Epilogue

128 6 1
                                    

Daffa merupakan pribadi yang unik, dan berusaha untuk berkembang dari waktu ke waktu. Diketahui tidak mendapatkan kasih sayang yang berarti dari sang ayah, Mika mengetahui semua itu dan berusaha untuk membangun diri bersamanya. Atas setiap kekurangan yang ada, baik Daffa maupun Mika sama-sama saling membantu dan memperkuat pondasi diri.

Saat ini Daffa merindukan Mika.

Pria itu terlihat sedang duduk termangu di taman, di salah satu lengannya terlihat seorang malaikat kecil tengah terlelap. Bertahun-tahun rasanya begitu singkat, diselingi oleh drama dan air mata penuh arti. Daffa berhasil menjadi seorang ayah dan figur yang baik untuk putranya tersebut.

Elvan Adhyaksa Rajendra, demikian Daffa memberikan nama untuk si kecil.

"Papa, peyuk."

Daffa tertegun dan menoleh ke arah sumber suara di atas pangkuannya. Tersenyum tulus dan mengusap punggungnya, mendekapnya dengan lembut tatkala embusan angin menggoyahkan dedaunan yang telah menaungi mereka.

"Papa...,"

"Papa di sini, Sayang. Papa nggak ke mana-mana, ada di sini. Menemani kamu, seterusnya begitu."

Daffa kembali memandang hamparan rumput luas di sana. Beberapa orang terlihat sedang bermain dengan keluarganya, entah itu bermain atau mengadakan piknik seperti apa yang Daffa lakukan dengan semua ini; karpet merah bermotif kotak-kotak, keranjang anyaman, kudapan kecil, buku yang belakangan kerap dibaca, dan perlengkapan si kecil Elvan.

Rasanya menenangkan.

"Oi, sendirian aja. Nggak ngajak pula."

"Iya, Daffa nih. Belakangan suka main sendiri aja."

"Kasih tau, Pak. Jangan kasih kendor."

"Kamu pikir saya mau ngapain emangnya, Rom?"

Daffa terkekeh melihat interaksi dari kedua orang yang baru saja datang bergabung itu. Di bawah naungan pohon rimbun, mereka bercengkerama dan mulai membahas beberapa hal.

"Berisik, Rom. Anak saya lagi tidur, jangan kamu ganggu ketenangannya." Daffa berujar. Diselingi tawa mengejek. Romi terlihat mencebik.

"Astaga, model-modelnya kamu lagi jadi ayah yang protektif gitu ya. Biasanya juga bodo amat kalau kita berisik sedikit," Romi bergumam pada akhir kalimat. Setidaknya hingga ia teringat akan sesuatu hal. "Oh, iya. Elvan, liat nih. Om ganteng bawa apa, mainan buat kamu. Ini mahal, lho."

Elvan yang baru saja bangun tidur terlihat terdiam, masih mencerna suasana sekitar. "Mainan? Obil-obilan ya, Om?"

Romi tertawa gemas. Rasa-rasanya hampir mimisan. "Iya, mobil-mobilan, ngeeng! Tuh, keren, 'kan? Om beli ini buat kamu."

"Buat anak di rumah udah dibeliin, Rom?" Suhardi berkomentar, dibalas tatapan tajam dari Romi yang terlihat tidak ingin membahas hal demikian. "Ah, tatapan kamu itu primitif sekali."

"Udah, Pak. Tenang aja."

Mereka melanjutkan perbincangan, beberapa di antaranya didominasi oleh tawa dan guronan ala bapak-bapak. Jokes yang rata-rata tidak akan dimengerti oleh orang awam. Namun, di sela-sela perbincangan mereka Daffa kembali teringat akan sosok Mika.

Daffa benar-benar merindukan Mika.

Rindu sekali. Sampai rasa-rasanya hampir mati.

Namun, apa boleh buat karena semesta berkata lain. Membuat Daffa harus memupuk semua rasa ini seorang diri. []

— Tamat —
Tapi bohong.







My Wife —
online

Daffa: kangen, ih.

Mika: sabar, Mas. Aku lagi di Melbourne, masih banyak barang yang harus dibeli.

Daffa: cepat pulang. Lagian kenapa aku nggak boleh ikut ke sana, sih? Disangka orang kita cerai tau, karena kamu nggak pulang-pulang.

Mika: ingat komitmen kita, Mas. Katanya mau punya anak lagi, kita harus memikirkan semuanya matang-matang dari segi fisik maupun finansial. Makanya aku buka jasa jastip, lumayan buat pemasukan. Di sisi lain bisa jalan-jalan juga.

Daffa: untung aku sabar.

Mika: iya, Sayang. Sampaikan ciuman selamat tidur buat Elvan, aku mau lanjut belanja sebelum pulang.

Daffa: iya, cepat pulang. Nggak mau tau, dua minggu ditinggal kamu rasanya aku mau mati, serius.

Mika: baru dua minggu, Mas.

Daffa: nggak ada! Cepat pulang kalau nggak Mas susul kamu ke sana! []

Tamat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pasutri Melankolis✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang