannya dengan baik, dan juga bagaimana caranya melamar Mika kendati mereka baru saling mengenal selama satu bulan lamanya.
Masih terlalu dini.
Tetapi atas apa yang Daffa lakukan dan juga komitmen mereka untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi, Mika sama sekali tidak merasa takut. Sebab gadis itu tahu bahwa Daffa mencintainya, Daffa tidak akan menyakitinya dengan apa pun itu.
Mika tersenyum membayangkannya. Namun, senyuman itu seketika saja luntur ketika mendapati bungkusan yang tempo hari Mika temukan. Sialnya, Mika tidak sempat bertanya soal syal berwarna merah tersebut. Mengingat kesibukan Daffa membuat pria itu memiliki sedikit waktu untuk sekadar menghabiskan hari dengan mengobrol bersama Mika.
'Untuk Clara.'
Mika tertegun ketika secara tak sengaja mendapati kartu ucapan di dalamnya.
Apabila tidak salah, Mika pernah mendengar nama tersebut sebelumnya. Daffa pernah menceritakan tentang gadis itu, mereka melalui banyak hal ketika bergelut dengan pekerjaannya masing-masing. Sehingga sampai pada satu fakta menarik tentang hubungan mereka, Clara adalah mantan kekasih Daffa sewaktu masa sekolah dulu. []
/TBC/
Tuberculosis
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri Melankolis✓
RomanceDi hubungan yang telah berjalan satu bulan lamanya, Daffa dan Mika memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Namun, seperti bahtera rumah tangga pada umumnya, ada saja hal yang membuat hubungan mereka dirasa begitu sulit dan hampir ti...