Adapun hal yang membuat Mika bertanya-tanya pagi ini. Terlepas dari keadaan kamar yang begitu sepi, gadis itu mendapati sekumpulan kelopak bunga di sepanjang jalan menuju area dapur. Mengikutinya secara perlahan dengan berbagai pertanyaan di dalam benak, Mika sama sekali tidak menduga atas apa yang didapatinya di sana. Tepat di meja makan bergaya minimalis, seorang pria terlihat gagah dengan apron yang dikenakan.
"Selamat pagi, Tuan putri."
Mika terkekeh kecil dan memerhatikan sekitar. Adapun beberapa sentuhan kecil pada ruangan tersebut, terdapat beberapa lilin menyala di sana, dan juga sisa kelopak bunga mawar yang ditaburkan secara merata di sepanjang rute menuju dapur.
"Ini apa, Mas?"
"Sarapan."
"Iya, tau sarapan. Tapi dalam rangka apa?"
"Nggak dalam rangka apa-apa, Mas cuma merasa bahwa nggak ada salahnya sesekali melakukan hal semacam ini, 'kan?"
Daffa menarik kursi untuk diduduki oleh istrinya itu, disambut dengan baik. Mika tidak dapat berhenti tersenyum ketika mendapati dua porsi panekuk hangat dengan sirup maple di atasnya. Suara samar dari panci berisi air mendidih terdengar, mungkin ini merupakan saat yang tepat bagi mereka untuk membeli mesin pembuat kopi yang baru, setidaknya setelah mesin yang mereka miliki rusak.
Menuangkan air panas ke dalam cangkir dan menambahkan kantung teh di sana, Daffa menyodorkan teh herbal itu pada Mika sementara dirinya menyeduh kopi instan; hal yang belakangan menjadi solusi atas kerusakan mesin yang dihadapi. Kini pria itu mulai terbiasa akan cita rasa yang tidak terlalu menyengat dari minuman berkafein itu. Sebab dalam kasus apa pun itu kau akan bisa karena biasa.
"Makasih."
"Sama-sama, Sayang." Daffa tersenyum bangga, menyaksikan masakan yang dibuatnya dinikmati oleh Mika. Tidak ada hal janggal, sudah pasti begitu mengingat Daffa telah mengikuti setiap langkah dari kiat-kiat memanjakan istri. Kegiatan yang mengisi waktu malam karena tidak bisa tidur, Daffa berselancar di internet untuk mencari jalan ke luar dari dinginnya rumah tangga.
Agaknya ia berhasil.
"Gimana? Enak?"
Mika mengacungkan jempolnya.
"Syukurlah," Daffa membuang napas lega. Kembali pada kegiatan yang melibatkan rahangnya, mengunyah dengan benar. "Gimana kabar toko online kamu?"
"Nggak gimana-gimana, masih seperti biasa. Di kondisi seperti saat ini aku memutuskan untuk nggak bekerja terlalu keras, dan menyerahkan sisanya sama adik aku."
Benar, Mika memiliki seorang adik perempuan. Ia kerap membantunya dalam hal merintis usaha, memberikan backup pada Mika apabila terjadi sesuatu hal di luar dugaan. Daffa mengingatnya, dan oleh karena itu ia pun tersenyum di detik selanjutnya.
Mika mengernyit melihatnya. "Kenapa?"
"Nggak kenapa-napa. Lanjutin makannya, nggak tau kenapa tiba-tiba aja Mas merasa kenyang karena melihat senyuman kamu."
"Ada-ada aja, deh. Serius, Mas hari ini aneh banget. Nggak kerja, siapin sarapan buat aku, terus senyum-senyum sendiri. Mas tau nggak kalau aku mencemaskan kesehatan mental kamu?"
"Sejak awal mental Mas memang udah nggak sehat," Daffa terlihat sedikit mencondongkan tubuhnya. Mendekat pada Mika saat mengimbuhkan, "Karena kamu. Kamu membuat jiwa dan raga ini tergila-gila, membuat pikiran Mas kacau balau ketika nggak melihat kamu walau untuk sehari."
Mika mendengkus geli. Kendati demikian Daffa tahu bahwa masih ada sesuatu hal di dalam dirinya, opsi yang Mika tutup serapat mungkin. Ia bahkan tidak menceritakan apa pun pada Daffa, cenderung diam dan memilih untuk menghindar.
Dan oleh karena itu, Daffa memiliki rencana untuk membuat Mika lebih terbuka terhadap dirinya. Memastikan bahwa dirinya baik-baik saja setelah serentetan kejadian yang bisa saja menyisakan luka di dalam sana. Daffa tidak akan munafik bahwa di balik senyum, dan tawanya ia menyembunyikan rasa cemas yang terlampau menyiksa.
"Mika?"
"Hm? Kenapa, Mas?"
"Kamu siap-siap sana, Mas mau culik kamu."
"Hah?" []
/TBC/
Tuberculosis
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri Melankolis✓
RomanceDi hubungan yang telah berjalan satu bulan lamanya, Daffa dan Mika memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Namun, seperti bahtera rumah tangga pada umumnya, ada saja hal yang membuat hubungan mereka dirasa begitu sulit dan hampir ti...