43; Kejadian Horor

15 2 0
                                    

Daffa tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, sebab sepulang dari kantor ia langsung disuguhi oleh aura kelam di rumah. Atmosfernya pun terasa abnormal, masih dalam keadaan tidak tahu menahu, pria tampan itupun melangkah menuju kamar. Maniknya langsung mendapati sosok Mika yang terlelap, tidak ingin mengganggu dan membuatnya terjaga setelah berupaya untuk tidur nyenyak selama beberapa waktu belakangan, Daffa melonggarkan kerah kemeja yang dikenakan dan melayani dirinya sendiri.

Ada apa ini?

Rasa curiga Daffa kian terasa kuat ketika mendapati sebuah bingkisan di dapur.

Apakah Mika menerima tamu?

Tapi siapa?

Ah, rasanya kepala Daffa ingin pecah. Memikirkan apa yang seharusnya tidak diketahui olehnya, Daffa meringis pelan sambil menyiapkan air mendidih untuk merebus mi instan.

"Mungkin dari selingkuhan dia. Secara kamu kurang peka dalam hubungan."

Goblok.

Rasanya Daffa ingin mengumpat demikian tatkala tak tahu harus menghubungi siapa, dan terpaksa berbalas pesan dengan Romi. Pria itu memang tidak tahu diuntung, mengatakan apa pun sesuka hati tanpa memikirkan konsekuensi berikut dampak terhadap si penerima pesan. Ada saat di mana Daffa mempertanyakan mengapa ia bisa menjalin hubungan pertemanan dengannya sampai sejauh ini.

"Jangan membangunkan jiwa psikopat saya karena ucapan kamu, Rom. Masih mau hidup nggak?"

"Halah, emang kamu berani?"

"Berani, apalagi kalau kamu nggak mau berhenti. Kamu mati istri kamu saya goyang."

"Goblok, Daffa."

Daffa tertawa puas. Namun, masih menjaga suara agar tidak membangunkan Mika di jam seperti ini.

"Oke-oke, serius. Saya masih kepikiran sama siapa yang kirim bingkisan ini."

"Mana saya tau. Coba tanya langsung ke orangnya."

"Dia lagi tidur."

"Ya udah, sih. Jangan mikir aneh-aneh, mana tau itu dari Mami kamu. Uh, canda Mami."

Daffa tertegun. Karena apabila apa yang dikatakan Romi itu benar, pantas saja ia mencium aroma parfum yang sudah tidak asing lagi, terkesan seperti bau kemenyan.

"Saya jadi kepikiran, Rom."

"Kepikiran apa?"

"Kandungan Mika udah hampir tujuh bulan. Kamu tau sendiri kalau Mami saya bersikeras buat bawa dia ke rumah. Malah, saya dikasih dua pilihan; Mika dibawa pergi sama Mami, atau Mami tinggal di sini."

"Ambil opsi kedua aja, Daffa. Kamu nggak akan pisah sama Mika, anggap aja kalau Mami kamu itu sebagai seorang perawat atau asisten rumah tangga."

"Saya aduin, nih. Mami lagi online, lho. Saya kirim screenshot chat ini ke dia, istri kamu jadi janda."

"Nggak bisa diajak berjanda kamu, Daff."

"Bercanda, Mas. Maaf izin koreksi."

Daffa menyeruput mi instan yang selesai dibuat. Tak melepaskan pandangan pada ponsel di dalam genggaman. Namun, atensinya sontak saja tertuju pada ambang dapur. Di sana Mika terlihat memerhatikan Daffa, istrinya itu muncul tanpa aba-aba seperti adegan pada film horor.

"Mika? Kamu udah bangun, Sayang?"

Mika bungkam. Melangkah mendekati meja dan tak sungkan untuk bergabung.

"Kamu mau Mas buatkan mi instan?"

"Hm, boleh."

Daffa mengangguk dan meninggalkan ponsel berikut mangkuk berisi mi kuah. Segera membuatkan satu porsi lagi untuk istrinya itu, bangun dari tidur pasti membuat perutnya keroncongan.

"Ini, silakan."

"Makasih."

Daffa tersenyum. Namun, sontak saja panggilan alam membuatnya harus pamit undur diri. "Um, Mas ke belakang dulu ya. Kamu makan yang banyak, jangan terlalu sering makan mi instan. Ingat kata dokter."

Mika mengangguk.

Daffa melangkah menuju kamar mandi. Menunaikan kewajibannya di sana. Selesai mencuci tangan dan merapikan pakaian, Daffa ke luar dari kamar mandi.

Namun, perhatiannya sontak teralihkan pada pintu kamar yang terbuka. Menyusuri koridor dan sampai ke dapur, Daffa disuguhkan oleh sosok Mika yang terlihat bertanya-tanya.

"Kenapa liatin Mas kayak gitu, Mika?"

"Mas, maaf aku nggak sempat masak hari ini. Tapi bukan berarti Mas boleh makan mi instan banyak-banyak juga. Nggak baik untuk kesehatan."

"Lho? Bukannya kamu yang minta?"

"Aku baru bangun tidur, Mas. Mas jangan ada-ada, deh." []

/TBC/
Tuberculosis

Pasutri Melankolis✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang