Bus Malam [Nanda Tiara]

11 2 0
                                    


Di ceritakan, di belahan bumi sebelah barat, terdapat sebuah kota. Dengan manusia-manusia modern, yang dimanjakan teknologi-teknologi super canggih, dan berbagai kisah kelam nan menyeramkan yang menyelimuti.

Di ceritakan, di kota itu, terdapat sebuah peraturan tidak tertulis yang diyakini oleh masyarakat setempat. Katanya, jangan pulang mendekati tengah malam. Katanya, jangan naik bus jika jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Katanya, jika kau melanggar itu, sesuatu yang mengerikan akan terjadi padamu.

Di ceritakan, ada seorang pemuda yang pernah mengalami hal mengerikan itu. Sepulang kerja, jam sebelas malam lewat empat menit, pemuda itu tengah menunggu bus malam yang biasa lewat di kota. Ketika ada sebuah bus berhenti di hadapannya, dia segera masuk dan tidak menyadari bahwa bus itu bukanlah angkutan umum yang biasa berkendara di sana. Dia terjebak.

Kau tahu apa yang terjadi keesokan harinya?

Dia ditemukan tewas.

Dengan banyak luka cabikan di seluruh tubuh. Dagingnya seperti dikoyak, oleh sesuatu yang jelas bukan teknologi bermesin canggih. Lebih seperti kuku tajam nan runcing yang menjelma menjadi sebilah pisau yang siap mengoyak tubuh manusia dewasa.

Polisi setempat yang memeriksa kasus itu menolak percaya akan mitos yang beredar. Mereka malah membuat alibi yang tidak masuk akal. Tewas karena cuaca dingin dan akhirnya tertimbun salju? Hei, yang benar saja! Lalu dari mana datangnya darah yang menghiasi tubuh korban? Dari mana datangnya luka sayatan itu? Mereka hanya diam ketika pertanyaan itu dilempar.

Masyarakat di sana masih mempercayai kematian misterius pemuda itu disebabkan oleh mitos yang telah lama beredar. Tentang sebuah bus malam misterius yang selalu beroperasi ketika menjelang tengah malam. Tentang sebuah bus malam yang konon selalu mencari korban setiap malamnya. Tentang sebuah bus malam, yang jika kau naiki, kau tak akan pernah bisa kembali dalam keadaan hidup.

"Itu cerita yang menyeramkan, kan? Kau tahu? Aku sampai tidur bersama adikku malam itu karena terlalu takut."

Suara Sean mengalihkan atensiku dari buku bacaan yang dia beri. Aku menutup buku itu dan mulai menyesap kopi buatan Sean yang sudah agak dingin.

"Aku tidak percaya mitos."

Sean terlihat terkejut selama beberapa saat. Ya, memang terkadang respon laki-laki itu suka dilebih-lebihkan.

"Kau ... tidak mempercayai ini? Hei! Ini sungguhan! Kau tidak baca? Jelas-jelas di sini tertulis, ada seorang pemuda yang pernah mengalami hal mengerikan itu. Kau tidak baca, ya?!"

"Dan kau tahu apa yang lebih mengejutkan lagi? Mitos itu beredar di kota kita, Steve! Kota ini! Astaga, bagaimana bisa kau tidak mempercayainya?" sambung Sean, menghardikku.

Aku hanya mengendikkan bahu, lantas mengenakan mantel tebalku; bersiap untuk segera pulang.

"Kau terlalu berlebihan! Kau tahu? Cerita itu dibuat agar penduduk di sana tidak pulang terlalu larut dan tidak membuat keributan di malam hari. Itu saja," ujarku santai, menyisakan raut tidak percaya yang tergambar jelas di wajah Sean.

"Sudahlah," aku menghela napas lalu memberi tepukan di bahu Sean satu kali, "Aku pulang, ya."

"Steve! Kau tidak mau pulang bersamaku?" teriaknya ketika aku sudah berada di ambang pintu kantor.

"Kau pulang sendiri saja," ucapku balas berteriak.

"Steve, naik taksi saja, jangan naik bus!" teriak laki-laki itu lagi. Aku tidak membalas ucapannya, hanya melambaikan tangan sesaat sebelum masuk ke dalam lift. Aku bisa melihat raut wajah khawatir Sean yang hanya aku balas dengan senyum tipis. Perlahan bayangan tubuh tegap Sean menghilang dari pandangan ketika pintu lift tertutup.

Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now