Min Lily [Lily]

3 2 0
                                    

Hanya ingin merasakan menghirup udara bebas tanpa adanya kekangan dari keluarga. Lily berjalan di sekitar taman istana yang cukup megah. "Nona, sekarang saatnya makan siang. Tuan dan nyonya sudah menunggu," ucap kepala pelayan pribadinya.

Tanpa menyahut, gadis itu melesat pergi karena ia tahu, kedua orang tuanya tidak bisa menunggu sebentar. "Sungguh merepotkan," gumam Lily sambil menuju ruang makan.

Ia menatap tembok pembatas antara istana serta dunia luar, selama hidup Lily tidak pernah menghidup udara luar dan tidak mengetahui bagaimana keadaan di balik tembok sana.

Kaki jenjangnya membawa sampai di ruang makan, sepertinya Lily terlalu larut dalam pikiran sampai tidak menyadari mata sang ibu yang tengah menatap tajam.

"Maafkan keterlambatan saya," ucap Lily sambil memberi salam seperti halnya bangsawan.

"Duduk," perintah sang ayah dengan nada tegas.

"Ingat, kau adalah puteri kerajaan Min. Jangan membuat malu kami," tegur sang ibu penuh penekanan.

Ingin rasanya Lily berteriak dan protes, dia hanya melamun sambil berjalan namun sudah mendapat teguran keras dari kedua orang tuanya. "Saya janji tidak akan mengulangi hal tersebut," sahut Lily.

Kerjaan Min, bangsawan kuno yang telah lama menjaga budaya turun-temurun terkenal dengan sifatnya yang keji serta berdarah dingin. Terbukti, sifat sang ayah yang begitu dingin menurun dari sang kakek.

Namun, entah kenapa Lily tidak bisa begitu. Ia begitu baik dan mudah empati, keluarga sang ibu sama keji dengan ayah, bedanya kakek dari ibunya begitu kanibal dan menyembah hal aneh.

"Kenapa puteri dari kerajaan Min tidak pernah bebas?" lirihnya sambil memandang air mancur di depan ruangan khusus.

"Hanya ingin mengetahui dunia luar dan bebas dari segala aturan, ternyata sangat sulit yah ...," sambungnya lagi.

Bukan hal aneh Lily berbicara sendiri, karena di sini ia tidak memiliki teman sebaya. Rata-rata umur di istana sudah berkepala tiga, sedangkan dia baru fase remaja dimana sangat penasaran dengan hal baru.

"Hah ... Pelayan!" teriaknya.

Pelayan datang dengan terburu-buru saat Lily memanggil. "Iya Nona, ada apa?" tanyanya.

Lily menatap sendu baru berkata, "apakah mereka sudah tidur?"

Pelayan tahu maksud dari kata 'mereka' dan dengan cepat mengangguk. "Bagus, bisa kau bantu aku?"

***

Di sinilah sekarang Lily, dengan segala cara dia nekad pergi dari istana. Berkat bantuan dari pelayan yang ia sihir, sekarang ia bisa melihat pemandangan indah dari balik tembok.

"Ternyata seperti ini dunia luar, tidak buruk juga," ucapnya dengan senyum manis yang tercetak jelas di bibir.

Lily melewati beberapa pohon besar yang menutup sinar bulan, ia sengaja menggunakan pakaian seperti pria agar lebih mudah bergerak. "Ternyata, lebih indah melihat bulan di luar sini daripada di dalam neraka," ucapnya sambil melewati beberapa akar besar.

Setelah cukup lama Lily melewati pohon serta akar besar, sampailah dia di sungai yang memantulkan cahaya bulan. "Ini luar biasa, kenapa tidak dari lama aku keluar dari istana? Ishh, rugi sekali aku melewatkan pemandangan indah ini."

Ia berniat turun untuk mencuci wajah dengan air sungai itu, perlahan ia turun ke tepi sungai dan membasuh muka. "Sungguh segar," ucapnya.

Setelah puas memandang bulan melalui pantulan sungai, ia melanjutkan langkah. Pujian tidak henti-hentinya Lily ucapkan selama perjalanan.

Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now