Mika merasa tidak habis pikir. Seperti itulah gambaran yang dirasakan olehnya Mika saat ini, merasa tidak habis pikir atas apa yang terjadi. Di sana Daffa bahkan belum memberikan suatu penjelasan apa pun, tidak berupaya untuk mengusir pikiran buruk Mika yang bisa muncul kapan saja. Pria tersebut seakan menutup mata.
Sementara itu, Mika terus memerhatikan wanita bernama Clara itu, ia terlihat begitu cantik. Penampilannya begitu dewasa, mengingat Clara dan Daffa memiliki rentang usia yang tidak terlalu jauh. Hanya selisih dua tahun, lain halnya dengan Mika.
Kini mereka terlihat tengah bercengkerama, merasa bahwa kehadiran dirinya di sana tidak terlalu diindahkan, Mika pun memutuskan untuk menunggu di dapur setelah menyajikan dua cangkir teh dan kudapan rumahan yang dibuatnya.
"Saya takut kamu tersesat sewaktu perjalanan kemari." Daffa berujar. Perangainya terlihat tak sungkan untuk melepas senyuman dan tawa ketika wanita bernama Clara itu melontarkan isi kepalanya.
"Nggak akan tersesat, saya memiliki peta tersendiri. Dan terlepas dari itu, saya bisa menanyakan jalan ke orang sekitar."
Daffa terlihat memerhatikan. Sementara itu Mika terpantau menghela napas beberapa kali dan berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Syukurlah. Saya khawatir karena mengingat riwayat kamu dalam hal mencari arah dan tempat."
Clara terkekeh. Merasa bahwa pria di hadapannya ini memiliki ingatan yang kuat dalam hal mengenang kembali apa yang telah dilalui. "Kamu ini, setiap orang berubah seiring dengan berjalannya waktu. Begitupun juga dengan kamu, Daffa. Melihat perubahan yang ada, saya terkejut karena kamu udah berubah ke arah yang jauh lebih baik. Terkesan begitu dewasa dan bertanggung jawab."
Remasan tangan Mika terhadap gelas menguat. Rasa-rasanya ia dapat memecahkan benda itu di dalam genggamannya apabila mengenyampingkan keselamatan dan juga akal sehat. Mendengar hal semacam itu nyatanya dapat membuat suhu ruangan di sekitar Mika terasa panas.
"Astaga. Saya belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kamu, saat ini saya hanya menjalani apa yang ada. Menyesuaikan diri dan berkomitmen untuk menjalani hidup yang lebih baik, itu aja."
"Saya harap dapat memiliki suami seperti kamu."
Mika tersedak.
Daffa tertawa mendengarnya.
"Ah, kamu bisa aja. Saya yakin kalau kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari saya."
"Hm, saya harap begitu."
Entah apa maksud di balik semua ini, sebab sejak awal yang Mika dengar tidak lebih dari sekadar acara reuni. Mengenang masa lalu dan mulai terjebak dalam ruang nostalgia, terus seperti itu.
"Jadi, langsung ke intinya. Kamu udah melihat email yang saya kirim?"
Clara mengangguk. "Ya, saya udah membacanya. Seperti biasa, bagus. Saya suka."
Mereka mulai membahas soal perencanaan pembangunan, entah apa namanya. Mika tidak tahu. Sembilan dari sepuluh hal yang mereka katakan, Mika tidak dapat mengerti. Itu mungkin merupakan hal wajar sebab hal yang dialaminya selama ini tidak ada sangkut pautnya dengan cetak biru atau diameter bangunan.
Mika berusaha menyibukkan diri dengan kegiatan memotong di dapur. Tidak tahu harus memasak apa, katakan saja begitu.
Mereka masih berbincang, setidaknya sampai Mika terlelap dengan posisi lengan terlipat di atas meja sebagai bantalan.
Setelah mengantar Clara sampai pintu, Daffa menelusuri rumah untuk memastikan keadaan Mika. Sehingga pria itu mendapati istrinya tengah terlelap di sana.
Tersenyum simpul, Daffa pun mengangkat tubuh Mika dan membawa gadis itu ke tempat yang jauh lebih baik untuk sekadar memejamkan mata. Membuka pintu dengan bahu, Daffa membawa masuk Mika ke dalam kamar. Membaringkannya di sana secara perlahan, tidak ingin membangunkannya.
"Mas sayang kamu." Katanya seraya mencium kening Mika. Pergi ke luar ruangan begitu saja, meninggalkan Mika yang dalam keadaan setengah sadar. []
/TBC/
Tuberculosis
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri Melankolis✓
RomanceDi hubungan yang telah berjalan satu bulan lamanya, Daffa dan Mika memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Namun, seperti bahtera rumah tangga pada umumnya, ada saja hal yang membuat hubungan mereka dirasa begitu sulit dan hampir ti...