31; Tamu Tak Diundang

14 2 0
                                    

Saat ini Mika sedang menunggu tukang sayur langganannya. Setelah apa yang dihadapi oleh keluarga kecilnya belakangan ini, Mika belum sempat berbelanja ketika persediaan mulai menipis.

Apabila tidak dapat memasak masakan seenak buatan ibunya, setidaknya Mika tidak akan membiarkan suaminya mati kelaparan.

"Eh, Neng Mika!"

Mika terkejut, menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang wanita bertubuh subur tengah menghampirinya penuh antusias. Mika tidak dapat pergi ke mana pun.

Sudah terlambat.

"Iya, Ibu. Apa kabar?"

Bu Sugeng terlihat terkekeh-kekeh, memerhatikan penampilan Mika yang saat ini mengenakan hoodie dengan aksen telinga kelinci pada bagian tudung, menutupi hampir keseluruhan tubuh mungilnya. Tak akan munafik, bahwa siapa pun yang melihatnya akan merasa gemas sendiri.

"Kabar Ibu baik, Neng. Neng sendiri gimana? Kandungannya sehat?"

Mika tertegun. Menatap lawan bicaranya tidak percaya. Mengingat ia belum memberitahu siapa pun soal hal ini, terkecuali sanak keluarga dan teman dekat.

"Kok, Ibu tau?"

"Gimana nggak tau, Neng? Orang Mas Daffa yang bilang ke saya."

Pada akhirnya Mika tahu mengapa Daffa bersikap begitu aneh selepas pulang dari perjalanan singkat membeli dua porsi bubur pagi ini, pria tersebut bahkan tidak dapat menjelaskan perasaannya secara spesifik; terlihat begitu pucat, menutupi sesuatu, seperti seorang pembunuh yang takut bahwa bangkai dari korbannya akan ditemukan.

Sudah pasti Daffa didesak.

Dengan sikap dan juga sikap yang belakangan mencurigakan sebab ada masalah internal, baik Daffa dan Mika memang sedikit menutup diri dan terkesan tidak ingin bersosialisasi sementara waktu. Siapa pun yang mengetahui hal tersebut akan mencari pembenaran atas persepsi di dalam benak. Menyelidiki alasan di balik permasalahan yang ada. Sudah pasti Mika akan memaafkan Daffa.

"Oh, gitu."

"Kalau kita hamil, ada beberapa hal yang nggak boleh dilakukan. Salah satunya adalah beban pikiran, kalau kita bersikeras untuk memikirkan hal tidak penting kasihan si jabang bayinya. Masalah menjaga mood dan asupan nutrisi yang masuk, itu juga penting. Jangan sampai sikap egois kita membuat dia menderita di dalam sana...,"

Mika mendengarkan setiap ucapan Bu Sugeng kendati tidak dapat mengingat betul akan apa yang baru saja dikatakan. Wanita itu sempat membahas beberapa hal, meliputi; kiat-kiat khusus selama menjalani rutinitas harian ketika mengandung, apa-apa saja yang boleh dilakukan dan tidak, tips soal mengatasi mood buruk, dan yang lainnya. Apabila boleh jujur, Mika merasa terbantu.

Salahkan saja daya ingatnya yang buruk.

"Permisi?"

Keduanya menoleh ketika mendengar suara seseorang menyapa. Tidak ayal membuat salah seorang di antaranya merasa terkejut sekaligus bertanya-tanya.

"Ya?"

"Apa benar ini kediaman Mas Daffa?"

Mika tertegun. Sempat menoleh ke arah Bu Sugeng yang sama merasa tidak habis pikir dan masih bertanya-tanya soal apa yang sebenarnya terjadi di sini.

"Ya, Anda siapa, 'ya?"

"Kamu pasti Mika, 'kan?" Ia justru balik bertanya. Menatap manik mata Mika dengan antusias, begitu bersemangat. "Saya pernah datang ke pernikahan kamu."

Baiklah, Mika tidak dapat mengatakan apa pun. Setidaknya hingga sang suami ke luar dari rumah guna memastikan apa yang terjadi. Di saat itu juga Mika merasa bahwa hati kecilnya teremas ketika Daffa mengatakan,

"Clara? Kamu udah sampai?" []

/TBC/
Tuberculosis

Pasutri Melankolis✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang