23; Daffa Sakit

29 2 0
                                    

Keadaan Mika sudah berangsur membaik. Mengaku tidak ingin dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut, belakangan Mika pun kerap kali mendapati seseorang tertidur di tepian ranjang di setiap malamnya. Menggenggam jari gadis itu dengan erat, seakan sesuatu hal dapat memisahkan mereka sehingga salah satu pihak memilih untuk terus mempertahankan apa yang ada.

Seperti saat ini, Mika terbangun dalam keadaan sunyi. Di sisinya ia tak mendapati apa pun kecuali Daffa yang tertidur di sana.

Masih dini hari.

Mika memiringkan tubuhnya dan memerhatikan Daffa, suaminya itu terlihat tidur di bawah ranjang dengan tangan yang setia menggenggam jemari gadis itu. Entah hal semacam apa yang mendasari tindakannya tersebut, Daffa seakan enggan untuk tidur di atas ranjang yang sama dengan Mika. Mungkin pria itu tidak ingin kejadian serupa kembali terjadi, saat di mana ia hilang kontrol dan secara tak sengaja melukai Mika dalam keadaan tak sadarkan diri.

Begitu banyak pertanyaan di dalam benak Mika, rasanya ingin sekali meminta penjelasan padanya. Tetapi melihat situasi dan kondisi yang dirasa kurang kondusif, Mika memutuskan untuk bungkam.

"Mika...,"

Gadis itu dibuat menoleh ketika mendengar Daffa bergumam, secara langsung menyerukan namanya dalam tidur.

Meletakkan telapak tangan pada poin wajah, Mika kian memerhatikan penampilan pria itu ketika tertidur. Namun, sukses dibuat tertegun saat merasakan bahwa permukaan kulitnya terasa panas.

"Mika, jangan tinggalkan aku...,"

Mika menoleh, memastikan keadaan Daffa. Ia masih tertidur dengan beralaskan karpet tebal yang menghalau rasa dingin dari lantai, Mika tahu bahwa Daffa kembali mengigau.

Melangkah turun dari ranjang dan beranjak menuju dapur, Mika tidak lantas berdiam diri. Menampung air dingin di dalam baskom untuk mengompres, Mika kembali ke kamar dan sekali lagi memastikan keadaan Daffa. Meraih beberapa bantal untuk menyangga kepala pria tersebut setelah membaringkannya di sana, menyelimuti tubuhnya dan langsung mengompres dengan sebuah handuk basah.

Mika tidak tega apabila harus membangunkannya di jam-jam seperti ini sebab Daffa pasti merasa lelah, mereka merasa lelah.

Kembali naik ke atas ranjang dan terus memantau keadaannya, secara tak sengaja Mika dibuat hanyut oleh suasana hening.

"Mika...,"

Gadis itu mengulurkan tangannya dan mengusap poin wajahnya, tidak dapat melakukan hal lain. Serangkaian kisah telah mereka lalui selama beberapa bulan belakangan, terasa begitu berat memang. Tapi, dengan begitu setidaknya mereka dapat saling mengerti satu sama lain. Namun, belakangan Mika tidak dapat memahami Daffa.

"Sejauh apa pun masalah yang nantinya akan kita hadapi, aku harap kita nggak menjadi orang asing."

Mika ingat atas apa yang Daffa katakan, sebisa mungkin meyakini apa yang pria itu janjikan.

Ia terus memantau suhu tubuh Daffa hingga terlelap. Lucu, sebab Mika tiba-tiba saja bermimpi bahwa pria itu mengecupnya dengan lembut, ia bahkan mengucapkan sesuatu yang membuat Mika terpana karenanya.

"Terima kasih." []

/TBC/
Tuberculosis

Pasutri Melankolis✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang