Till death do us part. [Lala]

2 1 0
                                    

9월 2016년 11일.

Malam itu. Aku sedang bersama Seo Ji, aku juga menyuruhnya untuk mengendarai mobilku menuju Park Ji Na Wedding & Boutique.

Tempat itu juga sampai sekarang masih membekas di dalam ingatanku. Malam di mana Seo Ji membantuku memilih gaun untuk acara pernikahanku dan malam  terakhir berjumpa dengan Wooyoung--kekasih serta calon suamiku.

Tidak ada yang menyangka kalau hari itu adalah terakhir kalinya aku bisa menikmati udara dingin kota Seoul di malam hari,  juga kali terakhir aku memandang wajah kekasihku sebelum jantungku memutuskan untuk berhenti berdetak walau tidak untuk selamanya.

Bukan Seo Ji yang menjadi penyebab aku meninggal. Bukan Seo Ji yang membunuhku. Bukan dia.

Malam itu udara musim dingin terasa sangat menusuk, aku bahkan dapat merasakan dinginya malam walau saat itu pemanas di dalam mobil kami sedang menyala. Karena tak dapat menahan dinginnya malam, Seo Ji memintaku untuk menutup jendela serta mulai mendengarkan sebuah lagu yang diputar oleh radio midnight kota.

Our love is, Six feet under i can't help but wonder if our graves was watered by the rain..

would roses bloom?

Could roses bloom?

Again..

Aku mengingat liriknya. Aku mengingat betul makna dalam yang tersirat diantara kalimat-kalimat itu. Ah, aku bahkan mengingat bagaimana aku merindukan Wooyoung, padahal sebelumnya aku baru saja menemuinya.

Seo Ji yang masih sibuk menyetir tiba-tiba memberikanku ponselnya. Ia membuka mulutnya sambil berbisik, "Wooyoung, katanya penting." Lalu kembali fokus menghadap kedepan.

Aku sempat membuang nafas panjang sebelum menyambutnya dengan rasa yang tak bisa aku jelaskan.

"Aku penasaran, apa yang membuatmu menangis hingga sesenggukkan seperti tadi, kenapa? Apa para fansku mengganggumu?" Itu katanya.

Tidak, bukan. Bukan itu, aku sebenarnya juga tak tahu kenapa. Sungguh! Malam itu, rasanya seperti aku telah kehilangan dirinya.

"Aku sangat mencintaimu" kataku kembali menangis.

Seo Ji, mengerutkan keningnya melirikku sejenak seperti tengah menyusun ratusan pertanyaan untukku tapi percakapan kami berlangsung cukup lama.

Aku dapat mendengar Wooyoung tertawa diujung sana serta melemparkan beberapa candaan seperti, "kau sebahagia itu dapat menikah denganku?"

"Ah, kau takut aku selingkuh kan??" Dengan nada menggoda khas darinya.

Tapi, aku hanya menggumam. Bodoh sekali! Kenapa aku hanya menggunam saat itu?

"Aku mencintaimu, sangat. Jangan ragukan diriku—kau mengerti?" Kata Wooyoung diujung sana.

Aku ingin menjawab ucapannya, sangat ingin. Namun, ucapanku tergantikan oleh sebuah pekikan ketika mataku menangkap cahaya mobil lain yang menabrak bagian tempatku dengan begitu kerasnya hingga mobil ini terpental dan menggelinding hingga hancur di tengah kota yang sunyi.

Samcheon-dong. Aku mengingat tempat dimana aku sekarat terdiam kaku ketika melihat layar GPS dihadapanku yang tampak korslet sebelum menjadi hitam sepenuhnya.

Sakit sekali, badanku terasa seperti remuk. Aroma anyir darah, bensin, sesuatu yang terbakar. Semua bergabung menjadi satu, aku melirik kekiri serta kekanan dan pandanganku teralihkan oleh tubuh Seo Ji yang aku tidak dapat menjelaskannya karena posisinya yang sulit di katakan, lalu pandanganku jatuh pada ujung metal yang berkilau ditengah gelapnya ruangan mobil ini.

Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now